Amira berdecak kesal dan kembali menendang suaminya. Ilyas menatap kaki, merasa beruntung karena bukan yang terluka kena sasaran amukan istri. Perawat berdehem. "Kalau begitu saya permisi. Saya pasrahkan bayi Amanda pada Dokter Ilyas." Ilyas mengangguk, perawat bisa sangat mempercayai Ilyas. Apalagi Amanda anak sendiri, tak mungkin dibuat dalam keadaan bahaya. "Meski boleh menyusui, tapi tidak boleh dalam waktu lama. Pencernaan Manda belum sempurna." Mendengarnya Amira langsung mengangguk. "Aku mengerti." Bahkan Ilyas menekan waktu untuk pengingat kapan Amira harus berhenti menyusui di ponsel. Kali ini Ilyas benar-benar fokus membantu istri menyusui, supaya tidak menutupi hidung dan menyenggol infus di kepala. Meski terasa sakit, tapi Amira tersenyum karena melihat perkembangan putri