Irene tiba di sebuah rumah yang terlihat lumayan besar, ia masuk ke sana dan mengikuti Madam Luna.
Irene menautkan alis dan melihat beberapa perempuan sedang melihatnya dari atas hingga bawah. Irene menggaruk leher belakangnya yang tidak batal.
Para wanita itu terlihat cantik dan seksi, mereka pasti TKW juga sepertinya, pikirnya.
Irene berdiri didekat Madam Luna, sementara Madam Luna menepuk tangan menyuruh semuanya mendekat dan mendengarkan.
"Perkenalkan, gadis ini namanya Irene. Yonce akan membantunya belajar berbahasa Inggris."
"Dia cantik juga," kata salah satu wanita yang mengenakan celana Levis yang begitu pendek, sangat pendek, memperlihatkan paha putihnya.
"Madam Luna itu gak akan bawa wanita yang gak cantik, pasti cantiklah," celetuk lainnya.
"Irene sekamar dengan Jihan. Jihan, jaga Irene dan ajarkan dia apa yang bisa kamu ajarkan." Madm Luna memberi titah.
Setelah titah itu dilontarkan, Jihan bersedekap dan melihat Irene dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Irene yang mengenakan rok pendek dan baju kekurangan bahan itu, hanya bisa mengangguk dan tidak melawan.
"Saya hanya satu Minggu di sini, jadi saya akan kembali ke Indonesia setelah satu Minggu. Jadi, kalian jaga Irene baik-baik."
Semuanya mengangguk.
"Jadi, dia akan menjadi kesayangan Madam?" tanya salah satunya.
"Bukan begitu. Irene baru di sini, jadi dia belum tahu apa pekerjaannya, kalian yang jelaskan, dan Yonce yang akan mengajarnya."
Semuanya menatap Irene.
"Oh iya. Yonce, kamu beli beberapa pakaian untuk Irene, beli yang sekiranya bisa ia gunakan untuk bekerja dan berada di rumah ini," titah Madam Luna. "Atau kamu ajak saja dia ke mall."
"Apa dia akan langsung melayani tamu?" tanya Jihan.
"Dia akan belajar dulu."
"Sampai kapan belajar? Kenapa gak langsung aja sih?" tanya salah satunya lagi.
"Udah kalian kembali ke aktifitas kalian, yang udah menerima bookingan jangan lupa untuk berdandan dengan cantik." Madam Luna dan Yonce lalu melangkah menuju ruangan mereka. Dimana mereka selalu berbincang dan membahas banyak hal tentang wanita-wanita yang berada di rumah ini.
Semuanya lalu bubar, ada yang melanjutkan makan, ada yang melanjutkan nonton TV, ada yang melanjutkan obrolan mereka seraya menikmati secangkir teh hangat, mereka masing-masing sibuk dengan kesibukan mereka. Irene sendirian di tengah rumah, ia tidak tahu apa pekerjaannya dan apa yang harus ia lakukan.
"Kamu ikut aku," kata Jihan melangkah didepan Irene.
Irene lalu mengangkat tas bututnya dan mengikuti langkah kaki Jihan.
Mereka tiba di sebuah kamar yang ranjangnya ada dua, ukuran ranjangnya cukup untuk satu orang. Ada dua lemari di sisi ranjang.
"Ini kamarku dan kamarmu," kata Jihan, lalu duduk dibibir ranjang, seraya bersedekap menatap Irene.
"Kamu gak tahu kerjaan di sini apa?" tanya Jihan.
"Iya. Saya gak tahu," jawab Irene.
"Beneran gak tahu? Madam Luna gak omongin kerjaanmu? Tapi bagus sih, mending kamu gak usah tahu dulu, nanti kamu pingsan kalau tahu, jadi kamu belajar dengan giat aja, terus jago bahasa Inggris."
"Emang kerjaan di sini apa?"
"Aku gak mau jelasin ah, belajar dengan giat aja, ya udah kamu istirahat, aku mau kembali ke depan." Jihan lalu bangkit dari duduknya.
"Kamu dari mana? Kota kamu di Indonesia dimana?" tanya Irene.
"Aku? Oh aku gak punya kota kelahiran, aku orang terlantar yang dipungut Madam Luna," jawab Jihan enteng.
"Tapi kamu jago bahasa Indonesia."
"Ya aku emang dari Indonesia," kata Jihan. "Oh iya. Aku punya peraturan di kamar ini. Kamu gak boleh ngorok."
Irene mengangguk. "Saya gak suka ngorok kok. Saya tidurnya tenang dan gak bising."
"Bagus deh." Jihan lalu melangkah keluar kamar meninggalkan Irene sendirian.
Kamar ini lumayan luas, ada meja panjang yang terhubung di dua ranjang dan letaknya ditengah, ada kaca besar berukuran bundar di atas meja tersebut, juga dua lampu nakas.
Irene membuka lemari yang ada di dekat ranjang yang akan ia gunakan, dan melihat isinya kosong, Irene lalu membuka pakaiannya yang tak seberapa itu, dan menaruhnya di dalam lemari tersebut.
Irene melihat pemandangan di atas bawah sana, rumah ini dua lantai, di lantai dua ada beberapa kamar, begitupun dilantai paling bawah.
"Eh Madam Luna itu pinter banget ya nyari cewek. Gadis bernama Irene itu cantik juga, rambutnya panjang dan hitam lebat."
"He orang-orang Indo," kekeh Jihan menghampiri mereka lalu duduk disalah satu kursi kosong.
"Temen kamu mana?"
"Dia lagi istirahat, biarin aja. Kan capek banget tuh dari Indonesia kemari, kita aja udah ngerasain, 'kan?"
"Iya sih."
"Kalian bicara apa?" tanya salah satu wanita yang berasal dari kota ini dan bekerja di tempat ini juga.
Orang Indonesia kelihatannya hanya ada empat orang, sementara enam orang lainnya orang asli sini. Tapi, ada yang hanya merantau di sini dan Madam Luna menemukannya di sebuah acara.
"Oh kamu gak akan ngerti, ini bahasa negara kami," kata salah satunya.
Madam Luna sedang menghitung uang yang masuk ke rekeningnya dan tunai yang ia punya. Lalu memisahkannya di 9 tempat. Ia akan membagikannya kepada pekerjanya agar pekerjanya itu bisa mengirim uang untuk keluarga mereka.
"Lumayan juga yang menggunakan jasa wanita-wanita kita," kata Madam Luna.
"Benar, Madam. Permintaan di website juga ramai sekali."
"Jadi, malam ini full?"
"Full dan beberapa sudah memberi panjar."
"Terus sudah kamu atur?"
"Semuanya sudah saya atur. Jadi, mereka akan bekerja seperti biasanya."
"Kamu urus Irene, biarkan dia mempelajari semuanya di sini."
"Apakah Irene tahu apa pekerjaannya?"
"Dia tidak tahu sama sekali, karena itu saya menyita semuanya, dari tanda pengenal, paspor dan lainnya. Jadi, berjaga-jaga agar dia tidak berani kabur.
"Bagaimana kalau dia tahu? Apakah dia mau?"
"Beberapa wanita kita itu juga kayak Irene, awalnya tidak tahu apa pekerjaannya tapi lama kelamaan mereka jadi menikmatinya. Asalkan uang, 'kan?"
Yonce menganggukkan kepala. "Benar."
"Panggil mereka semua kemari, saya akan memberikan uang untuk mereka. Siapatahu mereka mau belanja atau mengirim uang untuk keluarga mereka."
Yonce lalu melangkah dan keluar dari ruangan bosnya, setelah itu bertepuk tangan untuk memanggil semuanya.
"Kalian semua dipanggil Madam Luna, sepertinya Madam Luna moodnya sedang baik, dia akan membagi-bagikan uang untuk kalian," seru Yonce.
"Benarkah?"
Semuanya lalu melangkah menuju ruang kerja Madam Luna dan berdiri dihadapan Madam Luna.
Mereka berjumlah 9 orang, ditambah Irene jadi 10 orang, mereka bekerja di bawah Madam Luna, karena mereka butuh uang, yang tadinya tidak mau, akhirnya mau. Karena uang yang diberikan Madam Luna benar-benar lumayan dan sangat cukup untuk membantu keuangan keluarga mereka dan berbelanja kebutuhan mereka.
"Kalian sudah bekerja keras selama beberapa hari ini, saya bangga pada kalian, jadi saya akan berikan kalian bonus yang banyak, yang bekerja dengan baik dan yang diberikan pujian oleh pelanggan, itu akan mendapatkan uang yang lebih banyak lagi. Jadi, selama saya tidak di LA, kalian sudah bekerja dengan sangat keras."
Semuanya tersenyum dan mengangguk. Salah satu yang mereka sukai bekerja dengan Madam Luna adalah mereka selalu diberikan uang yang banyak. Semua p********n yang dibayarkan pelanggan untuk mereka, memang melalui Madam Luna.