LAPORAN SAMPAH

1524 Kata
"Ini masih sama seperti kemarin!" seru Reza lagi masih dengan kekesalan terlihat di wajahnya. Ya, Rania juga tahu dan sudah bisa memprediksi kalau pagi itu dia pasti akan kena marah lagi. Wajah CEO light up itu memang selalu saja seperti ingin menerkam dirinya. Tapi mau bagaimana? Rania memang sudah yakin sekali kalau laporannya itu benar. Jadi mau Reza kesal seperti apapun jawaban Rania tetap sama. "Saya sudah membacanya dan tidak menemukan kesalahannya pak!" Rania keras kepala di sini. "Rapihkan laporan sampahmu itu, bawa itu dan ikut denganku!" Tak ada penjelasan lebih. Bosnya lalu berdiri dan David pun mengikutinya sehingga Rania mau tidak mau hanya bisa menyambar tasnya di meja sekretaris dan pergi mengikuti dua orang yang berjalan sudah lebih dulu menuju lift. Mereka memasuki lift dan di dalam lift juga tak ada yang bicara. Saat naik ke dalam mobil tak ada satu kata pun terurai untuk memecah kesunyian. Ini yang membuat Rania merasa tak enak. Aoalagi David duduk di samping supir sedangkan dirinya harus duduk di samping seseorang yang dari tadi mengomel terus padanya. Kaku, Rania duduk seperti patung dan untuk menggaruk keningnya yang gatal saja tangannya tak berani bergerak. Hanya bola matanya saja yang melirik ke arah jendela dan kelopak matanya seakan tidak terintimidasi oleh dirinya sendiri untuk beraktivitas normal. Rania tahu, diam begini membuat rahangnya kaku, kepalanya tegang dan pening. Tapi sepertinya Rania tidak punya rencana lain. 'Lagipula, dia kayaknya gak ingin bicara denganku kan? Daripada aku di sentak!' seru hati Rania sangat yakin. Karena dari tadi pandangan orang di sampingnya terus saja menatap ke arah laptop di meja di hadapannya The new roll royce phanthom adalah kendaraan yang digunakan oleh CEO Light Up. Rania tahu berapa harga mobil seperti ini yang pasti punya bosnya ini lebih mahal lagi karena dia menggunakan yang limited edition dan model terbaru 2023, sudah di modif based on request dari pabrikannya. Dikirim CBU ke Indonesia. Jelas saja tak mungkin di beli oleh OKB. Hanya keluarga old money yang dapat mewujudkannya. Untung saja Reza tidak menutup kabin privatenya sehingga Rania masih bisa melihat David dan sopirnya di depan dan ini mengurangi kecanggungannya yang sudah lama juga tak naik mobil semewah itu. Rania juga mencoba tetap cool dan me-manage pikirannya agar tak nge-hang di perjalanan. Karena perjalanan itu kurang lebih sekitar sejam tapi tidak ada pembicaraan sama sekali. Makin pegal rasanya rahang Rania dan punggungnya menahan posisi duduknya itu. Tapi siapa juga yang berani mengajak Reza bicara apalagi dia sedang fokus dengan pekerjaannya? Bukankah selama ini dia mengomentari kalau Rania tidak profesional? Rania ingin membuktikan tuduhannya salah! Inilah yang menjadi kekuatannya. 'Akhirnya sampai juga!' Rania lega. Tadi agak sedikit macet. Jadi jalan memang tersendat. Namun kini, Rania tahu kemana dia dibawa. "Jadi ini kantor cabang perusahaan Shining Star Group yang di Indonesia? Besar sekali! Wajar kali ya, mereka kan start up yang udah di level hectocorn. Value perusahaan mereka katanya sudah hampir tujuh puluh triliun US dolar! Wew, jadi enam tahun lalu, aku tidur sama cucu dari pemilik perusahaan segede ini? Gila sih!" entah kenapa jadi ke sana arah pikiran Rania. Perusahaan start up, mereka bisa dibedakan dari value perusahaannya. Ada beberapa level. Yang paling rendah adalah cockroach. Masih baru berdiri dan masih giat mencari investor. Lalu ponies, dengan value perusahaan mencapai sepuluh juta dolar. Selanjutnya, centaurs, unicorn, decacorn dan terbesar adalah hectocorn. Seperti perusahaan induk Shining Star Group. Perusahaan tempat Rania bekerja sendiri, baru menjadi decacorn. Tapi, ada masalah internal yang membuat perusahaan itu jadi di akuisisi oleh Shining Star Group. Semua masalah intern itu Rania tak tahu. Itu masalah perusahaan. Dan sekarang dirinya gugup bukan main melihat kemewahan kantor cabang Shining Star Group itu. Rania terkagum-kagum. Lobi utamanya di d******i marmer dengan nuansa hitam putih yang terkesan mewah, bersih dan elegan. Seakan menunjukkan kebesaran SSG sehingga siapapun yang masuk ke dalamnya mulai terintimidasi oleh aura keagungannya. Bersih dan ruangan sangat besar memiliki ceiling yang tinggi dan interior kaca dan kristal juga menambah kesan mewah. Tak ada suara bising saat mereka memasuki lobi. Dingin, dengan aroma lemon yang menyegarkan dari pengharum udara membuat ruangan tereksan fresh dan segar. Seakan-akan mereka yang masuk ke dalamnya bisa merasa beruntung menghirup udara sesegar itu, jauh dari udara di luar yang panas dan pengap. Manipulasi otak, karena segar dengan kesegaran sesungguhnya, seakan mereka sedang berlibur di pegunungan dengan oksigen yang menyegarkan untuk dihirup. "Selamat Pagi Tuan Clarke." Tak ada suara di lobi kecuali suara sapaan wanita yang berada di lobi dan setengah membungkuk saat Reza datang. Lagi-lagi, elegan, cantik dan berkelas. Rania tahu, tak akan mudah bagi wanita itu mendapatkan posisinya yang sekarang. Selain karena kepandaiannya, penampilan dan bentuk tubuhnya yang sempurna juga pasti dinilai. Seorang resepsionis adalah karyawan yang akan menyapa tamu mereka pertama kali. Sungguh Rania sendiri iri dengan kecantikannya. Padahal Rania juga cantik. "Selamat Pagi Tuan Clarke." 'Ish, sombong sekali tuan muda ini! Dia kan bisa tersenyum atau membalas menjawab selamat pagi gak akan mengurangi uang di kantongnya sih!' Sapaan pertama belum di balas Reza, sapaan kedua dari security yang membuka gate penghubung antara wilayah lobi menuju lift juga tak di jawab. Reza tak perlu menempelkan kartu pass. Dia bisa lewa jalur kusus. Dan sikapnya, jelas membuat Rania berbisik di hatinya. 'Sikapnya memang beda sekali sama sikapnya denganku dulu. Dia manis banget, gak kasar, gak galak, selalu lembut dan caranya memanjakanku--' Rania entah kenapa justru memikirkan ini yang membuatnya lagi-lagi mix memikirkan sosok di masa lalunya. Apalagi sekarang dia berjalan di belakang Reza dan punggung lebar pria yang ditatapnya membuat hatinya lagi-lagi mengingat adegan panas mereka bertahun-tahun lalu. Punggung yang dulu bisa disentuhnya. Punggung yang dulu sering menggendongnya d belakang sana. Punggung yang membuat imajinasi Rania kemana-mana dan tak sangka, dia juga menelan salivanya, makin tak waras. BUG! 'Ah, bodoh aku! Kenapa aku gak liat dia berhenti berjalan?' Reza sudah berhenti tepat di depan lift dan Rania terus melangkah hingga dahinya jelas menabrak punggung Reza. "Ma-maaf pak!" Reza tak membalikkan badan. Rania bicara terbata-bata sambil mundur menjauh. Kepalanya masih menunduk dan jelas hatinya memaki dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa membuktikan kalau bisa bekerja profesional kalau pikirannya masih mix begini? TING! Reza tak menjawab Rania. Ruangan itu megah dan sunyi karena semua pekerja sudah berada di working space masing-masing. Hanya suara dentingan lift yang memecah kesunyian dan Rania melangkah ke dalamnya, selepas Reza berjalan. Rania memilih berdiri di belakang dan menunduk saat Reza dan David berada di depannya. Rania belum tahu kenapa dia dibawa ke SSG. Tapi matanya kembali kagum dengan kemegahan perusahaan itu. 'Gimana kantor puat SSG ya kalau cabangnya aja di Indo sebesar ini?' Pusat perusahaan itu ada di Unites States dan Hong Kong adalah lokasi kedua yang terbesar dan menjadi pusat untuk cabang Asia. Tapi yang di Indonesia, meski bukan cabang utama, ini sudah sangat megah. Rania menjaga jarak langkahnya selalu berada di belakang kedua orang itu sambil menikmati interior kantor yang serba luxury dan memanjakan mata di lantai yang di tuju Reza. 'Apa dia mau membawaku ke rapat? tapi aku cuma punya data seperti ini. Bukankah dia bilang laporanku sampah?' Rania tak mengerti. "Selamat pagi Tuan Clarke. kami sudah menunggu Anda." Reza tak membalas sapaan itu. Dia langsung berjalan menuju ke satu ruangan di mana memang petinggi-petinggi SSG sudah siap untuk agenda mereka pagi itu. Rania sedikit meringis karena gugup. Apalagi aura ruangan itu terkesan kaku dan dingin. Rania tak familiar. 'Apa dia akan membully-ku lagi di sini? Belum puaskah sudah menghancurkan reputasiku di Light Up?' Rania tak tahu, tapi dia menduga begini. "Silakan duduk," tapi kini Rania terdistraksi oleh seorang wanita yang tadi menyapa Reza dan kini sudah menyapanya juga. 'Apa aku harus mencatat rapat ini juga?' Rapat sudah di mulai. Rania yang bingung mencoba profesional dan mempersiapkan diri, duduk dan mengikuti wanita di sampingnya yang sudah lebih dulu melakukan hal yang mau dilakukannya. Rania tak tahu siapa dia tapi sepertinya terlihat seperti seorang sekretaris. Apakah Reza juga memiliki sekretaris di perusahaan itu? Rania tak tahu, tapi dia tak berani bertanya juga. Hingga rapat selesai. Rania berusaha fokus. "Desi berikan laporan rapatnya padaku dalam dua jam!" "Baik Tuan Clarke." Lalu Reza diam dan melirik orang di samping Desi yang tentu saja Rania paham kalau mata itu menyorot padanya. "Belajarlah ke Desi. Aku ingin laporan yang tertunda kemarin dan sebelumnya juga siap dalam waktu dua jam!" "Baik Tuan Clarke." Rania yang canggung pun mengangguk pelan. Dia mengikuti panggilan karyawan lainnya di SSG terhadap Reza. Bahkan di sana, David juga tak memanggil Reza dengan sebutan pak. Mister Clarke, sapaan untuk Reza. "Apa yang bisa kubantu?" Rania sudah yakin sekali tidak ada yang salah dengan laporannya. Tapi Rania tidak bodoh. Desi pasti membuat sesuatu yang lebih baik darinya yang harus Rania pelajari. "Mohon bimbingannya, Bu Desi," jawab Rania merespon. "Tidak perlu canggung! Panggil aja aku Desi. Kamu sekretaris baru Tuan Reza di Light Up?" "Benar Desi." Rania tak berani mengatakan tidak. Dia memilih mengangguk saja karena akan memalukan jika Desi tahu dia bekerja dua tahun lebih tapi laporannya masih tetap disalahkan oleh Reza. Lalu sebenarnya laporan seperti apa yang benar? Rania mengikuti saran Reza untuk belajar sehingga membuatnya cukup malu ketika dijelaskan oleh Desi 'Jadi seperti itukah yang dia inginkan?' hati Rania kecut dan malu. 'Dan aku menuduhnya tak profesional padahal aku sendiri yang main perasaan kah?'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN