Apa Ini yang Disebut Cinta?

1109 Kata
Aston terkejut ketika dia melihat Ilsyad muncul di hadapannya. Saking terkejutnya, Aston sampai tidak bisa berkata-kata. Tubuhnya pun perlahan bangkit dari kursi lalu berjalan mendekati pria sebayanya itu. “Kau benar Ilsyad?” Ilsyad mengangguk dengan raut wajah datar. “Bagaimana kau bisa keluar dari penjara, sedangkan kau tidak punya uang untuk mengeluarkan dirimu dari sana?” “Kau memang tidak bisa disebut sahabat, sampai kau dengan sengaja membiarkan aku terkurung dalam penjara dengan fitnah yang tidak aku perbuat.” “Kita memang bukanlah sahabat, maka dari itu aku membiarkanmu tetap berada di sana sampai kamu bebas dengan sendirinya.” “b******k kamu!!” Pekik Ilsyad, lalu dia bersiap untuk melayangkan tinjuan di wajah Aston. Tapi, dengan cepat Aston langsung menahan tangan Ilsya hingga netra ketegangan terjadi pada dua pria paruh baya itu. “Kau tidak akan bisa memukulku sebelum kau melakukan sesuatu untukku!” Keduanya semakin mempertajam tatapan mereka dengan tatapan yang semakin kuat, bahkan Aston semakin mengepal kencang tangan Ilsyad dalam kepalan tangannya saat ini. ** VAME CLUB “Hahahahaaa...” Gelak tawa pecah dari Aston dan Ilsyad yang sedang saling bercerita tentang pengalaman lucu yang mereka alami selama mereka tidak bersama selama Ilsyad berada di dalam penjara. Namun, tawa itu lenyap seketika ketika Ilsyad menyebut kembali nama, “Ann. Apa kamu sudah menjenguknya?” Nama itu langsung memudarkan tawa di wajah Aston. Dia pun langung terdiam dan tertunduk sambil memutar-mutar gelasnya yang berisi minuman beralkohol. Melihat ekspresi wajah Aston yang muram, Ilsyad pun sudah bisa menebaknya. Dia pun langsung merangkul bahu Aston dan menepuknya pelan sambil mengusapnya. “Ternyata kau memang belum berubah. Masa lalu itu sepertinya terus terbawa sampai ke masa sekarang. Aku yakin kalau masa lalu itu juga tersampaikan sampai ke Dior dan Callia. Mereka kena imbasnya.” “Iya. Yang kau katakan memang benar. Aku memang tidak sesanggup itu untuk membuang masa lalu itu, walau hanya sekedar menguburnya saja. Hal itu terlalu menyakitkan untukku.” “Dia bahkan sudah lama tiada, tapi kenapa kamu masih saja menyiksa dirimu sendiri.” “Begitu pun Dior, yang ikut tersiksa bahkan mungkin jauh lebih tersiksa daripada aku.” “Dior, putrimu, yang kini juga sudah menjadi menantuku.” “Iya, kau benar. Putri sulungku itu kini sudah menjadi menantumu juga. Maka dari itu, bantu aku menjaganya, lebih kepada menjaga perasaannya karena dia sudah banyak terluka karena aku.” “Alaska pasti bisa menjaganya dengan baik.” “Putramu itu memang selalu bisa aku andalkan dengan baik. Makanya, ketika dia ingin menikahi Dior, aku tidak terlalu ragu untuk menerimanya untuk menjadi menantuku.” “Terima kasih karena kamu mau mempercayai aku.” “Hei, yang aku percaya itu putramu bukan kamu.” “Ya sama saja. Alaska itu kan darah dagingku jadi otomatis kamu mempercayaiku juga jika kamu mempercayai putraku.” “Dasar kau ini.” Aston melepaskan tawanya kembali. “Aku akan pergi mengunjungi Ann besok. Aku harap kamu bisa ikut bersamaku.’ “Lihat saja nanti, akan aku kabari lagi kau besok.” “Lalu, bagaimana dengan Lyra?” “Jangan membahas tentangnya. Bahkan, selera bercintaku padanya sudah berkurang. Aku juga sudah tidak peduli dia akan melampiaskan hasrat bercintanya dengan siapa, karena sudah mulai tidak mempedulikannya.” “Sejak kapan kamu jadi tidak mempedulikan selirmu yang pernah kau lindungi itu?” “Sejak aku mengetahui sesuatu tentangnya.” “Tentang apa?” “Sebuah rahasia yang dia sembunyikan dariku selama ini, yang membuatku akan sulit sekali untuk memaafkannya. Tapi, aku juga tidak akan bisa membenci wanita itu yang telah bersedia melahirkan putriku, Dior.” ** Dior kembali dikejutkan dengan keberadaan Sandy begitu dia baru keluar dari pintu Kafe. “Hai!” Sandy langsung mengangkat tangan kanannya untuk menyapa Dior dengan senyuman. Senyuman itu langsung dibalas dengan senyuman kecil oleh Dior. “Ayo, kita makan malam bersama.” Ajaknya, sambil beranjak dari kursi lalu meraih tangan Dior untuk membawanya pergi bersamanya. “Aku tidak lapar.” Dior menarik tangannya kembali dengan lesu. Tapi, Sandy kembali meraih tangan Dior dan langsung menggenggamnya erat agar Dior tidak bisa melepaskan tangannya lagi. “Kamu harus tetap makan, agar bayi kita sehat.” Ledeknya dengan canda. “Wh-What!!?? Bayi kamu bilang???” Dior reflek mengeluarkan suara kencang. Tapi dengan cepat dia menutup mulutnya begitu sadar cepat. “Hahahaa..., aku hanya bercanda Dior. Kamu terlalu serius sekali menanggapi ucapanku.” “Tentu saja aku serius, karena candaan kamu itu bisa berakibat fatal untukku!” “Benarkah? Contohnya seperti apa?” Sandy malah kembali meledek Dior. “Pikirkan saja sendiri!” Tukas Dior, lalu membanting kencang tangan Sandy hingga tangannya bisa terlepas kembali. Kemudian, dia berjalan menuju mobil Sandy dan berdiri di sana sambil menunggu Sandy yang masih melamun kecil. “Sandy! Ayo cepat ajak aku makan malam bersamamu!” Teriak Dior. Sandy pun bergegas berlari kecil menghampiri Dior, lalu dia mengajak Dior ke sebuah Restauran yang sangat romantis. Di Restauran itu, Sandy memberikan sebuket bunga untuk Dior dan ternyata Sandy telah mempersiapkan segalanya. Tentu saja perlakuan romantis yang Sandy lakukan padanya saat ini membuat Dior merasa sangat tersanjung. Dia merasa menjadi wanita paling bahagia di antara semua pengunjung Restauran malam ini. “Apa kamu bahagia bersamaku seperti ini?” Tanya Sandy. “Aku tidak diwajibkan untuk menjawab pertanyaanmu itu, kan?” “Ayolah jawab. Aku ingin mengetahuinya.” “Sayangnya, aku tidak ingin menjawabnya.” “Kalau begitu lain kali saja jawabnya. Aku akan sabar menunggu.” Dior berpikir sejenak lalu mengangguk tanpa pasti dan tanpa janji. Sandy pun tersenyum melihat anggukan ragu Dior. Dia semakin tidak masalah dengan apapun keputusan yang Dior lakukan padanya. Baginya, selama Dior masih mau berkomunikasi dengannya maka dia akan rela melakukan dan diperlakukan apapun oleh Dior. Apa ini yang disebut dengan cinta??? Sandy yang selama ini tidak paham dengan yang namanya cinta dan jatuh cinta, hanya mengetahui sebatas bercinta saja di atas ranjang. Dia akan rela meluangkan waktunya untuk bercinta dengan gadis yang dia sukai dan setelah melakukannya dia bisa bebas memperlakukan gadis itu sesuai dengan keinginannya saat ini. Tapi, dengan Dior? “Alaska???” Dior terkejut ketika dia melihat Alaska ada di halaman parkiran Restauran ketika dia dan Sandy baru saja selesai makan malam bersama. Alaska segera berjalan menghampiri Dior dan langsung menarik tangan Dior tanpa mengatakan apapun. Tapi, dia menunjukkan kemarahannya pada Sandy melalui tatapan matanya yang sangat tajam. “Jangan menarik tanganku seperti ini. Tanganku sakit!” Ujar Dior, sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Alaska yang cukup kuat. Tapi, Alaska mengabaikan ucapan Dior dan dia tetap membawa Dior pergi bersamanya. Tiba-tiba saja mereka dihadang oleh kemunculan Callia yang berdiri di depan mereka tanpa terduga. Wanita itu tidak bicara sepatah kata pun, tetapi tangannya langsung bergerak untuk meluncur ke arah wajah Dior. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN