21-Penggemar

1325 Kata
Brum! Motor ninja hitam itu masuk ke halaman tandus yang tak diterangi lampu. Hanya lampu teras yang sedikit menerangi. Si pengendara motor menghentikan kuda besinya di dekat pohon jambu. Setelah itu dia turun dan membawa dua kantong kresek di tangannya. “Kak Virgo!!” Seruan itu membuat Virgo menoleh. Dia mendekat lalu mengulurkan kresek putih itu ke Seika. “Buat lo.” Seika menerima kresek itu, seketika harumnya makanan tercium di hidungnya. “Masuk yuk, Kak,” ajaknya lalu berjalan lebih dulu ke rumah kuno itu. Virgo melangkah ke teras dan memilih duduk di kursi kayu. Dia mendapati di dalam rumah itu telah sepi, tanda jika hampir seluruh penghuni rumah telat tidur. Cowok itu tak ingin mengganggu. “Loh kok duduk sini?” tanya Seika setelah kembali keluar. “Nggak apa.” Cewek berambut panjang lurus itu lalu duduk di samping Virgo. Bibir kecilnya membentuk seulas senyum. Senang karena malam ini Virgo ke mari. “Gue kira Kak Virgo nggak dateng,” ucapnya. “Datenglah,” jawab Virgo sambil menoleh sekilas. “Mana PR-nya?” Seika mengambil buku yang berada di atas meja lalu membuka buku itu. “Logaritma, Kak.” Virgo mengambil alih buku itu dan melihat sepuluh soal yang tertera. “Udah dikerjain.” “Udah.” Satu tangan Seika mengambil buku tulisnya yang terbuka lalu menyerahkan ke Virgo. “Tapi nggak tahu Kak ini bener atau salah.” Cowok berhidung mancung itu mulai mengoreksi pekerjaan Seika. Sedangkan gadis itu menunggu sambil memperhatikan Virgo. “Gue kira Kakak nggak dateng loh. Kok tumben Kak datangnya agak malem?” tanya Seika penasaran. “Habis nganter dulu.” “Siapa?” Virgo mengangkat wajahnya, melirik Seika sekilas lalu menatap ke depan. Virgo ingat saat dia mengantar cewek aneh yang sepanjang perjalanan cerewet itu. Tapi untunglah telinga Virgo masih bekerja normal setelah mendengar celotehan itu. “Kok Kak Virgo malah ngelamun,” kata Seika membuat Virgo tersentak pelan. Cowok itu menggeleng pelan lalu menunduk. “Cewek aneh.” “Gue yang aneh?” Sontak Seika menunjuk wajahnya dengan jari telunjuk. Buru-buru Virgo menggeleng seraya menjawab. “Bukan.” “Terus?” “Auryn.” Satu alis Seika terangkat. Auryn? Dia tahu nama itu dan siapa pemilik nama itu. Tapi apa dia nggak salah dengar? Auryn? Rasanya Virgo jarang terlibat dengan cewek itu. “Kakak habis jalan sama kak Auryn?” tebak Seika. Wajah cewek itu seketika berubah, air matanya mulai berkaca-kaca. Virgo menutup buku catatan Seika dan meletakkan buku bersampul merah itu ke atas meja. Arah pandang Virgo lalu tertuju ke gadis di sampingnya itu. “Dia nebeng.” “Kok bisa?” tanya Seika cepat. Mendapat tatapan tajam dari Virgo, Seika langsung menutup mulutnya. Gadis itu merasa bersalah karena terlalu menginterogasi Virgo. “Maaf, Kak.” “Nggak perlu minta maaf.” Cowok dengan jaket hitam itu lalu menatap ke depan. Memperhatikan halaman luas itu kering tandus. “Dia nebeng.” Perlahan Seika membuang napas lega. Dia kira Virgo habis jalan dengan Auryn. Seika takut saja cowok yang dia suka ini terpesona dengan Auryn. Ayolah siapa yang tak tahu Auryn. Di kelas Seika saja nama itu sangat terkenal. Bahkan temen cowok Seika di kelas banyak yang menyukai Auryn. Tapi tak ada yang berani menembak karena kakak kelas cantik itu sudah ada yang punya. “Menurut Kak Virgo, kak Auryn cantik nggak?” tanya sadar Seika mengajukan pertanyaan itu. Seketika Virgo menoleh, cukup kaget mendengar pertanyaan aneh itu. “Biasa.” “Serius?” Mata Seika sedikit membulat. Apa benar menurut Virgo, Auryn biasa saja? Seika sulit percaya. “Masa? Cowok di sekolah suka loh ke kak Auryn.” “Kecuali gue.” Membahas Auryn membuat Virgo ingat dengan cewek yang selalu memakai aksesoris berwarna pink itu. Dia juga ingat saat mengomentari penilaian Auryn. Ck! Jika ingat itu rasanya Virgo menyesal, karena untuk pertama kalinya dia berbicara panjang dengan Auryn. “Menurut Kak Virgo kak Auryn itu gimana?” tanya Seika ingin tahu. Dia ingin mengorek informasi bagaiaman tipe cewek kesukaan Virgo. “Biasa.” “Ya biasa itu gimana?” Virgo menoleh, heran sendiri kenapa Seika terlihat begitu penasaran. “Udahlah jangan bahas dia.” Ujung-ujungnya Seika kesal sendiri. Dia selalu kesusahan jika ingin mengorek informasi ke Virgo. Cowok itu terlalu tertutup. “PR-nya cuma ini doang?” tanya Virgo kemudian. “Iya, Kak.” “Gue balik ya. Udah malem.” Setelah mengucapkan itu Virgo beranjak ke motornya. Seika tak berusaha menahan, karena memang sudah malam dan tak ingin merepotkan cowok itu. Seika ingin belajar dengan Virgo dan cowok itu yang menghampiri, itu sudah cukup merepotkan. “Kak, besok gue bawain bekal ya,” kata Seika sesampainya di samping motor Virgo. Virgo membuka kaca helmnya sebelum menjawab, “Ngerepotin.” “Enggak, Kak,” jawab Seika. “Gue sering ngerepotin Kakak. Apalagi tiap ke sini Kak Virgo selalu bawa makanan.” “Nggak masalah.” “Ya sama, Kak. Bawain Kakak bekal itu nggak itu nggak masalah buatku.” Perdebatan kecil ini membuat senyum Virgo terbit, tapi Seika tak tahu karena bibir cowok itu tertutup  bagian depan helm. “Terserah aja,” kata Virgo lalu melajukan motornya. Senyum Seika mengembang. Dia mundur beberapa langkah lalu melihat Virgo yang perlahan keluar dari halaman. Setelah Virgo menjauh dari pandangan barulah Seika kembali masuk. Baru sampai di ruang tamu, dikejutkan dengan kehadiran ibu panti. Seika mengurungkan niatannya dan duduk di samping ibu panti. “Kak Virgo kok buru-buru?” Seika tersenyum, ingat dengan cowok itu. “Udah malem katanya, Bu.” “Oh gitu. Besok bawain dia bekal kayak biasanya.” Seika mengangguk. Dia melihat ibu panti beranjak, meninggalkannya sendirian. Beginilah hidup Seika, dia hanyalah anak dari panti asuhan. Dia bisa bersekolah di tempat elit karena bantuan dari orangtua Virgo. Dua tahun lalu, Seika akan diadobsi oleh keluarga Virgo. Namun Seika menolak. Dia tak bisa meninggalkan panti, tempat yang selama ini menampungnya. Selain itu Seika satu-satunya yang paling dewasa. Jadi saat mendengar Seika akan diadobsi, adik-adik penghuni lainnya menangis dan tak membiarkan Seika pergi. Akhirnya Seika memutuskan di panti saja, membantu ibu panti yang sudah tua renta. Beruntung, keluarga Virgo masih mau membantu dengan menyiapkan dana pendidikan Seika. Hingga hari itu terjadi, saat Seika bertemu dengan Virgo dan terpana dengan ketampanan cowok itu. Harusnya Seika sadar diri, tapi dia tetap tak bisa menahan perasaan itu. Dia menyukai Virgo.   ***   Manik mata hitam itu menatap ke kaca depan. Melihat kendaraan yang memadati jalanan. Membuat lalu lintas sedikit terhambat, ditambah lampu merah yang masih belum mau berganti dengan warna kuning dan hijau itu. “Nanti makan siang bareng yuk.” Auryn menoleh. Dia menghela napas melihat telinga kiri abangnya yang tersumpal headset wireless. Auryn menyandarkan tubuhnya lalu melipat kedua tangannya, sadar jika abangnya bukan berbicara dengannya. Pagi hari yang macet ditambah harus terjebak satu mobil dengan abangnya bukan perpaduan yang pas. “Gue selalu ada waktu. Apa sih yang enggak buat lo.” “Jangan mau dibuayain sama buaya!!” teriak Auryn sebal. Telinganya terasa panas mendengar gombalan abangnya itu. Andreas menoleh. Tangan kirinya mendorong sisi kepala Auryn, hingga kepala adiknya itu menempel dengan kaca mobil. “Jangan dengerin dia. Dia itu adikku yang kurang ajar,” kata Andreas kepada sang penelepon. Kedua tangan Auryn menarik tangan besar abangnya. Tulang pipinya terasa sakit karena membentur jendela. Tak lama Andreas menjauhkan tangannya dari kepala Auryn. Sontak Auryn memukul lengan abangnya sebal. “Sialan!” maki Auryn sambil mengusap pipi kirinya. Gadis itu bergeser ke ujung pintu. Lebih baik dia tidur sebentar sambil menunggu sampai di sekolah. Sedangkan Andreas kembali menggombal dengan penelepon itu. Tiga puluh menit kemudian mobil sport Andreas telah berhenti di depan sekolah yang di d******i warna putih. Auryn buru-buru melepas sabuk pengaman, lalu keluar tanpa pamit. Dia melangkah sambil mengusap telinganya yang panas. “Heran gombalan kayak gitu kok bikin cewek seneng!!” gumam Auryn. Brum! Saat melangkah di halaman depan, Auryn merasa sebuah motor melintas terlalu dekat dengannya. Dia memperhatikan motor ninja hitam yang tak asing itu. Kali ini ada seorang gadis yang duduk di boncengan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN