Sampainya di rumah Zein, Devina mengingat pertama kali ia menginjakkan rumah ini dan ia bertanya pada seorang wanita yang mengaku bahwa ia adalah tunangan Zein, ia melangkah meninggalkan rumah ini dengan perasaan yang bercampur aduk, ia tidak bisa memastikan dirinya bisa terus kuat, suatu saat akan ada titik kelemahan yang ia perlihatkan pada orang lain. Temmy masih menggendong Qiara, dan tersenyum melihat gadis kecil itu, gadis kecil yang sangat mirip dengan ayahnya, mimik wajahnya persis seperti Zein. “Sayang, kamu capek?” tanya Devina pada putrinya. “Nggak kok, Ma,” jawab Qiara menggeleng penuh semangat. “Kalau nggak capek, kamu bisa main sama Bibi itu ya,” kata Temmy. “Min, ajakin Qiara main ya,” kata Temmy. “Baik, Pak,” jawab Sami—asisten rumah tangga yang mengurus rumah ini. Sa