BAB 16 Semenjak mendengarkan ucapan Bapak tadi malam, Sumi kini lebih banyak diam. Pikirannya kembali bingung untuk menentukan arah. Sepanjang dalam perjalanan menuju tempat kerja, dia hanya sesekali menyahut akan celotehan Zaki. Pikirannya bercabang dan bertali. “Dah sampe!” Zaki menghentikan sepeda motornya ketika dia sudah tiba di titik jemputan. “Hah?” Sumi terperangah. Kepalanya sedikit condong ke depan untuk mendengar apa yang Zaki bicarakan. Namun helm mereka malah beradu. Lelaki beralis tebal itu terkekeh. “Dah sampe! Kamu mikirin apa, sih? Ngelamun, ya? Tenang saja, hati aku itu paten, lope-lopenya cuma buat kamu!” tukasnya seperti biasa, ringan, datar dan pasti seperti bercanda. Zaki pun menoleh ketika Sumi turun dari boncengannya. “Emh enggak!” Sumi masih tak hendak berceri