Devina mengetuk pintu rumah ibunya, berharap ia bisa diterima kembali di rumah ini, sudah hampir tiga tahun ia mencari hidup sendiri, namun tak ada yang benar-benar bisa membuat hatinya nyaman, andai saja ia mau menemui Zein, ia pasti tak akan semenderita ini, namun tak ada gunanya menyesali semuanya, keputusannya tidak bisa lagi di ganggu gugat. Seorang wanita hamil keluar dari rumah, kakak kandungnya—Denia—kini tengah hamil anak keduanya. Denia memicingkan mata dan melihat Devina juga Qiara secara bergantian. “Mau apa lagi kamu kemari, Devina?” tanya Denia membuat Devina berlutut dihadapang sang Kakak. Qiara keheranan melihat ibunya yang kini berlutut. “Apa-apaan ini?” tanya sang Ibu—Amira. Lalu terkejut melihat Devina berlutut begitu pun dengan seorang gadis kecil yang mengikuti tindaka