Bram tahu bahwa Agni sedang menunggunya, karena Bram tahu semua wanita seperti itu. Bram menepikan mobilnya tepat di depan halte. Bram lalu membuka kaca mobil, ia memandang Agni yang telah menunggunya. "Masuklah" Agni tadi tidak percaya bahwa Bram menghubunginya secara tiba-tiba. Bram menanyakan keberadaanya, dan menyuruhnya menunggu. Ia tadi sulit untuk mencerna ucapan Bram, dan ia tidak sempat untuk memperotes, karena sambungan telfon itu sudah terputus begitu saja. Bram sepertinya bukan jenis laki-laki yang senang berbasa-basi. Laki-laki itu begitu sepontan. Agni membuka hendel pintu mobil, dan lalu duduk di depan kemudi bersama Bram. Agni memasang sabuk pengaman. Bram menutup kaca jendela kembali. Sedetik kemudian mobil lalu menjauhi area halte. Agni melirik jam melingkar di tanga