Nggak bisa jawab? Gue emang nggak spesial ya buat lo.”
“Jangan ngomong gitu!!” sentak Auryn cepat.
Auryn membuang napas pelan. Dia berusaha memperhatikan Redo, tapi usahanya selalu saja dianggap masih kurang.
“Daripada berantem, lo mau apa gue turutin,” kata Auryn.
Senyum Redo mengembang. Dia mengulurkan tangannya ke Auryn. Dan gadis itu dengan cepat menjabat.
“Gue mau jalan-jalan sama lo.”
“Oke.”
Keduanya lalu berjalan beriringan menjauh dari halaman sekolah. Matahari hampir tenggelam, tapi dua siswa itu baru meninggalkan kelas.
“Lo mau pergi ke mana?” tanya Redo.
Bahu Auryn terangkat ke atas. “Serah,” jawabnya lalu melanjutkan makan ice cream.
“Ke rumah gue aja gimana? Males nyetir jauh gue.”
Langkah Auryn seketika terhenti. Selama berpacaran dia bahkan tak pernah mengunjungi rumah pacarnya. Dia merasa tak enak dan tak siap aja ke rumah mantan pacarnya. Belum lagi kalau bertemu dengan orangtua pacarnya.
“Ngapain ke rumah lo?” tanya Auryn lalu melanjutkan langkah.
Redo mengekor di belakang Auryn. Cowok itu melahap cone terakhirnya barulah menjawab.
“Santai. Di rumah ada bibik kok. Jadi lo nggak usah mikir aneh-aneh.”
“Orangtua lo?”
Pertanyaan itu membuat Redo membuang napas panjang. Dia menyejajarkan lalu melingkarkan tangannya ke pundak Auryn.
“Jarang di rumah,” jawab cowok itu tak bersemangat. “Yuk!”
Auryn memperhatikan rahang Redo yang mengeras. Cowok itu gampang berubah-ubah mood-nya. Sebenar-sebentar enak diajak ngobrol, kemudian jadi marah-marah.
Bruk!!
Suara benda jatuh itu membuat Auryn langsung menjauhkan tangan Redo dari pundaknya. Gadis itu takut kalau Yohan ternyata belum pulang dan memergokinya. Auryn lalu mengedarkan pandangan dan melihat cowok dengan earphone di telinga tengah menunduk memungut buku-buku.
“Tuh cowok belum pulang,” gumam Auryn.
Redo memicing melihat ke cowok jangkung yang berdiri lalu tatapan mereka bertemu. Redo melihat ada kebingungan dari mata itu, kemudian ditutupi dengan wajah biasa aja.
“Belum pulang lo?” tanya Auryn saat Virgo berjalan ke arahnya.
Virgo mengangguk samar, hampir tak terlihat. Dia lalu berbelok ke arah pintu keluar. Auryn yang merasa tak mendapat jawaban jadi kesal sendiri.
“Songong banget!” gerutunya.
“Siapa sih?”
Sebelumnya Redo tak pernah tahu ada cowok tadi sekolah. Ah bagaimana Redo tahu, dia saja sibuk memperhatikan Auryn.
“Temen sekelas gue. Udah yuk buruan ke rumah lo,” ajak Auryn.
Redo kembali melingkarkan lengannya ke pundak Auryn. Mereka lalu berjalan ke arah parkiran dengan keheningan. Meski begitu ada satu hati yang penuh dengan conffetti.
***
Sebelumnya Auryn tak tahu kalau Redo sekaya ini. Rumah megah dengan dua pilar di depan bagian depan bak mirip dengan istana. Belum lagi furniture dalam rumah yang jelas mewah. Guci-guci besar selalu terlihat di setiap ruangan. Tak lupa, lift di dekat guci berwarna biru yang sempat menarik perhatian Auryn.
“Lo nggak capek kalau rumah lo segede ini?” tanya Auryn sambil menatap ke tangga melingkar tepat di samping kanan kiri lift.
Redo menghempaskan tubuhnya di sofa lalu terkekeh geli. “Ya enggaklah. Udah biasa.”
Auryn duduk di sofa singel yang terasa empuk itu. Sofa di rumahnya tak seempuk ini.
“Terus lo nggak kesepian gitu kalau orangtua lo pada kerja?”
Pertanyaan itu membuat tubuh Redo menegang lalu menatap Auryn. “Jangan bahas itu deh,” pintanya. “Lo mau minum apa?”
“Emm. Terserah lo.”
Redo beranjak meninggalkan Auryn. Sedangkan gadis itu mendongak ingin tahu ruangan di lantai dua seperti apa. Ah, jika seperti ini sangat disayangkan dia tak ada kamera.
“Nih, Ryn,” kata Redo sambil menyodorkan cola. “Lo kenapa ngeliatin atas sampek segitunya?”
Seketika Auryn menghentikan aksinya. Sial dia ketahuan Redo kalau dia sangat kagum dengan rumah ini.
“Pengen bikin vlog?” tebak Redo.
“Iya sih.”
“Ya udah sih bikin.”
“Kamera gue di sita,” jawab Auryn lalu membuka pengait cola. Setelah itu Auryn baru sadar kalau Redo telah menghilang. Akirnya gadis itu hanya diam sambil meminum cola.
“Pakai kamera gue. Kita nge-vlog. Seru kayaknya nge-vlog sama pacar,” kata Redo sambil mengulurkan kameranya. Tindakan itu direspons senyum lebar oleh Auryn.
“Ayo!” jawab Auryn semangat.
***
Pukul sembilan malam, Auryn sudah di rumah. Malam ini dia tak dimarahi karena sebelumnya meminta izin ke mamanya dulu. Jadilah tak ada drama-drama Auryn dan Audrey seperti sebelum-sebelumnya.
Drtt!!
Getar ponsel di meja belajar itu bergetar. Auryn yang sedang memindah foto dan video seketika menoleh. Dia mengambil Iphone X-nya lalu melihat chat yang masuk.
Redo: lo nggak dimarahi mama lo kan?
Untuk pertama kalinya Auryn tersenyum membaca chat dari cowok itu. Auryn lalu membalas dengan cepat.
Auryn: Enggak kok. Makasih ya.
Redo: buat?
Auryn: ngizinin gue bikin vlog.
Redo: bukan masalah besar.
Redo: lo suka sama rumah gue?
Auryn: BANGET!
Redo: itu bakal jadi milik lo kalau lo nikah sama gue.
Auryn: MASIH SMA! UDAH NGOMONGIN NIKAH
Setelah mengirim pesan itu Auryn meletakkan ponselnya. Dia kembali menghadap laptop, melihat file-nya telah terpindah. Dia lalu mulai mengedit video yang dia buat dengan Redo.
Auryn baru tahu kalau Redo bisa juga diajak seru-seruan. Gadis itu terkekeh melihat ekspresi Redo yang kaku di depan kamera. Lalu Auryn melihat video yang memperlihatkan seluruh ruangan di rumah Redo yang serba megah itu. Terdapat peralatan fitnes, kolam renang besar lengkap dengan tempat duduk santai lalu ada ruang teater.
Berkeliling di rumah Redo, membuat kaki Auryn terasa pegal. Gadis itu tak membayangkan betapa lelahnya pembantu di rumah Redo yang setiap hari membersihkan rumah itu. Yah meski pembantu di rumah cowok itu banyak dan selalu bagi-bagi tugas, tapi tetap saja pasti capek.
Drtt!!
Ponsel itu kembali bergetar. Tanpa mengalihkan pandangannya, Auryn mengambil benda itu. Dia membuka chat yang ternyata dari Redo itu.
Redo: ya kali lo mau nikah muda. Gue siap kok.
Redo: oh ya kamera lo di sita?
Auryn: iya disita.
Redo: ya udah kamera itu buat lo.
Auryn kaget dengan chat itu. Dia lalu mengambil kamera Sony Cyber-shot RX 100 IV berwarna hitam itu. Dia yakin kamera itu bukan barang mahal untuk Redo. Namun apa mudah cowok itu memberikan barang itu? lagipula Auryn tipe gadis yang tidak mudah menerima pemberian orang lain. Dia takut saja kalau orang yang memberi malah meminta imbalan lebih. Apalagi jika imbalan yang diminta malah hal-hal yang berbahaya.
Buru-buru Auryn membalas pesan itu.
Auryn: gue nggak mau
Redo: kenapa?
Redo: di rumah nggak ada yang pake. Lo pake aja.
Auryn: nggak usah.
Redo: kenapa? Takut gue minta yang aneh-aneh?
Redo: ya udah gue pinjemin ke lo.
Auryn: oke.
Jika dipinjami seperti ini, Auryn sedikit lega. Kalau nanti Redo macam-macam dan mengungkit masalah kamera, dia tinggal mengembalikan kamera itu.
Auryn lalu mula mengedit video itu. Tubuhnya tak begitu lelah, jadi dia manfaatkan untuk melakukan hobinya. Untuk kali ini, Auryn berterima kasih ke Redo. Karena gadis itu memiliki stok konten untuk Youtubenya.