Menyentuh Hatimu

1166 Kata
“Dior, aku mohon. Tolong jadilah WO untuk pernikahanku lagi.” “Tega sekali kamu meminta hal ini padaku, padahal aku berusaha untuk memaafkan kesalahanmu dan memilihmu untuk menjadi priaku. Tapi, yang kamu lakukan malah seperti ini. Sebenarnya, di mana letak hati kamu untuk aku? Apa selama ini kebaikanmu padaku hanyalah palsu belaka?” Dior sangat kecewa sekali mendengar permintaan Sandy. Meski Sandy mengatakannya dengan risau, tapi Dior tidak peduli. Baginya, Sandy telah mempermainkannya selama ini. “Aku tulus Dior. Sungguh. Aku tulus padamu selama ini. Aku ingin hidup bersamamu, tapi aku juga tidak bisa menolak permintaan Callia yang terus menerus mendesakku agar kamu mau menjadi WO pernikahan kami lagi. Hanya kali ini saja aku minta tolong pengertian dari kamu. Hanya satu bulan saja, setelah itu aku tidak akan memperlakukan kamu seperti ini lagi.” “Satu bulan?” “Iya. Callia minta pernikahan kami agar dimajukan.” “Kenapa kamu tampak tertekan seperti itu? Apa Callia melakukan sesuatu yang buruk padamu?” “Tidak. Hanya saja dia terlalu mendadak minta dimajukan pernikahan kami. Sedangkan, aku merasa belum siap sama sekali.” Di tengah perdebatan kecilnya dengan Dior, Shandy kembali flashback ke waktu sekitar satu tahun yang lalu. Hari itu, Sandy baru saja mendapat kabar baik tentang Dior. Setelah pencariannya selama 4 tahun lamanya untuk menemukan Dior ke mana-mana, akhirnya dia berhasil menemukan Dior. Sandy pun langsung berniat untuk menemui Dior ke Amerika, tempat Dior berada selama menghilang 4 tahun lamanya. Akan tetapi... “Sandy,” “Ya, Pa?” “Batalkan semua rencana kamu untuk akhir pekan ini.” “Memangnya ada apa, Pa?” “Kita akan mengadakan pertemuan keluarga untuk rencana perjodohan kamu dengan putri bungsu dari pemilik Nobii Group.” “Pe-perjodohan??” “Iya. Kamu akan segera dinikahkan dengan putri Aston yang bernama Callia dan kamu tidak boleh menolaknya, karena hanya dengan cara ini kita bisa menyelamatkan masa depan perusahaan kita.” “Tapi, Pa. Aku tidak akan bisa menyukainya. Ada wanita lain yang sudah sangat lama aku sukai dan aku akan menikahi wanita itu.” “Jangan bersikap egois Sandy. Kalau kamu mau merasakan hidup enak terus, maka kamu harus rela berkorban. Nasib perusahaan Safroon Group ada di tangan kamu!” Beban apa lagi yang harus Sandy tanggung dari paksaan dan tekanan kedua orang tuanya. Dia begitu tertekanan dengan semua perintah orang tuanya, karena dia baru mengetahui tentang kebenaran semuanya dari pengorbanan kedua orang tuanya selama ini yang berupaya membuatnya agar menjadi orang yang pintar. Ternyata, dibalik upaya orang tuanya menjadikan seorang yang sukses dalam prestasi malah menyimpan sebuah misi yang tidak bisa terkendali oleh Sandy. “Baiklah, aku akan menjadi WO pernikahanmu dengan Callia lagi.” Ucap Dior dengan suara lemah. Biar bagaimana pun Dior masih memiliki sisi baik dari hatinya yang selalu selembut kapas. Dia tidak akan setega itu pada pria yang mulai menarik perhatiannya untuk dipedulikan olehnya. Perkataan Dior melepaskan lamunan Sandy secara perlahan. Wajahnya pun mulai mengukir senyuman, meski senyuman sendu. “Terima kasih atas pengertianmu. Aku akan membalas kebaikanmu kamu ini suatu hari nanti.” Dior tidak membalas perkataan Sandy, yang dia lakukan hanyalah menatap teduh Sandy yang tampak bimbang. ** Setelah seminggu lamanya Dior dan Alaska bed rest di Rumah Sakit, akhirnya mereka berdua bisa kembali beraktifitas atas izin Aston yang disarankan oleh Dokter, lantaran Dior sempat bersikukuh ingin kembali bekerja dua hari pasca operasi. Tapi, Aston melarang keras dan meminta Dokter agar tetap merawat Dior dan Alaska di Rumah Sakit di dalam satu ruang perawatan yang sama. “Temani aku ke Butik hari ini.” Ucap Dior, sambil mengunyah sarapannya. Sedangkan, Alaska berdiri di samping Aston dan baru saja memberikan laporan soal pekerjaannya. Mendengar perkataan Dior, Aston langsung mengangkat pandangan matanya dan melihat ke arah putrinya yang duduk di depannya. “Siapa orang yang baru saja kamu perintahkan?” Tanya Aston. “Tentu saja Alaska.” “Alaska itu suamimu. Apa pantas kamu bicara dengan nada memerintah padanya seperti itu?” “Dia kan hanya suamiku saja. Kenapa aku harus memperlakukannya sangat istimewa juga?” “Cara bicaramu terdengar seperti kamu menikahinya tanpa cinta. Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari Papa?” Aston jadi mencurigainya. Tapi, dengan santainya Dior menjawab, “Tidak ada. Aku hanya belum terbiasa saja menganggapnya sebagai suamiku. Bukankah menikahinya adalah hal bagus menurut Papa? Karena keinginan Papa agar aku tidak dilangkahi oleh Callia bisa terkabul?” “Memang benar yang kamu katakan. Tapi, bukan berarti kamu memperlakukan Alaska seperti pelayanmu. Dia suami kamu dan kamu harus menghormatinya.” “Sejak kapan Papa jadi lebih membela Alaska daripada aku?” “Sejak detik ini.” Jawab Aston, cepat dan tegas. Dior bergeming sesaat. Tatapan matanya tampak murka pada Alaska yang hanya diam aja mendengar perdebatan anak dan Bapak itu. “Baiklah. Aku akan menghormatinya mulai sekarang. Tapi, satu hal yang harus Papa ketahui, sebenarnya aku tidak mencintai Alaska, aku hanya menyukainya dan menikahinya adalah bagian dari tugasku demi bisa membahagiakan Papa. Hanya itu.” Ucap Dior, menutup sarapannya yang sudah habis. Kemudian, dia beranjak dari kursi dan pergi meninggalkan ruang makan dengan langkah tegas. Aston hanya bisa menggeleng melihat kelakuan Dior. Baginya, menghadapi Dior jauh lebih sulit daripada menghadapi Callia. “Alaska,” “Iya, Tuan.” “Atasi Dior dengan baik. Aku mempercayakan sepenuhnya padamu. Buat dia patuh padamu dan jangan biarkan dia lepas darimu.” Titahnya. Alaska terkejut bukan main. Dia sama sekali tidak mengira kalau dia akan mendapatkan perintah itu dari pria yang selama ini dia anggap sebagai Bos dan majikannya. Pernikahannya yang hanya sekedar sandiwara belaka seperti mulai teranggap serius oleh orang-orang di sekitarnya. Bahkan, dia pikir kalau Aston akan mengharapkan perceraian putrinya dengannya, tapi ternyata Aston malah menginginkan pernikahan putrinya dengan Alaska akan abadi. Di perjalanan menuju sebuah Butik, kedua mata Dior terus melihat ke arah kaca di dekat kepalanya untuk memastikan sesuatu kalau mobil yang mengikutinya dari tadi dikendarai oleh Alaska. “Kalau memang dia yang mengikutiku, seharusnya dia menelponku dan memintaku untuk berhenti agar dia bisa naik di mobil yang sama denganku. Menyebalkan sekali.” Benar saja kalau mobil yang mengikutinya dari tadi dikendarai oleh Alaska, karena begitu Dior tiba di Butik, Alaska juga keluar dari mobil itu. “Kenapa kamu seperti ini? Pergi tidak satu mobil denganku.” “Aku hanya tidak ingin menyulitkanmu setelah selesai dari Butik, karena aku ada pekerjaan dan begitu pun kamu. Jadi, pisah mobil jauh lebih baik agar memudahkan semuanya.” “Tapi aku lebih senang kalau di antar olehmu.” “Lain kali, aku akan melakukannya.” Ucap Alaska. Lalu, tiba-tiba saja dia meraih tangan Dior dan menggenggamnya. Dior sontak saja terkejut dengan mata menganga. “Mulai sekarang, katakan apa yang kamu inginkan, jangan hanya memberi kode untukku, karena jika aku tidak paham dengan isyaratmu, maka kamu akan terus merasa kecewa padaku. Tunjukkan saja apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku.” Tambahnya, yang mengakhiri kalimatnya itu dengan senyuman hangat. Dior merasa terkesima melihat sikap manis dan terus terang Alaska padanya. Ternyata pria itu melakukan sesuatu secara perlahan namun pasti, dan Dior mulai menyadari itu. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN