Bento

1365 Kata
Sean menaikkan alisnya, nafasnya mulai tak beraturan, meskipun dirinya mencoba setenang mungkin, Sean menghela nafas dalam dan berpikir keras dalam hati. Apakah wanita itu tidak mengetahui identitasku? Dia memperlakukan seorang CEO seperti itu? Ataukah tampangku begitu kusut hari ini. Sehingga aura ketampanan dan wibawaku hilang, dan membuat nenek sihir itu bahkan berani mengintimidasiku melalui tatapannya di kantorku sendiri, di forum meeting?! Dunia telah terbalik! Sean menggertakkan giginya dan bangkit berdiri mengejar Arsih yang berjalan sendirian tak memperdulikan orang-orang yang tengah bercengkrama antar divisi. Yang ada di pikiran Arsih saat ini adalah mengisi perutnya yang keroncongan akibat sarapan paginya yang tak sempurna dan makan siangnya yang amburadul. Sesampainya di parkiran langkahnya terhenti setelah mendengar suara. " Sepertinya ada yang tak berniat mengembalikan dompet seseorang, hmm…mungkinkah dia anak buah bento?” Celetuk suara yang ada di belakang Arsih hingga membuat Arsih memutar tubuhnya. “ Duuh…denger suara lalat berdenging keras, pengen nabok, tapi situsi gak memungkinkan…” Gumam Arsih dengan mata menoleh kanan-kiri mencari sesuatu dengan tangan siap menepuk lalat. Pose itu membuat Sean semakin jengkel. “ Wahh…wahhh! Ternyata Bento ada di dunia nyata ya, boleh donk kenalan. Pengen juga berguru ama yang hobi tipu-tipu dan maling kelas kakap…” Sindir Sean tentang Arsih, yang terkesan melakukan trik demi mendapatkan dompet miliknya seperti lagu Bento milik Iwan Fals. “ Bento? Ohh, Hoka Bento maksudnya? Ya tinggal beli ajasih kalau pengen, kan situ punya duit, mobil bagus sampe sengaja nabrakin mobil dinas saya…” Arsih masih dengan gaya pura-pura begonya menghadapi pria di hadapannya. “ Atau perlu saya traktir pake voucher diskon? Sayangnya saya belum ngadain give away buat kasih voucher gratis…” “ W-whats?! Give away. Are you kidding me?” Ucap Sean mulai kesal. “ Yaelaah…gak usah sok english-lah, tar di ajakin ngobrol beneran, gagap…” Cibir Arsih sembari membuka pintu mobil. Mengetahui Arsih hendak melarikan diri, dengan sigap tangan Sean menahan pintu mobil. “ Niat kabur niyeee…beginikah ajaran Bento?” “ Saya, mau pulang. Dan saya tidak membutuhkan sopir pribadi, tangan saya masih cukup kuat buat nyetir doank, silahkan ke mba tukang pukul aja, yang kemana-mana butuh di sopirin…” Sindir Arsih sembari tersenyum simpul. Sean semakin terkejut melihat Arsih yang terkesan berani kepadanya. “ Saya juga kaga niatan kok nganterin situ, ngabis-ngabisin waktu banget, buang tenaga…” Jawab Sean merasa harga dirinya luntur oleh Arsih. Dia adalah wanita pertama yang memperlakukannya sedemikian rupa, dan terkesan tak memandangnya sama sekali. Maklum saja, Sean terbiasa di puja-puja oleh kaum hawa, karena ketampanan dan kekayaannya. “ Dich! Siapa juga yang mau di anterin situ, terpikir aja udah merinding di buatnya. Sial amat hidup kalau sampai di anterin situ…” Arsih tak ingin kalah debat. “ Ya bagus kalau gitu, mana? “ Sean menadahkan tangannya tepat ke wajah Arsih, membuat Arsih mengerutkan dahi, menanyakan maksud pria itu. “ Apa? Kunci mobil? Ogah! “ Jawab Arsih menyembunyikan kunci mobilnya dengan tangan ke belakang. Membuat Sean terkekeh di buatnya, melihat percaya diri Arsih yang begitu tinggi. “ Dompet, saya. Atau, jangan-jangan sudah lenyap semua nich! Keren donk, berhasil jadi Bento…” Sean bertepuk tangan perlahan, membuat wajah Arsih memerah menahan malu, karena dia salah sangka. Menutupi malunya, Arsih berpura-pura marah, dan mencari cara untuk segera pergi dari hadapan pria itu. " Hmm…soal itu, santai aja lagi, tak perlu terlalu kawatir Tuan Sean. Saya tak seserakah itu memakan hak orang lain..!!" Jawab Arsih menatap tajam Sean, tatapan tajam Arsih membuat Sean membuang pandangannya ke samping dan salah tingkah. " Kalau begitu kembalikanlah, aku tak memperhitungkan berapa jumlah yang telah kau pakai, tapi aku menbutuhkan dompet itu sekarang..." Ucap Sean lagi " Maaf sebelumnya, Tuan Sean yang terhormat, dompet itu ada di kost saya, tak perlu kawatir, saya akan mengembalikan besok pagi, tepat di tempat ini. Dan perlu Tuan Sean ketahui, saya tidak pernah mengambil milik orang lain tanpa persetujuan orang tersebut! Jadi stop bualan anda tentang Bento atau siapalah itu!” Ujar Arsih lagi dengan nada tinggi. " Aku memberikan dompet itu, tentu saja mengizinkanmu menggunakannya untuk perbaikan mobilmu, segeralah perbaiki mobilmu sebelum kau kena tegur komite disiplin perusahaan ini karena tak merawat barang yang di inventariskan..." Ujar Sean lagi setelah memperhatikan mobil milik Arsih tersebut memiliki sticker kode Inventaris yang di berikan hak pakai kepada karyawan berkompeten di Sutani Group. " Terimakasih atas nasehatnya Tuan Sean, Esok saya akan mengembalikan dompet anda disini, tepat jam 8 pagi. Jadi bersabarlah hingga esok hari, dan tidak perlu menjadi penasehat saya, karena kita tidak sedekat itu.." Jawab Arsih seraya meninggalkan Sean yang berdiri di hadapannya dan membuka pintu mobil dinasnya. Hingga membuat Sean terpana dengan sikap Arsih. Sbarkan aku, ya Lord! Mengapa mahluk seperti ini ada di muka bumi ini. Arsih membuka pintu mobil dan duduk di balik kemudi, dan secara mengejutkan Sean membuka pintu samping dan duduk disamping Arsih. Terlihat Arsih membelalakkan matanya mendapati Sean yang begitu nekat memasuki mobilnya dan duduk dengan santai disana, seolah tidak terjadi apa-apa. " Heii apa-apaan ini?! segera turun dari mobil ini, saya tidak ingin terjadi kesalahpahaman lagi disini, saya tidak ingin mendapat tamparan dari tante tukang pukul kemarin ya..." Pekik Arsih menatap Sean yang kini menyandarkan kepalanya di kursi mobil, seolah dirinya memang tak berniat beranjak dari mobil itu. Dengan santai Sean memutar otaknya sembari berkata. " Ayolaaah kau membuat mobilku masuk bengkel, aku tidak punya uang sepeserpun, karena dompetku ada padamu, sedangkan engkau sepertinya sangat enggan mengembalikan dompet itu, karena keadaan seperti ini, jadi antar aku sampai ke alamatku, tidak mungkin aku jalan kaki..." Arsih menoleh kesamping dengan mata masih membulat indah. " Saya katakan besok pagi, Tuan. Lagian minta donk tante tukang pukul itu menjemputmu..." Gerutu Arsih membuat Sean memejamkan matanya seolah dirinya lelah. " Aku sedang betengkar dengannya jadi tak perlu membahas wanita itu disini..." Jawab Sean sembari melipat tangannya di d**a. " Pertengkaran kalian bukan urusanku Tuan Sean, Turunlah aku akan membayarkan taxi untukmu. Aku tak ingin anak-anakku pingsan mengetahui ibunya pulang dan membawa pria lalu memberikan pria asing tersebut sebuah dompet. Anak-anakku tak secerdas yang kita pikirkan, langsung mengetahui bahwa ibunya membawa dompet orang lain sebagai jaminan.." Ujar Arsih kesal, karena cacing yang tengah berdansa membuatnya semakin kehabisan tenaga bahkan untuk sekedar berdebat. Dan ternyata berhasil, Sean turun dari dalam mobil dan berkata. " Baiklah kalau memang begitu, besok jam 8 WIB aku tunggu disini tanpa alasan apapun, aku akan cash bon ke perusahaan atas namamu..." Ujar Sean langsung meninggalkan Arsih di dalam mobil dan memasuki gedung megah itu. Akhirnya, cecunguk itu enyah juga dari hadapanku. Mending aku calling my honey bunny. Pasti dia sudah mendarat. Arsih menekan ponselnya dan menghubungi sang kekasih, setelah beberapa kali percobaan akhirnya Casey mengangkat panggilan itu. “Hallo, Honey. Sorry aku baru saja mandi dan bersiap mau terbang satu jam lagi…” “ Haii Sayang…jadwal terbang kemana, kamu Sayang? Sepadat itukah jadwalmu?” Arsih menghela nafas panjang, karena rindunya telah membuncah dan menyesakkan d**a. “ Aku sedang berada di Batam. Akan langsung terbang ke Semarang dan lanjut Jakarta, sampai Jakarta jam lima pagi, setelah istirahat sebentar, baru jam sembilan pagi dari Jakarta langsung ke Singapura…” “ Emang gak ada Pilot lain? Kayaknya kamu doank kena forsir gitu dech Sayang…” Arsih sedikit tak memahami pola kerja Casey tiga bulan belakangan, yang terkesan terlalu padat jadwalnya. “ Kami semua sudah bekerja sesuai jadwal, Han. Yang jelas hal ini masih akan berlangsung hingga akhir tahun, aku juga tidak memiliki pilihan, kamu sabar ya…” “ Aku sih gak apa-apa Sayang, aku hanya kawatir kamu kecapekan, selalu berhati-hati ya sayang, jangan lupa minum vitamin, sampai Semarang kita video call ya…” Pinta Arsih untuk menghilangkan rindunya. “ Aku tidak janji ya, Han. Karena aku ingin istirahat begitu sampai Semarang, di Batam aku bertemu juniorku dulu, jadi kami mengobrol sejenak tadi, oke, Han. Sudah dulu ya, aku bersiap, take care…” “ Oo…” Baru saja Arsih hendak menjawab, Casey sudah mematikan ponselnya, membuat Arsih menggelengkan kepalanya. “ Kasihan kamu, Sayang. Harus bekerja keras di peras perusahaan demi keuntungan…” Gumam Arsih sembari melajukan mobilnya meninggalkan pelataran parkir Sutani Group.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN