BAB – 21 Zaki meremas tangkai mawar yang tadi digenggamnya dengan hangat itu hingga patah. setelah itu, mawar tersebut dilemparnya begitu saja. Bunga itu terbuang seperti asanya yang kini tenggelam. Zaki memutar tubuh sebelum Sumi menyadari kedatangannya. Langkah kakinya terasa melayang seolah tak menapak pada tanah. Martabak manis yang ditentengnya diberikannya pada dua anak lelaki berumur sekitar tujuh tahun yang tengah berlarian. “Dek, sini!” Zaki memanggilnya. “Apa, Om?” tanya salah satu anak lelaki itu seraya mendekat. “Ini buat kamu!” Zaki menyodorkan plastik hitam itu pada bocah lelaki dengan tanda hitam di pipinya. “Wah, makasih, Om!” tukasnya seraya berlari senang. Keduanya langsung menuju pinggiran tempat pengajian anak yang berada tak jauh dari situ. Tampak semua tertawa b