Sean Wesley Sutani

1281 Kata
“ Jangan menuduh sembarangan Nona!” Mata wanita yang bersama pria itu, menatap tajam kearah Arsih, lalu dia menoleh kearah pria di sisinya dan tersenyum lembut. “ Sayang…kita ga perlu meladeni orang tak berpendidikan seperti dia, hanya akan merugikan waktu kita aja. Kasih aja duit tar juga bakalan diem, itu ciri khas mahluk begituan mah. Sengaja malak dia mah. Yuk sayang keburu telat tar.." Celetuk wanita berkulit putih yang mengenakan mini dress elegan, sehingga terlihat berkelas. Sayangnya dia terlihat arogan, membuat sinyal kemarahan Arsih menaik cepat. " W-whaatt?!! Orang tak berpendidikan? Gini dech, kebetulan lagi males debat nich! Coba tunjukin, gimana atittude orang berpendidikan itu, Tantee…" Tanya Arsih mulai memanas dengan ucapan wanita yang terlihat angkuh di hadapannya. Dia menahan tangannya agar tak menampar bibir yang sudah kelewatan mengatakan dirinya tak berpendidikan. Sembarangan ngomongin aku gak berpendidikan. Ngerti gak dia gimana susahnya aku buat bisa mencapai gelar sarjana? Arsih mengatur nafasnya perlahan, tangannya sudah mulai menggigil menahan emosi. Mengingat betapa kerasnya perjuangannya meraih sarjana. " Tanteeee, kata kamu?!” PLAAAKK!! Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Arsih, sontak wajah itu memerah. Membuat Arsih terkejut, begitu juga pria yang berada di sebelahnya. “ Heh! w************n. Berani sekali kamu panggil aku, Tanteee? Aku tak setua itu, b******k!” Wanita itu terlihat tersulut emosi mendapati wanita dengan penampilan sederhana memanggilnya tante seolah wajahnya telah menua, sehingga membuatnya lepas kontrol dan menampar Arsih yang terlihat membelalakkan matanya yang terlihat memerah. Arsih tak merasa gentar menghadapi wanita berpenampilan sedikit glamour itu, dia maju selangkah, sembari memegang pipinya dengan sebelah tangan. " So, haruskah aku memanggil-mu dengan sebutan NYONYAAA?! Ing....." Belum lagi Arsih melanjutkan kata - katanya mereka sudah di kejutkan dengan suara menggelegar dan tajam membuat orang yang mendengarnya merinding. " HENTIKAAN!! Kalian mau menjadi orang bodoh yang berdebat di depan umum? Olive. bisakah kau kontrol emosimu? Minta maaf-lah atas kesalahanmu karena sudah menamparnya! Atau kau akan tau akibat tindakanmu. Ingat jangan buat langkahku sia-sia memenuhi permintaanmu ketempat ini…” Pria itu menatap tajam kearah wanita yang telah berbut kasar pada wanita lipstik di hadapannya. Mampus, Lo. Kena maki ama pacar sendiri emang enak! Mending aku, pacar pilot meski jauh, dia baik dan romantis lagi… Lalu pria itu menoleh kearah Arsih. “ Dan kau Nona. Aku meminta maaf mewakili wanita ini, dan aku akan meninggalkan dompet milikku untuk menjadi Jaminannya. Bila perlu segera kau bawa mobilmu ke bengkel, gunakan Credit Card-ku yang ada di dompet. Urusan kita akan kita lanjutkan nanti. Karena saat ini kami harus segera masuk ke dalam.." Ujar Pria itu seraya menarik lengan wanita di sampingnya dengan kasar dan tampang yang menyeramkan bak malaikat pencabut nyawa, membuat Arsih yang masih ingin meluapkan emosi, menghentikan niatnya melihat kilatan sorot mata marah pria itu. Tatapan matanya menatap kearah mereka yang terlihat berdebat dan semakin menjauh dari pandangannya. Arsih menghela nafas dalam dan menatap mobilnya yang lecet, lalu memandangi dompet yang diberikan pria itu langsung ke tangannya tadi. ‘ Belagu amat, mentang-mentang orang kaya, seenaknya nampar aku. Awas lo ya. Aku bakalan balas rasa sakit ini, dengan rasa yang lebih menyakitkan, ingat itu! Gumam Arsih sembari mengecek mobilnya yang lecet terkena benturan mobil mewah itu. Yahh, mobil dinasku, penyok donk! Mobil dia gores doank? Haha pesona mobil mahal emang beda, ya? Lebih kokoh! Arsih memejamkan mata sejenak lalu mengangkat kepalanya, kemudian berjalan memasuki kawasan perbelanjaan mewah di kota Jakarta. Langkahnya mantap menuju ke lantai dasar dimana Supermarket Smile Mart berada, Smile Mart yang merupakan Modern Market untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari dan tersebar di seluruh Indonesia, adalah salah satu supermarket dimana perusahaan Arsih bekerja menyuplai barang-barant cunsomer goods. Karena berposisi sebagai bagian dari Principle yang menyuplai barang ke Supermarket itu, sehingga membuat Arsih ketika memasuki Area Supermarket untuk urusan pekerjaan, dia akan menggunakan pass card. Arsih langsung menemui Sales Promoter beserta Leader yang membawahi wilayah supermarket itu, dia menyelesaikan segala permasalahan tersebut dengan tim Internal Supermarket. Negoisasi berjalan dengan sedikit alot, karena pihak supermarket merasa di curangi, tapi akhirnya dengan mulut manis Arsih, semuanya terselesaikan, meskipun memakan waktu kurang lebih tiga jam. Hingga akhirnya Arsih meninggalkan supermarket dengan nafas lega dan langkah ringan, hingga sampai di parkiran. " Sabar, ya bil. Esok kita cari waktu yang pas buat kamu berobat, sekarang aku sedikit sibuk, gak apa-apa ya?” Ucap Arsih sembari mengelus stir mobil dengan wajah sedih. Kakinya dengan lincah menginjak pedal gas, hingga membawanya meninggalkan Mall yang super mewah itu. Sepanjang perjalanan Arsih berfikir keras, apa yang harus di laporkannya ke tim terkait yang telah terbukti melakukan kejahatan pencurian. Gimana, ya. Disatu sisi, itu memang salah. Di sisi lain kesian, dia nyolong buat nambahin berobat orang tuanya. Tapi, kenapa dia gak ngajuin ke perusahaan dulu? Bukankah Sutani Group sangat peduli dengan karyawan? Hmmm…ntahlah! Lamunannya terhenti, ketika dia menyadari telah sampai di parkiran kantor. Arsih melangkah dengan gontai menapaki lantai marmer yang semakin membuat kesan mewah pada Twin Tower Sutani group. Sesampainya di meja kerja, Arsih duduk dengan lesu, dia menatap kosong Laptopnya, keraguan menyelimuti hatinya, haruskah dia berkata jujur pada perusahaan, ataukah dia memberi kesempatan pada sang sales promotor. Drttt…ddrttt… Sebuah pesan singkat, membuat lamunan Arsih buyar, dia meraih ponselnya dengan enggan. Senyum mengembang di wajahnya seketika setelah mengetahui siapa yang mengirimi pesan. Jangan telat makan siang, Darling… Semangat Kerjanya. Love U ~CB~ Kalimat singkat yang menjadi mood booster bagi Arsih yang kala itu tengah di landa kegundahan. Hingga membuatnya bersemangat dan mengambil keputusan bijaksana. ^___^ Sementara di sisi lain, di sebuah pusat perbelanjaan mewah, di Jakarta. Terlihat Sean Wesley Sutani, pria tampan yang tadi mengalami sedikit accident dengan menabrak mobil dinas milik Arsih, masih setia menemani calon tunangannya yang tengah mengeluarkan produk baru dari hasil designnya sendiri. Calon tunangan Sean Wesley Sutani adalah seorang Designer ternama di Indonesia dan namanya cukup di perhitungkan di jajaran Designer ternama Dunia, Tak jarang hasil karyanya di sertakan dalam acara Fashion Week yang di selenggarakan di Paris, Sebuah perhelatan akbar bagi para Designer kelas dunia yang berkumpul disana untuk memperkenalkan hasil karya terbarunya. Memiliki wajah yang rupawan dan dari golongan keluarga berkelas, di tambah memiliki kepopuleran di dunia design membuat banyak pria memperebutkan cinta dari Olivia Adriane Wibowo. Olivia Adriane Wibowo adalah sosok yang sangat kompetitif dan glamour serta tergolong sosialita yang doyan menghamburkan uang untuk kepuasan pribadinya. Hubungannya dengan Sean merupakan hasil perjodohan kedua orang tua mereka yang merupakan sahabat semasa kuliah di Amerika. Sean yang sudah kepala tiga, membuat orang tuanya sedikit kawatir, jika sang putra terlena dengan pekerjaan dan kesendiriannya, semenjak kandasnya hubungan sang putra dengan kekasih terdahulunya yang merupakan dokter bedah andalan di Rumah Sakit mereka. Kandasnya hubungan Sean yang terjadi secara mendadak dan terkesan misterius, membuat Sean menjadi lebih tidak terkontrol dan bersikap dingin. Membuat pasangan Johannes Sutani dan sang istri Jennifer Wesley merasa kawatir, jika nantinya sang putra akan berlarut dalam kesedihan dan lupa untuk menikah dan menghasilkan keturunan untuk meneruskan kerajaan bisnis mereka. Hingga akhirnya mereka menerima tawaran keluarga Wibowo untuk menikahkan keduanya. Karena merasa patah dengan kandasnya hubungannya, membuat Sean menerima apapun perintah kedua orang tuanya, meski dirinya tak mencintai Olivia, tapi baginya membuat wajah sang kedua orang tuanya tenang adalah prioritas. Meski tak mencintai, tapi Sean selalu menghargai setiap permintaan Olivia sebagai teman kecilnya, termasuk seperti hari ini, Olivia memintanya menemani dirinya dalam sesi wawancara. Sean selalu mengabulkan apapun permintaan Olivia, baginya yang terpenting Olivia tak mengganggunya ketika ia bekerja. Walaupun pertunangan itu hasil perjodohan kedua orang tua mereka, tetapi bagi Olivia, Sean adalah Cinta pertamanya. Olivia jatuh cinta kepada Sean sejak pertama kali mereka bertemu di acara makan malam keluarga ketika masih SMP, namun Sean tak menyadari perasaan Olivia terhadapnya. Sean tipe pria cool yang tak memperdulikan orang yang tidak ada hubungannya dengan dirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN