KISAH CINTA MASA LALU

1396 Kata
Fahri melempar semua benda yang ada di meja kerjanya. Dia begitu emosi setelah ayahnya mengultimatum dirinya kemarin malam. "Usiamu sudah tua Fahri, bahkan tahun ini sudah menginjak usia 30 tahun, kapan kamu akan mengakhiri masa lajangmu ?" Tanya ayahnya. "Saya masih mau menunggu Shinta ayah." "Shinta ? Perempuan pemandu lagu itu ? Kamu mau memperistri dia ? Ayah tidak setuju." "Yah, apa salahnya dengan pekerjaan seorang pemandu lagu ? Yang penting Shinta kan melakukan pekerjaan dengan halal." "Halal seperti apa yang kamu maksud ? Tidak ada pekerjaan halal jika perempuan itu mau disentuh bahkan ditiduri oleh sembarangan pria!" "Ayah !" "Apa ? Semua bukti sudah jelas, bahkan adikmu sendiri Niko melihat dengan mata kepalanya sendiri saat dia keluar dari hotel bersama seorang pria. Apakah itu yang kamu maksud dengan pekerjaan halal ?" "Udahlah bang, Shinta bukan perempuan yang baik buat kamu. Kamu itu cuma dibohongin aja sama dia. Makanya kalau kerja itu ingat waktu. Biar tidak ditipu sama pacar sendiri." Kata Niko adik Fahri. "Apa masih kurang bukti ? Pokoknya jika bulan depan kamu masih belum menemukan pengganti Shinta ayah dan ibu akan menjodohkanmu dengan anak teman ayah." "Kami tidak minta pacar atau calon istrimu itu harus sepadan dengan kami, tapi setidaknya dia bukan seorang perempuan murahan seperti Shinta." Kata ibu. Fahri langsung pergi meninggalkan ruang keluarga malam itu. Sebenarnya ini bukan kali pertama Fahri tau tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh Shinta, gadis cantik yang menjadi pujaan hatinya selama 5 tahun terakhir. Fahri terlalu mencintai Shinta, sehingga dia buta dengan segala perbuatan Shinta dibelakangnya. Fahri selalu percaya bahwa hubungan Shinta dengan para p****************g itu hanyalah keprofesionalan Shinta saja sebagai pemandu lagu. Shinta memang mencintai Fahri, tapi itu dulu saat mereka masih sama-sama duduk di bangku perkuliahan. Namun setelah mengenal kebutuhan ekonomi terlebih dengan gaya hedon yang Shinta miliki cinta itu seketika luntur bersama dengan pekerjaan Shinta sebagai pemandu lagu plus plus. Shinta selama ini hanya memanfaatkan uang dari kekayaan Fahri, tapi Shinta juga sama sekali tidak pernah ada waktu untuk Fahri, dia hanya mau menemui Fahri jika butuh uang dari Fahri, selebihnya Shinta selalu mencari alasan untuk menolak ajakan Fahri bertemu. Fahri mencoba untuk menghubungi Shinta, tapi tak pernah ada jawaban. Akhirnya Fahri memutuskan untuk pergi kekaraoke tempat Shinta bekerja. Namun belum sampai Fahri turun dari mobilnya dia melihat Shinta pergi dengan seorang pria yang umurnya jauh lebih tua dari Shinta. Dia mengikuti kemana Shinta dan pria itu pergi, dan ternyata mereka pergi ke sebuah hotel melati. Satu jam, dua jam, tiga jam Shinta belum keluar juga dari kamar hotel. Fahri memutuskan untuk memasuki hotel tersebut. "Mbak saya mau tanya kamar atas nama Shinta." Tanya Fahri pada receptionis hotel. "Mohon maaf mas siapanya ya ?" "Saya sopirnya. Ini saya mau jemput mbak Shinta, tapi nomer HPnya tidak aktif." Jawab Fahri berbohong. "Oh baik. Shinta ada dikamar 201. Lantai 2 paling ujung kak." "Baik terimakasih." Dengan langkah tergesa Fahri menaiki tangga menuju lantai dua. Jantungnya berdegup dengan hebat. Dengan ini juga dia ingin membuktikan ucapan Niko bahwa Shinta bukanlah seorang p*****r. Tapi dia hanya seorang pemandu lagu biasa. Fahri sudah berdiri tepat di depan pintu kamar 201. Ragu ingin mengetuk atau tidak, tapi pada akhirnya dia memilih untuk mengetuk kamar itu. Tok Tok Tok Tidak ada jawaban, tapi ada langkah kaki terdengar kearah pintu. Klek. "Sopo mas ?" Tanya pria paruh baya itu. "Dimana Shinta ?" Tanya Fahri. "Meh BO mas ?" Tanya pria tua itu pada Fahri. "BO ?" Tanya Fahri. "BO ra ngerti ? Booking online mas. Booking lon**." "Siapa yang lon** ?" "Shinta, koe mrene meh BO si montok Shinta to ? Pas mas pilihanmu, goyangane muantep. Susune guedi-guedi." (Shinta, kamu kesini mau booking si montok Shinta kan ? Pas mas pilihanmu goyanyannya mantap, payudaranya besar-besar). "Saya tidak mau BO, Shinta itu pacar saya." Jawab Fahri. "Woo koe yang.e to ? Mbendino di goyang terus no. Hahahhaa wis gek ndang mlebu." (Woo kamu pacarnya ? Tiap hari digoyang terus dong. Hahaha udah sana cepet masuk.) Kata p****************g itu sambil pergi. Fahri geram sekali mendengar perkataan lelaki hidung belang itu. Dia memutuskan untuk memasuki kamar Shinta. Namun dia tak menemukan Shinta di dalam. Dia mendengar suara gemericik dari kamar mandi. Tok tok tok ..... Fahri mengetuk pintu kamar mandi. "Apa sayang ? Mau lagi ya ? Katanya udah capek ? Kalau mau lagi bayarannya tambah lagi ya." Teriak Shinta dari dalam kamar mandi. Fahri tidak menjawabnya. Dirinya kini penuh dengan emosi. Matanya merah menahan marah dan air mata. Dia terus menerus mengetuk pintu kamar mandi tanpa mengeluarkan sepatah katapun. "Apa saaaa .... " Shinta terkejut saat membuka pintu. "Fahri ! Kamu ?" "Shinta maaf kita harus mengakhiri hubungan ini." Kata Fahri. "Kenapa ? Aku bisa jelasin. Kamu cemburu ? Aku hanya menemani pelangganku meeting disini, aku ..... " "Orang tuaku tidak merestui hubungan kita. Jadi kita harus mengakhirinya." "Bukankah memang mereka tidak pernah menyukaiku. Dengarlah sayang, kita bisa menikah berdua tanpa restu orang tuamu. Bukankah usahamu banyak, kita masih bisa hidup tanpa mereka." Kata Shinta sambil merangkul mesra Fahri. "Jika saya melakukan itu maka mereka juga tidak akan memberi apa-apa, saya harus mulai sendiri dari 0, apakah kamu sungguh benar-benar mendampingi saya ?" "Jadi kamu akan miskin ?" Tanya Shinta sambil melepas pelukannya. "Shinta, saya menerimamu apa adanya dengan pekerjaan dan latar belakangmu yang seperti ini, tapi kenapa kamu tidak mau menerima keadaanku jika saya miskin ?" "Enak saja! Buat apa aku menikahi lelaki miskin ? Fahri kamu pikir aku mencintaimu ? Selama 5 tahun ini aku hanya membutuhkan uangmu. Lagian mana bisa aku hidup dengan lelaki yang tak punya gairah seperti dirimu?" "Shinta ! Jadi benar bahwa kamu selama ini membohongiku ? Kamu bukan hanya pemandu lagu ? Tapi kamu juga .....?" "Apa ? Mau bilang apa ? Aku lon** ? Iya kenapa ? Koe wae g****k ! Gelemen tak apusi. Dino ngene kok isih sok kalem, omong wae koe ki impoten. Kae lho deloken wong lanang ngendi sing orang tuman turu karo aku ? Ora ono. Adewe wis podo-podo tuo, rasah sok-sok alim koyo akulah kerjo dadi l***e oleh duit yo oleh penak!" (Mau banget aku bohongi! Hari gini sok alim, orang kaya kita udah pada tua, udah butuh kaya gitu. Orang tu kaya aku kerja biarpun jadi l***e dapat duit juga dapat enak. Lihat tu cowok mana yang gak ketagihan tidur sama aku). "Shinta, bagaimana bisa kamu seperti ini ? 5 tahun bukan waktu yang cepat Shin. Fikirkan kembali kenangan yang sudah kita lewati bersama Shin." "Dulu memang aku pernah mencintaimu. Tapi aku cewek normal, butuh kepuasan batin, sementara kamu apa ? Bisanya cuma cium doang. Gak butuh gue." "Shinta yang saya kenal dulu tidak seperti ini. Bagaimana kamu bisa berubah seperti ini ? Kita bisa melakukannya jika kita sudah menikah nanti, dan tentunya hubungan kita pasti di restui sama orang tua saya. Tapi jika sudah seperti ini mereka tidak akan merestui kita. " "Ga usah melo Fahri. Ga usah lebay jadi cowok. Dijaman modern gini udah gak jaman nglakuin apa-apa sesudah nikah. Kelamaan. Kalau orang tuamu gak setuju yaudah gak masalah. Toh selama ini duit yang lo kasih ke gue juga ga segede gue jadi lon**." "Shinta !" "Apa ? Mau marah ? Putus ya putus aja. Gak rugi Fahri gue putus sama lo ! Masih banyak laki-laki diluar sana yang bisa muasin kebutuhan batin dan lahir gue." Kata Shinta mantap sambil menyalakan rokoknya. **** Fahri menyalakan rokok saat bayangan masalalunya itu kembali berputar di fikirannya. Shinta wanita yang dia cintai dan sayangi, dia jaga sepenuh hati tega menghianatinya hanya demi sebuah nafsu belaka. Nafsu bercinta dan uang. Shinta adalah cinta pertama Fahri, dia berusaha menjaga Shinta hingga waktu halal mereka namun apa yang terjadi Fahri hanya mendapat sebuah penghianatan dan luka. "Mau kemana kamu ?" Tanya Fahri pada Niken yang beranjak pergi setelah dia meletakkan segelas teh hangat permintaan Fahri. "Bukan urusan kamu!" Jawab Niken ketus. "Berani ya kamu sama aku !" Gertak Fahri sambil mencengkeram kasar lengan Niken. "Laki-laki jahat seperti kami tidak pantas untuk dibaiki." Kata Niken sambil mengentak lengannya agar lepas dari cengkeraman Fahri. "Kurang ajar!" Plak ! Plak ! Fahri kembali memberikan tamparan itu pada Niken. Dia kembali menyeret Niken ke atas tempat tidur dan kembali menyetubuhinya. Dendam masa lalunya pada Shinta dia luapkan pada diri Niken. Niken hanya bisa menangis tersedu-sedu merasakan pangkal paha yang kembali sakit karena gesekan milik Fahri. Fahri terus melenguh menikmati permainannya tanpa sedikitpun memandang Niken dibawahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN