"Kamu kapan terakhir pacaran?" Tanya Fahri pada Niken.
"Sekitar satu tahun yang lalu mas."
"Kenapa putus ?"
"Udah gak cocok, terlalu banyak kebohongan. Mas sendiri ?"
"Saya ? Gak menarik untuk dibahas. Masa percintaan saya terlalu kelam untuk diingat."
"Oh... Kenapa mas ? Di selingkuhin ?"
"Seperti itulah. Padahal saya sudah 5 taun berpacaran dengan dia, tapi ternyata 5 taun bersama tidak membuat saya lebih mengenal dan memahami dia sehingga dia tidak merasa nyaman dengan saya."
Mendengar cerita Fahri, Niken mengangguk tanda mengerti tentang kisah Fahri dan enggan untuk bertanya kembali karena takut membuka luka hati Fahri.
"Betah amat jomblo setahun ? Gak mau cari pacar lagi ?" Tanya Fahri memecah keheningan.
"Aku gak mau pacaran mas. Males buang-buang waktu. Kalau ada sih yang serius mau ngajak nikah."
"Nikah ?"
Niken menngangguk.
"Kamu mau nikah muda ?"
"Ya kalau ada yang mau. Hehhehehhe."
Selisih usia Fahri dan Niken memang terpaut cukup jauh. Apalagi fisik Niken juga kecil sedangkan Fahri tinggi besar, jadi Niken semakin terlihat awet muda dibanding usiany.
"Ada acara enggak ?" Tanya Fahri.
"Enggak sih."
"Ikut saya mau ?"
"Kemana mas?"
Fahri tidak mengatakan kemana dia akan mengajak Niken. Dia hanya menjemput Niken di tempat kerja lalu mengantarnya pulang untuk ganti baju dan kembali mengajaknya pergi. Niken diam saja tidak bertanya pada Fahri dia percaya jika Fahri pasti tidak akan membahayakannya.
"Rumah siapa ini mas ?" Tanya Niken begitu sampai di sebuah rumah di daerah Laweyan, Solo.
"Rumahku." Jawab Fahri.
"Hah ?"
"Kenapa ?"
"Kok gak bilang ? Aku belum siap mas. Ada apa ini ?"
"Kalau bilang nanti kamu nolak. Udah ga pa-pa. Masuk yuk." Ajak Fahri.
Fahri mengajak Niken masuk ke dalam rumah. Dia menggenggam tangan Niken begitu erat dan itu membuat Niken tersenyum merona. Niken terus melihat tangannya dipegang oleh Fahri dari teras sampai dalam rumah.
"Ayah ibu mana ?" Tanya Fahri pada Niko.
"Ada dibelakang. Siapa ini bang ?" Tanya Niko.
"Panggilin dulu ayah dan ibu nanti saya kenalin." Perintah Fahri.
"Oke." Niko kebelakang rumah untuk memanggil orangtuanya.
"Mas, ada apa ini ? Aku takut. Harusnya tadi kamu bilang dulu sama aku." Tanya Niken pada Fahri setelah Niko pergi.
"Biar surprise! Ayok duduk dulu." Jawab Fahri.
Niken mengangguk, mereka berdua duduk bersama di ruang keluarga.
"Ada apa Ri ?" Tanya ayah Fahri yang diikuti ibu Fahri dan Niko dari belakang rumah.
"Fahri mau ngenalin seseorang sama kalian ayah ibu Niko." Jawab Fahri.
"Eh siapa cah ayu iki ?" Tanya ibu Fahri begitu melihat Niken.
"Namanya Niken buk, dia calon istriku." Kata Fahri.
Niken membelalakkan matanya mendengar pernyataan Fahri yang mengatakan bahwa dirinya adalah calon istri Fahri. Pasalnya hubungan Niken dengan Fahri selama ini tidak lebih dari sekedar teman. Niken memang merasa nyaman dengan sikap pendekatan Fahri, tapi Niken sendiri belum tau bagaimana perasaan Fahri kepadanya, karena setiap mereka bertemu tidak ada pernyataan perasaan satu sama lain. Niken terus memamdangi Fahri, namun Fahri tak kunjung juga melihatnya. Sementara kabar tersebut membuat bahagia seluruh keluarga Fahri, terlebih ibu Fahri yang terus menerus membelai bahu Niken.
*****
Niken duduk merenung di pintu belakang menatap hujan yang rintik-rintik membahasahi seisi bumi. Dia tak berhenti menitikkan air mata ketika sekelebat bayangan masa lalunya itu kembali hadir di fikirannya.
"Kamu gapapa kan nduk ?" Tanya Ibu Niken via telpon.
"Niken baik-baik saja buk." Jawab Niken.
"Jika ada waktu pulanglah, ibu rindu sama kamu."
"Iya bu, nanti Niken minta ijin sama mas Fahri ya untuk kerumah ibuk."
"Iya nduk. Yasudah kamu hati-hati ya. Jadi istri yang baik buat suamimu. Ibu selalu mendoakanmu." Telpon mati.
"Aku selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik buk untuk mas Fahri, tapi dia yang tidak pernah melihatku sebagai istrinya." Kata Niken kembali menangis tersedu-sedu.
Niken tak pernah membayangkan jika pernikahannya dengan Fahri 5 bulan lalu akan seburuk ini. Bahkan dia seperti burung dalam sangkar yang tak diijinkan keluar rumah walaupun hanya sedetik oleh Fahri. Semenjak pernikahan mereka Fahri memboyong Niken kerumahnya sendiri di daerah Palur. Sebenarnya dekat dengan tempat kerja Niken, tapi apa mau dikata Fahri tidak mengijinkan Niken untuk pergi bekerja. Jadi Niken harus resign.
"Ngapain kamu nangis?" Tanya Fahri yang baru pulang kerja.
Niken tidak tau kalau Fahri pulang. Dia juga tidak pernah membuka dan mengunci pintu karena Fahri menguncinya dari luar rumah.
"Mas, aku mau kerumah ibu." Kata Niken.
"Oke, besok saya antar sekalian belanja bulanan." Kata Fahri sambil berlalu.
"Tidak bisakah aku pergi sendiri ?" Tanya Niken.
"Tidak!" Jawab Fahri tegas.
Fahri tidak pernah melarang Niken untuk pergi ke rumah ibunya. Tapi Fahri selalu melarang Niken pergi kemanapun tanpa dirinya. Rasa trauma akan penghianatan Shinta membuat Fahri takut diperlakukan dengan sama oleh Niken, untuk itulah dia berubah menjadi pria yang arogan dan kejam.
*****
"Kenapa kamu bilang sama orang tuamu kalau aku ini calon istrimu ?" Tanya Niken.
"Memangnya kamu gak mau jadi istri saya ?"
"Eh ?" Wajah Niken merona.
"Bukankah katamu kamu tidak suka berpacaran ? Lalu salahkah kalau saya langsung mengajakmu menikah?"
"Tapi kita kan baru kenal ? Kita kan ......."
"Pacaran halal aja gimana ?" Tanya Fahri menggoda.
Niken tak bisa menjawabnya. Dia tersenyum merona, kulit putihnya memerah menandakan kebahagiannya. Belum pernah dia di perlakukan seperti ini oleh seorang pria.
Hari yang ditunggupun tiba, pernikahan Fahri dan Niken begitu mewah terselenggara di sebuah gedung kenamaan di Surakarta. Banyak tamu undangan yang hadir, maklum saja Fahri dan ayahnya merupakan orang ternama.
"Setelah ini kita nanti tinggal bersama ya?" Ajak Fahri.
"Berdua mas ?"
"Iya. Saya sudah menyiapkan hunian untuk kita berdua."
"Kamu serius ?"
"Iya. Saya hanya ingin kita tinggal berdua menikmati manisnya madu pernikahan. Saya tidak mau merepotkan kedua orang tua kalau kita masih tinggal bersama mereka."
"Tapi aku masih boleh berkunjung ke rumah ibu kan mas ?"
"Tentu. Kapanpun kamu mau saya akan antar."
"Terimakasih mas Fahri."
"Iya sayang. Oiya saya mau minta satu hal sama kamu."
"Apa itu mas ?"
"Saya minta kamu resign."
"Resign ? Tapi mas?"
"Ini atm kamu bawa. Setiap bulan saya kirim 10 juta buat kamu dan ibumu. Untuk belanja bulanan dan yang lain saya yang urus. Cukup kan ? Bukankah itu lebih tinggi dari gaji bulananmu sebagai kasir?" Kata Fahri sambil memberikan atm kemudian bersiap diri untuk tidur.
Tidur ? Iya setelah akad nikah Fahri lebih memilih untuk tidur daripada menuaikan ibadah bersama istri sahnya. Ibadah yang banyak ditunggu oleh kebanyakan pria pada umumnya.
Mungkin dia lelah gumam Niken sambil mengikuti suaminya tidur.
*****
"Nanti saya jemput jam 4 sore." Kata Fahri.
"Kamu gak mau masuk dulu ?"
"Saya ada meeting. Nanti sore saja sekalian jemput kamu."
"Iya mas. Aku turun dulu."
"Niken!" Panggil Fahri saat Niken menutup pintu mobil.
"Jangan pergi kemanapun tanpa saya. Jika ijinmu dirumah ini, maka hanya disini. Tidak kemanapun tanpa aku."
"Aku mengerti."
"Bagus! Masuklah!"
"Mas gak pergi dulu ?"
"Saya bilang masuk ! Setelah kamu masuk saya akan pergi !"
Niken tidak ingin berdebat lebih lama lagi dengan Fahri. Maka dari itulah dia lebih memilih untuk segera meninggalkan Fahri.
"Maafkan saya Niken jika caraku seperti ini. Saya hanya tidak mau jika saya harus terluka lagi jika membiarkanmu bergaul dengan sembarangan orang. Sudah cukup Shinta yang kuberi kebebasan tapi dia selalu membohongi dan menghianatiku. Saya tidak ingin terluka lagi." Kata Fahri sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah ibu mertuanya.
*****
"Telat bang ?"
"Hanya 5 menit. Saya harus mengantar Niken dulu kerumah ibunya."
"Bang, sudahlah tidak perlu kamu kekang Niken. Dia beda dengan Shinta."
"Jangan campuri urusanku."
"Bang, ayolah buka hati dan fikiranmu. Tidak sepantasnya Niken menerima perlakuan buruk darimu atas balas dendammu pada Shinta."
"Saya hanya mendidik Niken menjadi istri yang baik."
"Tidak dengan cara seperti itu bang. Itu justru akan membuat Niken menjauh darimu. Niken mencintaimu, dia tidak mungkin menghianatimu. Aku bisa lihat itu bang, beda dengan Shinta yang hanya memanfaatkanmu saja."
Niko mengetahui semua apa yang ada di fikiran Fahri. Niko tempat Fahri mencurahkan segala isi hatinya. Hubungan mereka bukan hanya sebagai saudara, tapi juga sebagai sahabat. Mereka berdua saling menutupi keburukan masing-masing. Niko tau semua tentang Fahri begitu juga sebaliknya, Fahri tau semua tentang Niko. Usia mereka memang terpaut cukup jauh, yaitu 8 taun lamanya. Namun bukan berarti Niko kekanak-kanakan. Justru dia lebih dewasa dari Fahri.