11-Lomba Nggak Ngomong?

1161 Kata
“Ngapain lo natap gue?” tanya Auryn mulai jengah karena ditatap intens oleh Virgo. Gadis itu menurunkan kedua tangannya ke sisi tubuh. Mata bundarnya mengamati wajah putih bersih Virgo. Hingga Auryn melihat seulas senyum terbit dari cowok itu. “Nggak matching,” ucap Virgo. Alis Auryn menukik ke atas. Dia menunduk memperhatikan penampilannya. Dia merasa tak salah kostum dan tak salah mengenakan kaos kaki. “Apanya?” tanyanya kemudian. “Bandana pink.” Refleks tangan Auryn terangkat menyentuh bandana kesukaannya. “Nggak ganti-ganti,” kata Virgo singkat. Seingatnya Auryn selalu memakai bandana pink seperti tak memiliki bandana warna lain saja. Untungnya Auryn cukup cerdas, dengan mudah dia bisa menyimpulkan perkataan Virgo yang sepotong-sepotong itu. “Lo ngejek gue?” semprot Auryn. “Bandana gue banyak dan warna pink semua! Bukan berarti nggak ganti!!” Virgo manggut-manggut tak berarti. Dia maju selangkah hendak melewati Auryn. Namun gadis itu dengan cepat menghadang. “Satu lagi! emang gue suka warna pink! Serah lo ngomong penampilan gue matching atau enggak!!” lanjut Auryn. Napasnya mulai naik turun. Sial rencana ingin mengerjai Virgo malah Auryn dibuat kesal cowok itu. “Minggir!” kata Virgo sambil mendorong bahu Auryn. Cowok itu capek ngomong dengan Auryn. Telinganya juga panas mendengar nada tinggi gadis itu. Auryn tetap pada posisinya. Virgo tak kalah akal, dia mendorong Auryn dengan pundaknya. Tubuh Virgo yang cukup besar membuat Auryn terdorong ke belakang, hingga gadis itu jatuh terduduk. “Aduh!” maki Auryn jatuh terduduk. Virgo tersenyum tipis melihat gadis itu duduk di lantai. Dia lalu berjalan menuju tempatnya. Tindakannya membuat Virgo ditatap tiga temannya yang sudah di dalam kelas. Tapi Virgo sama sekali tak peduli, gadis itulah yang mencari ulah. “Sialan lo!!” Auryn masih dengan posisi duduk. Dia menepuk telapak tangannya yang kotor, setelah itu berdiri. Arah pandangnya tertuju ke cowok yang mendorongnya itu. Bibirnya bergerak mencibir. Cowok itu seolah tak merasa bersalah telah mendorong. Auryn tak mau tinggal diam. “Hei! Lo nggak mau minta maaf!!” Auryn berjalan dengan kaki menghentak. Sesampainya di meja Virgo, Auryn berdiri dengan kedua tangan memegang ujung meja. Mata bundarnya mengamati cowok yang kembali sibuk dengan buku di tangan. Karena kesal dengan tindakan tak acuh Virgo, Auryn menarik earphone Virgo dengan kasar. Membuat si pemilik mengangkat wajah. “Nggak minta maaf?” tanya Auryn. Virgo memasang earphone-nya lagi. Dia sama sekali tak menjawab ucapan Auryn. Bahkan Virgo terkesan tak menganggap Auryn ada di depannya. “Lo kok ngacuhin gue sih!!” maki Auryn. Brak! Auryn menggebrak meja hingga telapak tangannya terasa panas. Namun, tindakannya tak membuahkan hasil sama sekali. Membuat gadis itu menghentakkan kaki kesal. “Tunggu pembalasan gue ya!” kata Auryn setelah itu balik badan ke tempat duduknya. Dari ekor matanya, Virgo melihat bagaimana Auryn yang berdecak sambil berjalan menjauh. Virgo geleng-geleng, menganggap gadis itu begitu aneh. Padahal gadis itu tadi yang memulai duluan. Kalau saja Auryn mau minggi tak mungkin Virgo sampai mendorong gadis itu hingga terjatuh. Sedangkan di bangku belakang, Auryn menatap Virgo yang tak kunjung menoleh bahkan meminta maaf itu­. Auryn menyangga dagu. Seumur hidupnya dia tak pernah berhadapan dengan cowok secuek Virgo. Cowok lain bahkan berebut mendekatinya. “Ini nggak bisa dibiarin! Gue harus ganggu dia!” Auryn berdiri lalu melangkah ke deretan depan. Dia memilih duduk di samping kiri Virgo. Membuat cowok itu mengangkat wajah, tapi tetap tanpa sepatah kata yang keluar. Merasa sedang diperhatikan, Auryn menoleh. Balas menatap Virgo dengan bibir mencibir. “Gue duduk sini! lo nggak suka?” sentak Auryn. Virgo kembali membaca buku tanpa menjawab sentakan Auryn. Membuat Auryn menghela napas berat. “Lo tuh cowok aneh. Bener ya kata Wiska lo itu puasa ngomong,” kata Auryn. “Bener ada istilah diam itu emas. Tapi kalau lo diem terus itu kebangetan.” Konsentrasi Virgo hilang karena cerocosan gadis itu. Dia menoleh lalu menempelkan jari telunjuk ke bibirnya, meminta Auryn agar diam. Namun bukan Auryn namanya kalau menurut. “Bener kan yang gue bilang? Diam lo itu kebangetan. Emang lo lagi ikut lomba puasa ngomong ya?” tebak Auryn. Virgo hanya diam. Dia mulai membangun konsentrasi yang terpecah karena Auryn. Sedangkan Auryn terus menatap Virgo. Gila nih cowok beneran ikut lomba nggak ngomong.   ***   “Lo ngapain sih pindah depan?” Wiska duduk di samping Auryn. Pagi ini cowok itu dibuat kaget karena Lika yang duduk di sampingnya. Bukan Auryn cewek cantik dan songong yang selalu di samping Wiska. Satu jam pelajaran duduk di samping Lika membuat Wiska mati kebosanan. Lika lebih banyak diam, tak seperti Auryn. “Pengen ngerjain seseorang,” jawab Auryn lalu melirik cowok di samping kirinya. Sedangkan cowok itu sama sekali tak mendengar karena dia fokus membaca buku dan earphone menyumpal telinga. “Dia maksud lo?” dagu Wiska bergerak ke arah Virgo. “Lo ngapain sih cari gara-gara ke tuh cowok? lo suka sama dia?” Mata Auryn seketika langsung melotot. Dia memukul pundak Wiska cukup kencang. “Bibir lo harus difilter,” jawab Auryn. “Lah habisnya aneh banget. Lo itu Auryn. Cewek yang tanpa deketin cowok pasti bakal dikejar-kejar sama cowok.” Kalimat itu membuat Auryn langsung menepuk pundaknya. Seperti biasanya, gadis itu seolah bangga dengan kemampuannya itu. “Hai, Kak.” Suara lembut itu membuat Auryn dan Wiska menoleh. Mereka melihat gadis berambut panjang dengan poni blow berdiri. Sontak Auryn menoleh ke Virgo. “Penggemar lo tuh!” teriak Auryn. Teriakan itu membuat Virgo mendongak. Dia melihat Seika berdiri di depannya. Virgo melepas earphone-nya lalu tersenyum tipis ke Seika. “Ada apa?” Seika mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya. Dia lalu menyerahkan kotak makan itu ke Virgo. “Buat Kak Virgo,” ucapnya lalu berlari keluar. Tindakan itu diperhatikan Auryn dan Wiska. Dua orang itu lalu terbahak. “Hahahaha.” Auryn geleng-geleng melihat tingkah Seika. “Lo punya fans juga ya,” katanya ke Virgo. Virgo lalu berdiri. Dia memilih keluar kelas daripada ditertawakan Auryn dan Wiska. “Sialan! dia punya fans sedangkan gue enggak,” gerutu Wiska. “Nasib lo, Bro.” Auryn menepuk pundak Wiska lalu berdiri. Cewek itu penasaran ingin melihat Virgo pergi ke mana. “Kerjain mereka yuk,” ajak Auryn. Jika soal jail menjail, Wiska selalu bersemangat. Cowok itu berdiri dan mengikuti langkah Auryn. Di depan kelas, Virgo duduk di bangku sambil menyantap bekal dari Seika. Tak lama kegiatannya terganggu karena dua orang yang mengganggunya. “Ciee dikasih bekal!!” goda Auryn. “Ciee!! Bagi dikit dong, Go.” Virgo melirik sekilas lalu melanjutkan makan tumis kangkung itu. Tindakan itu membuat Auryn semakin ingin mengerjai cowok itu. Namun belum sempat itu terjadi suara gaduh terdengar. Auryn dan Wiska berpandangan bingung dengan suara gaduh itu. Mereka melihat beberapa siswa mendekati pembatas lalu menunduk ke arah lapangan. Auryn ikut mendekati pembatas dan menunduk. “Katanya sih Yohan berantem,” samar-samar ada yang mengatakan kalimat itu. Sontak Auryn turun ke lantai satu. Dia penasaran apa yang terjadi dengan pacarnya itu. Padahal selama mengenal Yohan, lelaki itu tak pernah berantem. Yohan tipe cowok cinta damai dan tak mau terlibat masalah. Auryn tahu itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN