"Hentikan semuanya!"
Seketika Anna dan pria itu menoleh ke arah sumber suara. Disana, Dave berdiri menatap keduanya. Sementara Simon berdiri di belakangnya.
"Tuan Dave?" Anna terkejut menatap Dave, begitu juga laki-laki yang bersama Anna, dia menatap Dave tak percaya.
"Dave? Kau?! Apa aku sedang tidak salah melihat?! Seorang Dave Darian Davis tiba-tiba datang ke kamarku, dan mengganggu kesenanganku? Ada apa, Brother?! Apa kau datang ke sini untuk Anna juga?!"
"Gavian?! Jadi rupanya kamu, pria yang menyewa Anna malam ini?!" Dave menatap pria itu. Seketika Gavian tersenyum.
"Ya, kenapa memangnya? Apa kau juga menginginkan Anna malam ini? Tunggulah sampai dia selesai melayaniku! Barulah setelah itu, aku akan mengizinkannya untuk bersamamu!"
"Aku tidak akan membiarkan itu! Kembalikan Anna! Lepaskan dia! Anna milikku. Dia hanya boleh bersamaku, tidak dengan orang lain, apalagi dirimu!"
Gavian tertawa, "Apa aku sedang tidak salah mendengar? Seorang Dave membela mati-matian seorang wanita malam seperti Anna?!"
"Tutup mulutmu! Anna bukanlah wanita malam biasa, seperti kebanyakan. Dia berbeda."
"Apa bedanya? Bukankah sama-sama bertugas melayani p****************g?!"
Anna menitikkan air matanya mendengar itu. Hatinya begitu sakit.
"Jaga bicaramu, Gavian! Atau aku sumpal mulut kotor mu itu!" Dave pun melirik ke arah Anna. "Anna, kemari lah! Ikutlah bersamaku, dan kita tinggalkan tempat ini!" ucap Dave kemudian kepada Anna, sambil mengulurkan tangannya. Namun Anna menggeleng-geleng kepala.
"Maaf, Tuan Dave, tapi saya tidak bisa ikut dengan Anda! Tugas saya masih belum selesai. Kami bahkan belum melakukan apapun."
Ada rasa lega di hati Dave mendengar itu. Anna bilang, kalau mereka belum sempat melakukan apapun? Itu berarti, pria itu masih belum menyentuh Anna sama sekali. Dave merasa tenang.
"Yang dikatakan Anna benar, Dave, kami bahkan belum sempat melakukan apapun. Benar 'kan, Sayang?" Gavian memeluk pinggang ramping Anna. Entah mengapa Dave merasa tidak suka melihatnya. Dia merasa marah, jika pria lain menyentuh Anna.
"Jauhkan tanganmu dari pinggang Anna! Jangan kau sentuh dia, Gavian! Aku akan membayar kerugianmu malam ini, tapi tolong lepaskan Anna! Biarkan aku membawanya pergi," ujar Dave kepada pria itu.
"Apa kamu bilang? Kamu ingin membawa Anna, Dave?" Pria itu mengencangkan pelukannya di pinggang Anna. Anna terkejut. "Aku tidak mau. Aku tidak akan melepaskannya. Anna milikku malam ini. Aku sudah membuat kesepakatannya dengan Madame Sahukia."
"Aku akan menggantinya! Kau mau berapa? Aku bisa memberikannya padamu, Gavian! Tapi tolong! Lepaskan Anna! Biarkan dia pergi bersamaku!"
Gavian tertawa. Dia merasa senang melihat Dave seperti itu. Entah mengapa dia merasa, kalau Dave memiliki perasaan lain untuk Anna. Pria itu bahkan rela mengeluarkan uangnya banyak-banyak, hanya untuk bisa melindungi Anna. Seketika Gavian merasa permainan itu semakin menarik.
"Kenapa kamu sampai bersikap seperti ini, Dave? Kenapa kamu sampai membela mati-matian wanita ini? Apa kamu memiliki perasaan lain terhadapnya, Dave?"
Seketika Dave terdiam mendengar pertanyaan Gavian tersebut. Dia sendiri juga merasa bingung, Kenapa dia bisa begitu mengkhawatirkan Anna. Padahal dirinya dan Anna tidak memiliki hubungan apapun, selain hanya sebatas partner di atas ranjang. Tapi entah mengapa, Dave merasa keberatan, jika Anna melayani pria lain selain dirinya.
"Kau tidak perlu tahu bagaimana perasaanku. Dan lagi, aku tidak memiliki kewajiban untuk memberitahumu!"
Lagi Gavian tersenyum. "Baiklah, jika memang kamu tidak ingin mengatakannya, tidak apa-apa. Aku juga tidak akan memaksamu, Dave, tapi mengenai Anna, aku benar-benar tidak bisa melepaskannya malam ini. Karena aku, aku ingin merasakan bagaimana kenikmatan tubuhnya!"
Dave mengepalkan tangannya. Bahkan untuk sekedar membayangkannya saja, dirinya merasa tidak sanggup jika harus melihat Anna di sentuh pria itu. Dia tidak akan membiarkan itu.
"Baiklah, jika memang kamu tidak ingin melepaskannya secara sukarela, aku terpaksa melakukannya dengan kekerasan!" Dave melirik ke arah Simon, Simon pun mengangguk dan memanggil beberapa bodyguard. Seketika beberapa orang datang ke kamar itu.
"Ambil Anna, dan bawa dia!"
Para Bodyguard itu mengangguk, dan segera mengambil Anna. Sedangkan yang lainnya, berusaha menahan Gavian.
"Dave! Ini tidak adil! Kau datang bersama para pengawal, ini tidak sepadan!"
Dave tersenyum. "Semuanya sepadan jika kita memiliki kekuasaan, Gavian. Bukankah hal itu juga yang selalu kau terapkan dalam bisnis kita selama ini?!" Dave tersenyum menatap Gavian. Setelah itu, dia pun pergi meninggalkan hotel bersama Anna dan para anak buahnya.
Anna duduk di kursi belakang bersama Dave. Sementara Simon, dia duduk di kursi depan untuk mengemudi. Sedangkan Bodyguard lainnya, mereka mengendarai mobil lainnya.
Anna menatap bingung ke arah Dave. Dalam hati dia bertanya-tanya, kenapa pria itu sampai melakukan hal itu padanya.
Melihat Anna memperhatikannya, Dave pun menoleh ke arahnya. Seketika Anna menundukkan wajahnya. Dave mengambil sebuah mantel di sampingnya, kemudian memberikannya kepada Anna.
"Pakailah! Saya tidak suka melihatmu berpakaian seperti itu dihadapkan banyak orang!"
Anna mengambil mantel tersebut. Kemudian dia menatap pakaian yang di kenakannya. Ya, saat ini dia hanya menggunakan sebuah lingerie yang begitu tipis. Bahkan pakaian dalamnya pun bisa terlihat dari luar saat Anna mengenakan pakaian itu.
Tanpa membuang waktu, Anna pun lekas mengambilnya. Dia mengenakan mantel tersebut. "Terimakasih, Tuan Dave." Anna menatap Dave ragu. Sementara Dave hanya melirik ke arah Anna sekilas. Pikirannya masih belum tenang setelah apa yang terjadi.
Simon mengendarai mobilnya ke arah Resort. Setibanya disana, Dave meminta Anna untuk mengikutinya.
"Masuklah!" ujarnya menatap Anna. Anna hanya terdiam tanpa mengatakan apapun. Kemudian dia melangkahkan kakinya mengikuti Dave.
Hingga kemudian, keduanya pun tiba di Resort mewah milik Dave. Dave pun segera mengunci pintunya begitu keduanya masuk.
Anna terdiam. Dave menarik tangan Anna dan menjatuhkannya ke atas ranjang. Setelah itu, kejadian malam itupun terulang kembali. Dave menyentuh Anna dan kembali melakukan itu padanya.
Setelah selesai melayani Dave, Anna membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Sementara Dave masih membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Anna lekas mengenakan pakaiannya dan bersiap pulang. Namun pada saat dia hendak pergi, Dave menahannya.
"Kamu mau kemana?"
Seketika ucapan Dave itupun menghentikan langkah Anna. Dia berbalik menatap pria itu.
"Tugas saya sudah selesai, Tuan Dave, saya akan kembali ke rumah bordir untuk menunggu panggilan lainnya."
Dave seketika bangkit dari tempat tidur dan menghampiri Anna. "Apa kamu begitu haus akan belaian laki-laki, Anna?! Apa tidak cukup hanya denganku saja?!"
Anna terdiam. Matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Dave itu. Sebenarnya dia juga tidak mau melakukan semua ini, tapi keadaan memaksanya.
"Apa maksud Tuan? Bukankah itu memang tugas saya? Melayani para tamu?!"
"Ya, tapi saya mau yang menjadi tamu kamu hanya saya, Anna, saya mau hanya saya yang kamu layani!"
"Kenapa begitu? Bukankah hak semua orang untuk menyewa saya? Saya ini wanita panggilan, bukankah memang sudah biasa, jika semua orang memanggil jasa saya, dan menunggu saya untuk melayani mereka?"
"Cukup, Anna! Jangan kamu katakan itu lagi! Saya tidak sanggup untuk mendengarnya." Dave mendekati Anna. Pria itu menatap Anna dengan tatapan tak biasa. "Apa sebenarnya yang kamu inginkan, Anna? Kalau hanya sekedar uang, saya bisa memberikannya, bahkan lebih dari apa yang kamu minta. Tapi, bisakah kamu menetap bersama saya? Jadilah wanita saya, dan puaskan saya setiap saya menginginkannya! Saya rela membeli kamu berapapun, asalkan kamu menjadi milik saya, Anna!"
Anna terdiam. Tiba-tiba Dia teringat akan pesan madame Sahukia yang mengharapkan uang yang banyak darinya. Apakah mungkin tawaran dari Dave ini bisa menjadi solusi? Pikir Anna. Anna berusaha menimbang-nimbang.
"Kenapa kamu hanya diam saja, Anna? Jawab saya!"
"Saya harus mengatakan apa, Tuan Dave? Saya ini hanyalah seorang pekerja, yang bekerja untuk Madame Sahukia. Jika saya tidak menuruti perintahnya, maka akan banyak hal yang terjadi. Saya tidak mau mengambil resiko."
"Jadi, kamu keberatan karena Sahukia? Kalau masalah Sahukia, saya bisa membereskannya, kamu tidak perlu khawatir, Anna."
"Tidak seperti itu. Sebenarnya ada masalah lain yang lebih membuat saya khawatir. Ini tentang papa saya!"
"Papa kamu?"
Anna mengangguk. "Jika saya setuju untuk menetap bersama Anda, apakah anda bisa berjanji suatu hal pada saya, Tuan Dave?"
"Apa itu? Katakanlah! Jika saya mampu, saya pasti akan melakukannya untukmu, Anna."
"Tolong bebaskan papa saya dari sanderaan ibu tiri saya dan juga anaknya. Bahkan mereka juga bersekongkol dengan mantan kekasih saya. Mereka menawan papa saya untuk mengancam saya. Supaya saya mau menuruti apapun perkataan mereka!"
Dave terdiam. Kini dia mengerti permasalahannya. Sepertinya keberadaan Anna di rumah bordir itu, tak lain hanya sebuah kejahatan dari keluarganya sendiri. Mereka sengaja membuang gadis itu untuk menghancurkan hidupnya. Lalu, apakah Dave akan diam saja setelah mengetahui ini? Tidak. Dia tidak mungkin membiarkannya.
"Baiklah, berikan alamatnya kepada saya! Saya akan meminta Simon untuk mencari tahu semuanya!"
Anna tersenyum.