Bab 10. Menghabiskan Waktu Bersama

1474 Kata
Anna terkejut mendapati Dave disana. Dia tidak menyangka kalau pria itu akan benar-benar datang menghampirinya saat ini. "Tuan Dave? Bagaimana mungkin Anda bisa berada di sini? Bukankah seharusnya Anda—" Anna tak melanjutkan ucapannya. Rasanya begitu berat kata-kata itu keluar dari mulutnya. Dave menarik sebuah kursi, lalu kemudian duduk di samping Anna. Dia menyeka air mata Anna yang terus saja menetes. "Kamu kenapa, Anna? Apa yang sudah membuatmu menangis?" Anna menatap Dave sendu. Dia masih tidak percaya, orang yang baru saja dia tangisi, kini berada di hadapannya saat ini. "Alasanku menangis adalah dirimu, Tuan Dave, aku menangis karena memikirkan mu! Namun tak mungkin rasanya kalau aku mengatakan itu kepadamu. Apa yang akan kau pikirkan nanti, tentangku!" batin Anna sedih. Melihat Anna hanya diam saja, Dave pun membelai wajahnya. "Anna? Apa kamu mendengar saya?" Seketika Anna tersadar dari lamunannya. Dia pun langsung mengangguk. "Ya, saya mendengarnya, Tuan, maaf tadi saya melamun." "Memangnya apa yang sedang kamu pikirkan, Anna? Ceritalah! Saya siap menjadi pendengar yang baik untukmu!" Anna menggeleng-geleng kepala. "Tidak apa-apa, Tuan Dave. Saya hanya— hanya kepikiran tentang papa saya saja. Sejak tadi, dia bahkan belum ada siuman sama sekali." Dave merangkul pundak Anna, kemudian menyandarkan kepalanya di bahunya. Lagi Anna meneteskan air mata mendapatkan perlakuan seperti itu dari Dave. "Kamu tidak perlu khawatir tentang itu, Anna. Saya sudah meminta Simon untuk mendatangkan Dokter terbaik di kota ini, untuk merawat papamu. Sudah di pastikan, papamu akan segera sembuh dan pulih. Saya berjanji untuk itu!" Anna mengangguk, kemudian mendongak menatap Dave. Dave pun menatap Anna, keduanya saling memandang satu sama lain. "Tuan Dave, kenapa Anda begitu baik sekali pada saya? Padahal kita bahkan belum lama saling mengenal?" Dave menyunggingkan senyumnya, kemudian meraih jemari tangan Anna. Lalu dia mengecupnya sekilas. "Karena kamu adalah wanita saya, Anna. Sudah menjadi tugas saya untuk membantu keluarga kamu! Keluarga kamu adalah keluarga saya juga. Bukankah begitu?" Anna tersenyum. "Saya hanya khawatir, kalau kebaikan Tuan kepada saya justru akan membuat salah paham antara Tuan dan kekasih Tuan. Saya tidak mau dianggap sebagai wanita perusak hubungan orang. Sudah cukup harga diri saya yang jatuh karena pekerjaan saya, saya tidak mau nama saya ikut hancur juga." Dave menggenggam tangan Anna, kemudian membalikkan tubuhnya untuk menghadapnya. Seketika keduanya pun saling berhadapan. "Tidak akan ada yang salah paham, Anna, saya tidak memiliki wanita manapun selain dirimu!" "Lalu yang berada di tempat Tuan?" "Dia Arabella, mantan kekasih saya. Hubungan kami sudah berakhir beberapa bulan yang lalu. Dia yang memutuskan hubungan, dia pergi begitu saja meninggalkan saya." Anna mengangguk. "Maaf, saya tidak bermaksud ikut campur dengan urusan anda, Tuan, saya hanya takut salah paham saja." "Saya mengerti kekhawatiranmu, Anna." Setelah selesai berbincang, Dave mengajak Anna keluar ruangan. Dia memesan makanan dari sebuah Restoran terkenal, dan meminta mereka mengantarkannya ke Rumah Sakit. Setelah makanan datang, mereka pun menikmatinya berdua di balkon. Anna tersenyum malu-malu. Dave bahkan tidak sungkan memotong-motong steak milik Anna, dan menyuapi Anna makan. "Kamu harus makan yang banyak. Saya tidak mau kamu sakit, Anna..." "Terima kasih Tuan Dave, Anda juga!" Dave tersenyum, kemudian dia pun menyuapi Anna kembali. Begitu juga dengan Anna, yang menyuapi Dave. Keduanya saling suap menyuapi, sambil sesekali bercanda. Tawa renyah pun terdengar dari mulut keduanya. Menit demi menit berlalu, jam pun berganti. Tanpa terasa waktu pun sudah hampir pagi. Anna tertidur sambil menyandarkan kepalanya di tiang. Hampir tiga jam mereka menghabiskan waktu bersama untuk mengobrol setelah makan malam. Hingga tanpa terasa, Anna pun kelelahan. Dia pun tertidur. Dave yang mengetahui Anna tertidur, lantas menarik kepala Anna, dan menyandarkannya di bahunya. Saat Anna bergerak, Dave menenangkannya dengan mengelus-elus kepalanya. Setelah Anna tertidur pulas, Dave menggendong tubuhnya, dan membawanya masuk ke dalam. Dia membaringkan tubuh Anna di sofa, kemudian menyelimutinya dengan mantel yang dikenakannya. Dia menatap wajah Anna sebentar, kemudian mencium keningnya. "Terimakasih karena sudah hadir, Anna. Kamu adalah pengobat untuk segala luka yang pernah saya rasakan sebelumnya. Tolong jangan pernah pergi, atau berpikiran untuk meninggalkan saya. Karena saya tak akan sanggup jika harus kehilangan dirimu!" Dave membelai wajah Anna, dia menyelipkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Anna. Setelah mencuci muka, Dave pun turut membaringkan tubuhnya di samping Anna. Hingga tanpa terasa Dave pun tertidur. Dia terlelap sambil memeluk tubuh Anna posesif. *** Sementara itu di kediaman Muller, Arabella yang baru saja diusir dari Resort Dave, dia datang ke sana untuk menemui Gavian—sepupunya. Wanita itu mengadukan perihal apa yang baru saja terjadi kepada dirinya. "Aku sungguh tidak menyangka, Dave akan setega itu padaku. Dia bahkan mengusirku dari tempatnya, dan lebih memilih perempuan itu!" Ucap Arabella kesal. "Bukankah sudah kubilang, kalau sekarang Dave sudah berubah? Dia sudah tidak seperti dulu lagi. Kini dia sudah melupakanmu, Ara! Dia sudah memiliki wanita lain!" "Tapi tidak mungkin semudah itu dia melupakanku. Bahkan hanya gara-gara seorang wanita seperti Anna! Aku tidak bisa menerima itu!" "Lalu kamu mau apa? Merebut Dave kembali? Aku bahkan tidak yakin, kalau Dave masih mengharapkan mu saat ini." Arabella terdiam. Seketika bayangan kejadian tadi melintas kembali dalam ingatannya, di mana saat dirinya dan Dave sedang melakukan hubungan ranjang. Tiba-tiba saja pria itu mendorong dirinya, saat menyadari kalau saat itu Dave sedang berhubungan dengannya. Arabella pun kesal. "Kau benar. Sepertinya kehadiran wanita itu dalam hidup Dave, sudah mengubah dirinya seluruhnya. Bahkan dia juga tidak peduli lagi dengan keberadaanku. Lalu aku harus apa sekarang? Haruskah aku diam saja dan membiarkan itu? Aku tidak bisa! Aku tidak rela melihat Dave bahagia bersama wanita lain, selain diriku!" Gavian memperhatikan Arabella, kemudian menghampiri wanita itu. "Bukankah kamu bilang saat ini sedang hamil? Kenapa kamu tidak menggunakan itu saja untuk menghancurkan hubungan mereka?" Arabella terkejut. "Kamu gila?! Ini bahkan bukan anak Dave! Ini adalah anaknya Ramon." "Kamu bisa mengatakan padanya, kalau anak itu adalah miliknya. Dave juga sepertinya tidak akan tahu." Arabella tersenyum. "Sepertinya boleh juga. Mungkin dengan ini, Dave akan mempertimbangkan. Apakah dia akan meninggalkan ku, atau Anna!" *** Pagi harinya, Arabella kembali datang ke Resort milik Dave. Dia datang untuk bertemu dengan Dave. Namun sayang setibanya di sana, dia tidak mendapati keberadaan laki-laki itu di rumahnya. "Nona Ara, tolong tinggalkan tempat ini! Sebelumnya Tuan Dave sempat berpesan, untuk melarang Nona Ara datang lagi ke rumah ini," ujar Simon dengan sopan. "Diam, kamu Simon! Apa kamu tidak tahu, kalau saat ini aku sedang mengandung anaknya Dave?! Aku datang ke sini untuk memberitahunya, kalau anak ini adalah miliknya! Jadi lebih baik, sekarang katakan padaku! Di mana Dave?! Aku harus bertemu dengannya dan berbicara padanya!" Simon bungkam. Dia juga bingung harus bagaimana. Haruskah dia memberitahu keberadaan Dave saat ini? "Maaf Nona Ara, mungkin lebih baik saya tanyakan dulu kepada Tuan Dave, apakah saya berhak memberitahu anda, atau tidak." "Kau tidak mau memberitahuku, Simon?!" "Bukan seperti itu, Nona Ara, tolong mengertilah! Saya hanyalah seorang bawahan Tuan Dave. Saya hanya akan memberitahu Nona, jika Tuan Dave sudah mengizinkan." "Baiklah, terserah padamu saja!" Simon pun mencoba untuk menghubungi Dave. Hingga selang beberapa lama, panggilan itu pun tersambung. *** Di Rumah Sakit... Anna dan Dave masih tertidur. Pada saat ponsel Dave berbunyi, keduanya pun langsung terbangun. Anna begitu terkejut saat menyadari dirinya sedang dipeluk oleh Dave. Dia langsung bangkit dan menjauhkan diri dari laki-laki itu. Sementara Dave, mengetahui ada yang menelponnya, dia lekas membawa ponselnya ke arah balkon. Setibanya disana, Dave pun mengangkat panggilan itu. "Hallo, Simon? Ada apa kamu menghubungi saya pagi-pagi seperti ini?! Apa kamu tahu, kamu sudah sangat mengganggu saya!" "Maafkan saya, Tuan Dave, tapi ini penting! Makannya saya terpaksa menghubungi Anda. Maaf kalau sudah menganggu Anda!" "Memangnya ada hal penting apa yang ingin kamu sampaikan, Simon? Katakanlah!" "Ini menyangkut Nona Arabella! Dia—" "Hallo, Dave! Aku sudah berada di Resort-mu saat ini. Bisakah kamu pulang sekarang? Atau, mau aku yang datang ke sana? Baiklah, katakan padaku! Sekarang kamu di mana? Biar aku yang akan datang ke sana untuk menemuimu!" Dave terkejut mendengar suara Arabella di sana. Dia tidak menyangka kalau tiba-tiba wanita itu akan berbicara. "Arabella?! Kamu?! Apa yang sedang kamu lakukan di Resort saya?! Bukankah sudah saya katakan, untuk tidak menampakkan wajahmu lagi di hadapan saya?! Pergilah dari sana! Tinggalkan rumah itu sekarang juga!" "Dave! Tega sekali kamu mengusirku! Apa kamu tidak ingin tahu, kabar apa yang ingin aku sampaikan padamu saat ini?! Dave terdiam. "Aku hamil! Aku hamil anak kamu, Dave!" Dave terkejut mendengar itu. Seketika dia menatap ke arah Anna yang saat ini juga sedang memperhatikannya. "Tunggu aku! Aku akan segera pulang!" Dave mematikan panggilannya. Dia pun berjalan menghampiri Anna. Dia menatap wanita itu dengan bimbang. "Ada apa, Tuan? Apa ada masalah?" Dave menggeleng-geleng kepala. Dia pun mengelus puncak kepala Anna. "Sepertinya saya harus pergi dulu, Anna. Ada urusan yang harus saya selesaikan. Kamu, jaga dirimu baik-baik! Jika ada apa-apa, jangan sungkan untuk mengabari saya!" Dave mencium kening Anna. Anna mengangguk. Setelah itu, Dave pun pergi dari ruangan meninggalkan Anna yang masih bimbang dengan perasaannya. "Ada apa sebenarnya dengan tuan Dave? Kenapa aku merasa, kalau saat ini dia sedang menyembunyikan sesuatu?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN