Chapter 8

981 Kata
Jenis vampire seperti Dean inilah yang harus di waspadai para gadis, dia hanya mengambil darah dari bayi dan para gadis sebagai wujud keduanya agar ia dapat berinteraksi di bawah matahari tanpa takut terbakar. Dengan berjalan santai mengelilingi taman dan perumahan bersama Abigail, Dean membuat Abigail bahagia saat bersamanya bahkan dengan hal-hal kecil saja Abigail bisa tertawa renyah. Abigail yang tidak menyadari bahaya yang sedang menikamnya dari belakang hanya terus mengembangkan senyum ketika dekat dengan Dean sang idola yang memang ia idolakan dari satu tahun yang lalu. "Kau terlihat cantik hari ini" puji Dean, Abigail kembali tersenyum kali ini di sertai semburat merah di wajahnya. "Kau ingin ikut kerumahku aku akan menunjukkan sesuatu untukmu" Dan dengan bodohnya Abigail mengiyakan ajakan Dean. 'Dasar bodoh, lihat apa yang akan ku lakukan' batin dean tertawa devil dalam hati. Rumah minimalis dengan sekitar yang di tumbuhi bunga-bunga yang terawat, dean membawa Abigail masuk ke dalam. Pemandangan pertama saat melihat aneka macam hiasan di rumah Dean cukup membuat Abigail terkagum. Banyak jenis perabotan mewah dengan ukiran rumit juga beberapa lukisan hewan yang menyita perhatiannya sebelum tangan Dean melingkar di pinggangnya dari belakang. Kepala Dean di letakkan di ceruk leher aby, Abigail yang merasa geli segera berbalik menahan d**a Dean yang begitu dekat agar memberi jarak. "Lebih baik jangan terlalu dekat denganku" kata aby, Dean tersenyum miring sebelum kembali menarik pinggang aby dari depan. "Aku menginginkan dirimu untuk memuaskan ku" Satu kalimat yang terucap dari Dean seperti sebuah sengatan listrik di tubuh aby, entah mengapa tapi ia merasa tak nyaman dan ingin segera pergi dari tempat ini. "Aku tidak bisa. Maaf Dean aku harus segera kembali" Dean menarik pinggang aby lebih erat sembali mendekatkan bibirnya ke leher aby menghirup wanginya. Sekuat tenaga aby mencoba mendorong Dean agar menjauh tapi kekuatannya tak berpengaruh apa-apa justru dean semakin erat memeluknya. "Dean lepaskan, kau menyakitiku" aby menepuk apa yang mampu di gapai tangannya. "DEAN!" teriak aby saat tiba-tiba dean mengangkatnya kemudian masuk ke sebuah ruangan dan melemparkan aby ke atas tempat tidur. Mata Dean sudah berubah warna hanya saja taringnya tidak ia perlihatkan. Abigail bergerak mudur saat Dean mendekatinya. Ia salah! Seharusnya ia mendengarkan perkataan nina tadi untuk tidak pergi dengan Dean, Abigail sungguh menyesal jika lelaki itu melakukan hal buruk padanya. Abigail berteriak ketika Dean melepas bajunya sendiri kemudian mengampiri, Abigail semakin meringsut menjauh sedangkan Dean tersenyum mengejek tau jika mangsanya tidak bisa kemana-mana. "Mati atau menurut" Dua pilihan yang Dean berikan cukup berat, keduanya sama-sama membuat Abigail seperti tak hidup meskipun ia memilih salah satu. Jaraknya dengan dean sudah sangat dekat, Abigail memejamkan matanya erat sebelum suara dentuman keras terdengar dan saat ia membuka mata Dean sudah meringsut jauh di sana tepat di atas meja yang hancur. Abigail menoleh ke sana kemari dan dia segera berlari keluar dari rumah itu, saat Abigail sudah berhasil keluar, suara dentuman lebih keras dari yang tadi kembali terdengar bahkan terdengar seperti ada yang sedang berkelahi di sana. Tapi Abigail tidak peduli yang pasti ia harus pergi jauh dari tempat ini menyelamatkan diri dan yang terpenting Dean bukanlah pria sebaik yang dia pikirkan, semua yang nina katakan benar Abigail menyesal tidak mendengarkan saran dari nina. "Kenapa kau menggangguku sekarang lihat dia kabur" Dean meninju Fathir tapi fathir menghidar. "Carilah gadis yang tidak ku kenal" ucap fathir. Dean berdecih "Jangan mencoba menasehatiku sekarang selesaikan ini dengan kekuatan atau kau mati di tanganku" Dean mendorong Fathir sampai lelaki itu menghantam dinding dengan keras. Dean berjalan ke arah fatir meluncurkan serangannya tapi tentunya fathir tidak tinggal diam "Kurang ajar" maki Dean. Kesal akan sikap Fathir yang ikut campur dalam urusannya. -- Selesai dengan urusannya, Fathir kembali ke rumah Jion. Merubah wujudnya menjadi kalelawar dan mengantung di atas kamarnya. "Sudah lelah bermain ya?" Fathir membuka mata dia dan kembali berubah wujud. "Haishh sebenarnya aku sedikit kecewa kau tidak membunuhnya" Jion duduk di sofa panjang dan menaikkan sebelah kaki ke kaki yang lain dengan segelas darah yang dia pegang. "Kau ingin aku membunuh Dean?" Ucap Fathir. "Kau benar. Dean itu makhluk malam yang meresahkan. Hobi anehnya itu membuatku jengkel" "Hei kau mau pergi kemana!" seru Jion. Fathir menoleh sekilas "Menemui wanitaku" jawabnya. -- Fathir berjalan perlahan mendekati tempat tidur Nina. Gadis itu tengah tertidur pulas seperti seorang bayi. Seakan kedamaian sedang melingkupi mimpinya. Dengan perlahan Fathir menyisipkan rambut Nina yang menutupi. Nina bergerak dalam tidurnya, seperti memimpikan sesuatu sehingga meskipun dalam keadaan tidurpun masih bisa menyunggingkan senyum. Fathir terlonjak saat Nina tiba-tiba menyentuh tangannya memakainya seperti bantal. Perlahan Fathir menarik tangannya namun nina semakin erat memegang tangan Fathir. Untuk beberapa saat Fathir membiarkan nina menggunakan tangannya sebagai bantal sampai Fathir memutuskan untuk ikut berbaring di samping nina. Sebelah tangannya mengusap rambut Nina yang sehalus sutra. Tak banyak yang Fathir lakukan. Saat nina melepaskan tangannya Fathir segera bergegas pergi. Semakin lama dia di dekat Nina semakin ingin pula dia menggigitnya. Fathir berjalan saat hujan turun membasahi tubuhnya. Dia menatap ke atas langit membiarkan hujan membasahi wajahnya. Vampir hidup selama ratusan tahun mungkinkah suatu saat dia akan mati?. Dunia ini di penuhi dengan makhluk yang beragam. Vampir, yang orang pikir hanya ada dalam dongeng justru malah berkeliaran di antara mereka. "Hei apa yang kau lakukan. malam-malam begini malah main hujan!" tegur seseorang. Fathir menoleh. "Siapa kau?" "Oh kamu vampir ya. Ku kira vampir tidak suka main hujan hujanan" Lelaki yang berada dalam mobil itu tertawa kecil. Fathir mengerutkan dahinya. "Kau bukan dari klan vampir. Siapa kau" tanya Fathir lagi. "Aku?" lelaki itu tersenyum miring "lebih baik kamu tidak mengenalku" "Tapi kau juga bukan dari kaum manusia" Ujar Fathir lagi tatapannya kembali dingin. Lelaki yang ada dalam mobil itu mengangguk. "Indra penciuman Vampir tajam juga ya. Tapi aku tidak akan mengatakan siapa diriku. Awalnya aku akan memberimu tumpangan tapi kurasa tidak perlu" Lelaki itu melajukan mobilnya meninggalkan Fathir. "Werewolf" Gumam Fathir. Lelaki yang ada dalam mobil tersenyum miring. "Secepat itu kau tau identitasku. Tak heran kau di tunjuk sebagai pangeran" ujar dia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN