Tak terasa hari ini berganti dengan hari hari berikutnya. Sudah lebih dari lima hari nina tak pernah bertemu dengan fathir sejak lelaki itu mengatakan agar ia menjauhinya.
Tak ada kabar, tak ada informasi bahkan nina bingung bagaimana cara menghubungi fathir mengingat ia tidak punya nomor ponsel pria itu, mungkinkah fathir tak memiliki ponsel?
Hari ini nina menghabiskan waktunya di dalam kamar sembari membaca n****+ di atas tempat tidur tak lama buku n****+ yang di pegang ia lemparkan ke sisi kanan nya dan tak sengaja nina melihat tangkai bunga mawar yang ada di atas meja belajar.
Tiga bunga mawar itu sudah kering bahkan kelopaknya saja sudah tak menyatu alias berjatuhan.
Tangan nina mulai mengumpulkan dan mengambil tangkai bunga mawar itu untuk ia buang.
Setelah itu nina membuka tirai jendela memandang keadaan luar dari tempatnya, terdengar helaan nafas rendah sebelum nina berbalik menghampiri retya di lantai utama.
“Mama” teriak nina saat ia tak menemui mamanya di dapur atau taman belakang.
Lagi-lagi gadis itu menghela nafas lalu kembali ke kamarnya tapi dia teringat ‘fathir’ entah kenapa ia merasa ingin menemui lelaki itu saat ini.
Masuk ke dalam kamar dan mengambil sebuah topi nina langsung menuju rumah fathir yang pernah ia datangi kemarin dulu.
Butuh waktu lama nina sampai ke rumah fathir dengan berjalan kaki mengingat sepedanya sedang kempis.
Nina masuk ke dalam rumah fathir seperti biasa tanpa mengetuk terlebih dahulu. Nina bingung ketika mendapati rumah fathir begitu berantakan bahkan atap rumahnya berlubang.
“fathir!”
Tak ada sahutan, gadis itu berjalan naik ke lantai dua mulai membuka satu persatu kamar dengan hati hati sembari terus memanggil fathir.
Dua kamar yang ia buka semuanya kosong sekarang tinggal kamar terakhir sebelah kiri paling ujung.
“Fathir!” panggil nina.
Mendengar suara barang jatuh di lantai utama nina langsung menuju ke sana ia kira itu adalah fathir tapi justru orang lain yang ia lihat.
Para trapper melihat nina mereka kira nina adalah salah satu vampire, salah satu trapper menembakkan sesuatu kearah nina, gadis itu terkejut tapi tak sampai membuat bidikan mereka tepat sasaran.
“Dia pasti temannya!” seru salah satu dari mereka menghampiri nina.
Saat para trapper sudah hampir dekat, nina sudah hilang dari pandangan mereka ketika sebuah bayangan melintas begitu cepat melompati jendela.
Sedangkan nina tak berani membuka mata saat di rasakan sedang berada di atas angin.
Seseorang sedang membawanya, entah siapa nina tidak tau yang jelas kecepatan lari orang yang membawanya ini sungguh luar biasa cepatnya.
Nina mencoba memberanikan melihat dan yah setelah itu bibirnya menampilkan sebuah senyum ketika menyadari orang sedang membawanya ini adalah fathir. Nina mengeratkan pegangannya di leher fathir takut jika ia tiba-tiba terjatuh.
Ketakutan yang awalnya timbul di benak gadis itu perlahan sirna dan menumbuhkan rasa percaya jika fathir adalah orang baik buktinya lelaki itu menyelamatkannya dari orang tidak jelas tadi.
Fathir membawa nina ke rumah jion, lelaki itu perlahan mendudukkan nina di atas sofa sedangkan jion yang melihat ke jadian itu mengerutkan dahi dengan gelas berisi cairan kuning yang dia pegang.
“Kau membawa siapa?” Tanya jion menghampiri, nina menoleh, fathir tak menjawab.
“Dia ayahku” jawab fathir ketika nina akan bertanya.
“Wah ini sangat langka” jion duduk di kursi tak jauh dari nina di kursi yang berbeda “Fathir sebelumnya sangat sulit berbicara dengan orang manapun dan sekarang dia berbicara dengan seorang gadis” kata jion tak percaya.
“Kau manusia?” ujar jion, tapi fathir yang menjawab.
“Dia memang manusia dan ku harap ayah tidak terlalu mengintrogarasi nya”
“Oh c’mon jangan bilang kau sedang menyukai gadis ini” kekeh jion dengan jahill.
Nina tersipu menundukkan kepala agar rona merah pada wajahnya tak terlihat.
Jion sedikit mencondongkan diri dan berkata “Ah ya gadis cantik kalau boleh tau apa kau tidak masalah dengan bocah penghisap ini kau tidak takut jika dia akan mengambil darahmu” katanya.
“Tidak, aku percaya dia tidak akan melakukan itu” jawab nina. Jion manggut-manggut.
“Baiklah baiklah ku harap kau menyukai anakku yang payah ini tapi kau pasti menyukainya karna dia begitu tampan sepertiku” jion tertawa sembari meninggalkan ke dua remaja dengan usia yang terpaut begitu jauh.
Fathir yang berusia lebih 400 tahun dan nina yang berusia 17 tahun dan tiga bulan lagi gadis itu akan berusia 18 tahun, sungguh perbandingan yang begitu jauh bukan?.
Nina menoleh kearah fathir “Jadi apa yang terjadi tadi?”
---
Nina menatap fathir di sampingnya lelaki itu menatap rumah milik nina di depan sana.
“Ada apa kau tidak ingin masuk ke rumahku? Biasanya kau langsung masuk bahkan di kamarku” cerocos nina. Fathir menoleh.
“Kau sudah membuang bunga mawarnya?”
“Ah itu bagaimana kau bisa tau dan lagi bunga itu sudah layu dan kering jadi aku membuangnya tapi kau tenang saja aku akan mencari yang baru”
“Bukan soal kau akan membeli bunga baru tapi~”
“Jangan jangan kau yang sering memberiku bunga mawar saat di sekolah” sela nina menuding fathir. Fathir dengan cueknya mengedikkan bahu.
“Itu memang aku agar aku bisa masuk ke rumahmu”
Nina mencubit lengan fathir
“Hei kau tak bisa masuk ke rumah gadis tanpa permisi apa lagi setiap kau masuk pasti ke kamarku tujuanmu”
“Itu karna mawarku ada di dalam kamarmu”
“Jadi apa gara-gara mawar itu kau bisa masuk seenaknya ke rumahku dan bunga itu juga yang membuatmu tidak bisa masuk ke rumahku?”
Fathir menggeleng
“sebenarnya tidak hanya saja dengan bunga mawar pemberianku itu aku bisa masuk ke rumahmu dengan leluasa meski kau dan ibumu tidak mengijinkanku tapi aku juga bisa masuk dengan cara lain ke rumahmu yaitu dengan cara kau mengijinkanku maka aku bisa masuk”
Bola mata nina berbinar binar “Wow ini adalah kali pertama kau menggunakan suaramu lebih dari sepuluh kata, kau berhak mendapat hadiah, hadiahnya mulai sekarang aku menijinkanmu masuk ke rumahku, ayuk”
Fathir sedikit tersentak dengan tarikan nina yang tiba-tiba.
Nina menyusuri rumahnya mencari retya untuk ia kenalkan pada fathir tapi ia tak menemukan ibunya itu di manapun.
“Sebentar aku cari mamaku di kamarnya mungkin dia sedang di sana” pamit nina, fathir mengangguk sembari melihat deretan foto di dinding.
Dahi fathir mengerut saat melihat foto yang terpajang semuanya cuman ada nina meski terlihat jika gadis itu sedang memeluk sesuatu.
Tak lama suara teriakan dari lantai dua membuat fathir segera bergegas mengampiri.
Tubuh nina luluh ke lantai sedangkan di depan sana seorang mayat sedang terbaring dengan sekujur tubuhnya terlilit tali yang sudah di lumuri sesuatu yang baunya seperti bawang putih.
Tubuhnya gosong ketika sinar matahari mengenai tubuh mayat itu di sisi lain lengan mayat itu terluka seperti terkena cairan keras.
“Itu bukan mama kan?” desisi nina dengan tubuh lemasnya.
Fathir menghampiri mayat itu tapi dia tak berani menyentuhnya atau imbasnya dia juga akan terinfeksi.
“Nina kau baru tau hal ini, ibumu juga bukan manusia” ujar fathir yang juga terlihat terkejut.
“Apa maksudmu! Dia mama ku dia yang melahirkanku dan membesarkanku sampai sekarang” seru nina.
Fathir menutup gorden jendela
“Ibumu jenis vampir yang langka, apa ibumu memiliki tanaman bunga mawar” Tanya fathir, nina mengerutkan dahinya tapi dia mengangguk.
“Mama menanam banyak mawar di taman belakang” jawab nina dengan suara parau. Fathir membantu nina berdiri membawa gadis itu keluar dan mendudukkannya di kursi.
“Kau manusia normal semua yang kau miliki normal sedangkan wanita di dalam sana dia bukan manusia dia vampire namun dari jenis yang berbeda, tunggu di sini aku akan mencari tahu alasannya” fathir sudah berjalan menjauh ke luar rumah menuju halaman belakang rumah nina yang katanya mamanya menanam banyak bunga mawar.
Fathir mulai mencari alasan kenapa ibu nina bisa bertahan dan beraktifitas layaknya manusia normal dan ia mendapatkan alasannya.