Chapter 7

1060 Kata
FATHIR “Hari yang bahagia nina” seru Abigail tepat di muka pintu kelas gadis itu menghampiri nina. “Kenapa kau hari ini senang sekali tidakkah kau ingin berbagi denganku” protes nina. Aby menoel pipi nina sebelum bercerita. “Tadi aku bertemu Dean di depan dia tersenyum padaku aku tidak tau kenapa tapi dia hari ini terlihat berbeda, Dean tadi juga menyapaku dan memberikanku sebuah gantungan kunci yang sangat imut” aby mengangkat gantungan kunci berbentuk kelinci di depan muka nina. “Wah kau beruntung sekali aku juga ingin memiliki yang seperti itu” kata nina membuat Abigail tersenyum sumringah. “Ini hanya milikku kau tau bukan aku sangat menyukai Dean sejak awal kita masuk sekolah ini” “Terserah kau saja yang jelas aku hanya bisa mendukung apapun yang kau suka selagi menurutku baik untukmu” “Ah nina kau memang sahabatku yang terbaik aku bangga memilikimu juga” aby memeluk sebelah lengan nina. Sedangkan di pojok sana fathir mendengar apa yang ke dua gadis itu katakan bukan apa ‘Dean’ yang di maksud Abigail adalah salah satu makhluk yang sama sepertinya, Dean bukanlah manusia dia seorang vampire. Dean lebih lama di sekolah ini ketimbang fathir tapi dari segi usia fathir tentu jauh lebih tua dari Dean. Bedanya dean tidak terlalu kentara jika dia seorang vampire karna hobinya yang selalu menghisap darah bayi yang membuatnya terlihat seperti manusia normal. Dan sepertinya target Dean nantinya Abigail sahabat nina, Gadis sepolos dan selugu aby pasti mudah masuk ke perangkap Dean. Dean tidak sembarang menghisap darah bayi kecuali bayi itu berasal dari benihnya sendiri dan sepertinya Abigail sedang dalam bahaya. “Ku harap kau jangan terlalu dekat dengannya jika kau belum mengetahui bagaimana sifat dia” saran nina. Abigail mengangguk. “Aku akan mendengar saran darimu tapi aku juga ingin mengatakan jika Dean mengajakku makan malam nanti” Senyuman di wajah nina memudar mendengar kalimat akhir Abigail. “Ku sarankan kau harus menolaknya aby, kau belum mengenal Dean kau harus berhati-hati karna kita tidak tau apa dia baik atau jahat” “Dean itu baik nina aku tidak pernah melihat atau mendengar kenakalannya jadi aku yakin dia pasti anak baik-baik” Sepertinya apa yang di pikirkan fathir benar-benar akan terjadi buktinya Dean langsung meluncurkan serangannya dengan cepat. Fathir keluar dari kelas memakai tudung hoodienya pergi ke suatu tempat yang tidak banyak orang tau. “Kau akan pergi menghindari mangsa yang sudah ada di depanmu” Suara Dean mampu membuat langkah fathir berhenti untuk menoleh. Dean berdecak “Kau payah sekali padahal dia begitu nikmat bahkan mampu membuatmu bisa berdiri di bawah sinar matahari tapi kenapa kau tidak menyantap hidangan lezat seperti itu” “Jangan bilang kau menyukai gadis itu, ha ha jika itu terjadi maka kau salah fathir karna kau bukan manusia kau seorang penghisap darah aku yakin gadis itu akan lari ketika menyadari wujud aslimu” Fathir mengepalkan tangannya. “Oke oke aku tau kau adalah jenis vampire yang sangat irit bicara tapi tidakkah kau mengikuti kebiasaanku dengan para bayi, darahnya begitu nikmat bahkan aku tidak bisa memberikan kata-kata saat menikmatinya” “Apa lagi dengan para gadis bodoh itu” lanjut Dean yang langsung mendapat cengkeraman di kerah bajunya dari fathir. “Jangan menyakitinya” ujar fathir, Dean tersenyum meremehkan sembari menepis tangan fathir. “Sayangnya dia sendiri yang mau jadi aku bisa apa aku hanya bisa memberikan kenikmatan untuk mereka sebelum mereka juga memberikan kenikmatan untukku” jelas Dean begitu santai karna memang dirinya terbiasa melakukan hal itu sejak dua ratus tahun yang lalu. “Kau tau siapa yang membuatku seperti ini? Kau kira aku mau menjadi makhluk penghisap? Tapi karna vampire jelek itu yang merubahku apa boleh buat sekarang aku hanya perlu menikmatinya” “Oh ya fathir ku harap kau juga sama sepertiku, jangan menunda mangsamu atau dia akan berubah seiring berjalannya waktu, tentunya merubah isi hatimu” ejek Dean sebelum pergi dari hadapan fathir. Fathir kembali ke kelas, abigail dan Nina tengah sibuk bercerita sesekali mereka tertawa. Fathir menyembunyikan wajahnya saat Abigail menoleh ke arah dia. "Ada apa?" Tanya Nina ikut menoleh ke arah yang sama. "Aku penasaran dengan lelaki itu. Apa dulu dia di lahirkan di daerah kutub utara. Melihat dia saja badanku rasanya kedinginan" Nina menghela Nafas rendah "Kita kan tidak tau masa lalu orang Aby. Mungkin saja apa yang kamu katakan benar" "Ahh Nina aku tidak sabar untuk kencanku hari ini. Menurutmu aku harus bagaimana?" "Menurutku?" Tanya Nina memastikan. Abigail mengangguk. "Jika kamu meminta pendapatku lebih baik kamu menolaknya" "Nina kenapa kamu tidak suka melihatku senang sih" "Bukan begitu Aby. Masalahnya itu kamu baru mengenal Dean dari jauh. Kamu belum tau bagaimana dia aku takut sesuatu terjadi saat aku tidak di sampingmu" Abigail memeluk sebelah lengan Nina "Aku menyayangi mu Nina. Kamu sahabat terbaikku aku harap Nanti jika aku punya anak dan kamu punya anak juga. Jika sepasang kita harus menjodohkannya jika tidak aku mau mereka bersahabat seperti kita. Apa kau mengerti!" "Aby. Kita masih pelajar jangan berpikir seperti itu. Tapi jika bisa aku juga sependapat denganmu" "Ha ha aku tau kamu tak bisa menolak ku. Jadi aku bisa pergi kan malam ini?" Nina menepuk dahinya. Kekeras kepalaan Aby sulit untuk Nina atasi. "Aku tidak akan melarangmu tapi berhati hatilah. Ingat Dean itu pria dan kamu adalah wanita terlebih kamu adalah sahabatku" "Nina aku semakin menyukaimu" "Aku bukan orang tuamu jadinya tidak bisa melarang apa yang kamu sukai aby. Aku hanya memberikan saran" Abigail menatap Nina. "Beruntungnya aku punya sahabat pengertian sepertimu" Kembali lagi ke Fathir. Berdiam diri dan menguling pembicaraan abigail dan Nina. Niat nina sudah bagus mencoba melarang abigail. Tapi apa yang abigail taukan jika ternyata dia hanya di manfaatkan. Fathir keluar dari kelas, berjalan menunduk menghindari kontak mata pada siapapun. Tudung hoodienya sangat membantu, karena memakai sun blok saja tidak cukup untuk menahan cahaya pada kulitnya. "Fathir!" Seru Nina. Fathir berhenti tapi tidak berbalik. "Kamu mau ke perpustakaan ya bisa sekalian aku ikut?" Fathir kembali melangkah mengabaikan Nina. Pada saat nina memanggil Fathir kembali dia merasa tubuhnya beku untuk beberapa saat dan orang yang ada di depannya sudah tidak ada. Setelah Fathir sudah Pergi menjauh. Nina tersadar dan menggaruk kepalanya bingung. "Apa yang kulakukan disini?. Ah iya aku di suruh guru untuk mengambilkan buku sejarah. Bisa gawat kalau aku sampai lupa dan di marahi" Nina segera berlari. Tidak menyadari jika Fathir sudah menghentikan waktu untuk beberapa saat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN