KEMBALI

1449 Kata
Fahri benar-benar putus asa karena dia tak kunjung juga menemukan Niken. Entah kenapa dia merasa bersalah sekali setelah membuang Niken seperti itu. Padahal istrinya sedang hamil 4 bulan. Sudah 3x Fahri bolak balik di tempat yang sama ditempat dia membuang Niken tapi tetap tidak ada Akhirnya Fahri memutuskan untuk kembali ke Karanganyar. Mata Fahri masih fokus di kanan jalan dan kiri jalan, dia melajukan mobilnya dengan perlahan berharap kalau dia menemukan Niken di pinggir jalan. Dari arah yang berbeda di sebuah halte bus mata Fahri tertuju pada bus cepat antar provinsi di kanan jalan, dia menghapus air matanya dan tersenyum, Fahri memutar balik mobilnya dan segera menginjak pedal gas mobilnya untuk mengejar bus itu. Fahri berhasil menyalip mobil itu dan dia tiba-tiba langsung memberhentikan mobilnya tepat di depan bis itu hingga membuat pengemudi bis mengerem mendadak. "Woy matamu nangdi? Meh modyar po pie ? a*u !" Umpat kondektur bis yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Fahri. Fahri turun dari mobilnya dan melangkah dengan cepat memasuki ke dalam bis. Sementara Niken yang terduduk dibagian belakang mengelus kepalanya karena terbentur kaca bis. "Niken !" Panggil Fahri yang sudah berdiri di depan kursinya. "Mas Fahri ?" Niken terkaget melihat Fahrii di depannya. Mata Fahri berkaca-kaca ketika dia menemukan Niken. Dia ingin memeluk Niken tapi terlalu gengsi untuk dia lakukan. Dia akhirnya menarik tangan Niken dan mengajak Niken turun. "Woy bayar disik !" Teriak kondektur yang membuat Fahri mengeluarkan dompet dari sakunya dan memberikan uang seratus ribuan 5 lembar. "Cukup kan ?" Tanya Fahri sambil melempar uang ke wajah kondekturnya. Fahri membukakan pintu mobil dan meminta Niken untuk masuk. Disusul oleh Fahri dan kemudian Fahri langsung menancap gas mobilnya lagi. Sepanjang perjalanan Klaten Karanganyar tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka berdua, Niken sesekali melirik suaminya yang berantakan itu, dia ingin marah dan ingin bertanya seribu pertanyaan pada suaminya, tapi nyalinya terlalu ciut untuk melakukan itu. Fahri menepi ditengah perjalanan mereka. Fahri memeluk Niken dengan sangat erat Niken membulatkan mata terkaget-kaget menerima pelukan dari Fahri. "Maafkan saya Niken." Ucap Fahri terbata-bata. "Mas, aku mencintaimu. Aku sedang mengandung anakmu. Jika aku salah tegur aku agar aku bisa memperbaiki kesalahan aku. Jangan tinggalin aku seperti tadi malam. Aku takut mas." Kata Niken sesenggukan sambil memeluk Fahri. Fahri meneteskan air mata mendengar ucapan Niken. 'Syukurlah Niken tidak merasa kubuang seperti sampah. Kamu memang pemaaf Niken, sayalah yang b******n. Maafkan saya.' ***** Fahri mengemudikan mobilnya kembali. Selama perjalanan tangan Fahri terus menggenggam tangan Niken, sesekali dilepas saat Fahri mengganti gigi. Niken tersenyum dan sesekali melihat ke arah Fahri. Hanya karena sebuah maaf hati Niken kembali luluh atas segala perlakuan Fahri. "Niken ..... YaAllah ....... Kamu kemana saja sayang ? Ibu, ayah, dan Niko panik mencari kamu." Sambut ibu mertua Niken begitu mereka sampai rumah. "Ken, elo kemana aja ? Kita semua kebingungan cariin elo kemarin." Tanya Niko mendekat. Niken melihat ke arah Fahri. Mata mereka bertemu. Niken tau Fahri tidak ingin mereka tahu bahwa dirinya ditinggal Fahri di Klaten begitu saja tanpa alasan yang jelas. Bisa saja Niken menceritakan semuanya, tapi dia takut jika akan menjadikan masalah untuk suaminya. "Semalam Niken rindu ibu, jadi sepulangnya mas Fahri kerja, Niken meminta mas Fahri untuk mengantar Niken ke rumah ibu." Bohong Niken. Semua percaya. Fahri bernafas lega karena Niken berhasil menyelamatkannya. Tapi tidak dengan Niko. Pagi tadi saat semua heboh karena Niken tidak ada, dirinya mendatangi rumah Niken, dan dia tidak menemukan Niken disana, namun belum sempat mengatakan itu kepada orangtuanya, keburu Niken dan Fahri datang. ****** Niken memeluk Fahri begitu Fahri selesai mandi. Sepulangnya dari Klaten kemarin sikap Fahri kembali dingin. Sementara di kehamilannya yang sekarang Niken sungguh merasa ingin dimanja oleh suaminya. "Mas, jangan mendiamkanku lagi." Kata Niken manja. "Jika ingin sesuatu mintalah pada saya. Jangan pada Niko. Saya suamimu. Dan saya ayah dari anakmu." Kata Fahri tegas. "Jadi hanya karena hal itu kamu marah sama aku mas?" Tanya Niken sambil melepas pelukannya. "Hanya kamu bilang ?" Tanya Fahri memperjelas . "Kamu kan tu saya paling tidak suka jika saya tidak diorangkan. Selama saya masih hidup selama saya masih menjadi suami kamu hanya saya yang bisa dan berhak menolong dan menuruti semua permintaan kamu! Kamu paham kan saya tidak suka kamu minta tolong sama Niko ? Saya juga tidak suka kamu terlalu dekat dengan Niko meskipun dia adik kandung saya." "Aku minta maaf mas, tapi aku tidak meminta pada Niko. Dia yang membelikan martabak itu untukku." "Baik saya percaya ! Tapi jangan pernah kamu melakukannya lagi. Tunggulah saya. Bicaralah pada saya, saya pasti akan menurutinya." Kata Fahri melunak. Niken mengangguk. "Nanti malam ayah dan ibu akan mengadakan pembagian warisan. Saya harap setelah warisan kita diputuskan kamu bilang pada mereka agar kita bisa kembali kerumah kita. Saya tidak nyaman tinggal disini." Kata Fahri. "Mas." Panggil Niken mesra. "Hmm... " Jawab Fahri. "Sentuhlah mas." Pinta Niken sambil membawa tangan Fahri ke perut buncitnya. "Ajaklah dia berbicara. Dia sudah bisa bergerak mas. Dia ingin mengenalmu mas, ayah kandungnya." Kata Niken memohon. Fahri mengelus perut Niken. Dia juga mencium peru Niken dan membuat Niken tersenyum. Fahri lalu mengecup kening Niken. Sekujur tubuh Niken menghangat menerima perlakuan Fahri. Dia begitu mencintai Fahri. Tidak ada kebencian dalam dirinya meskipun Fahri meninggalkannya sendirian di tempat yang jauh tanpa alasan yang jelas. Menurutnya Fahri terlalu cemburu padanya karena Niko. Untuk itu dia bertekad untuk menjauhi Niko. "Malam ini ayah akan mengumumkan pembagian warisan. Karena biar bagaimanapun juga ayah sudah tua, ayah ingin fokus menjalani kehidupan ayah dirumah bersama mama dan cucu ayah nanti. Fahri untuk perusahaan tekstil ayah memberikan sahamnya pada kamu 70% dan Niko 30%. Untuk rumah ini kami putuskan untuk memberikannya pada Niko karena Fahri sudah punya rumah sendiri. Untuk tanah di daerah mojolaban seluas 2521m itu menjadi milik Fahri, sedangkan Niko mendapat sawah seluas 3000m di daerah Kebakkramat. Selanjutnya mobil Pajero dan Fortuner menjadi milik Fahri, sedangkan mobil Honda Jazz dan sepeda motor Ninja kawasaki 1000cc menjadi milik Niko. Sudah ya semua sudah adil." Kata ayah Fahri. "Baik ayah. Terimakasih." Kata Niko dan Fahri serentak. Selanjutya mereka melakukan makan malam bersama sebelum akhirnya Niken memohon ijin untuk kembali ke rumah mereka berdua sesuai permintaan Fahri. Pada awalnya mereka tidak setuju karena takut terjadi sesuatu pada Niken dan kandungannya, tapi setelah Fahri dan Niken meyakinkan akhirnya mereka mengijinkan juga. Fahri menggenggam erat tangat Niken mengetahui orang tua mereka menyetujui permintaan mereka. Sedangkan Niko memandang sadis ke arah Fahri tapi dibalas oleh senyuman sinis dari bibir Fahri. **** Fahri menarik tangan Niken saat mereka menginjakkan diri dirumah mereka untuk pertama kali setelah 1 bulan mereka tinggal bersama orang tua Fahri. Dia melumat bibir Niken seperti orang kehausan. Sesekali dia melepas bibir Niken hanya untuk memberikan waktu pada Niken untuk mengambil nafas. Niken merasa bahagia diperlakukan seperti itu oleh suaminya, dia pun membalas ciuman Fahri. Dia juga menjadi lebih agresif dari pada malam-malam sebelumnya. Hubungan yang dingin dan penuh emosi diantara keduanya kini telah menghangat. Peluh bercucuran di sore hari berjatuhan diantara dua tubuh manusia yang tengah asyik bercinta di depan ruang tv. Niken duduk diatas Fahri sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya agar mencapai klimaksnya, Fahri terus memainkan kedua bukit indah Niken hingga membuat Niken berteriak karena klimaksnya sudah tercapai. Fahri memeluk Niken sebelum dia menggulingkan Niken kebawah dan menindihnya. Kini giliran Fahri yang mengatur ritme tubuhnya untuk mencari klimaknya, dan selang beberapa menit gantian Fahri yang terkulai lemas sambil menjatuhi tubuh Niken. "Maafkan saya. Saya terlalu mencintaimu hingga saya terlalu cemburu jika kamu berdekatan dengan lelaki lain selain saya, termasuk itu Niko adik kandung saya sendiri." Gumam Fahri sambil mengelus pipi Niken sebelum akhirnya dia tertidur. Niken memandangi tubuh atletis suaminya. Dia memiliki kekaguman sendiri pada suaminya meskipun Fahri selalu bersikap buruk padanya. Baginya itu ujian dalam rumah tangganya. Niken yakin suatu saat suaminya akan berubah. "Aku juga mencintaimu mas. Sangat mencintaimu. Jangan bersikap buruk lagi padaku ya mas. Aku takut." Kata Niken sambil mencium kening Fahri. **** Fahri bersiap untuk kembali bekerja, sudah dua hari dia tidak masuk kantor akibat masalah kemarin. "Sayang..... " Panggilan mesra Fahri untuk Niken yang membuat Niken merona dibuatnya. "Iya mas?" "Saya berangkat kerja dulu. Kamu hati-hati di rumah. Selalu kunci gerbang dan pintu. Jangan membuka pintu untuk sembarangan orang. Bisa dilihat dulu dari jendela jika ada tamu selain saya." Kata Fahri. "Mas, kamu ga kunciin gerbangnya ?" Tanya Niken kaget. "Jaga kepercayaan saya." Kata Fahri sambil tersenyum dan mencium kening Niken. Toktok tok ...... Fahri melihat jam tangan, waktu masih menunjukkan pukul 6.30 pagi. "Siapa tamu dipagi hari seperti in?" Tanya Fahri. "Biar aku yang buka mas." "Gak usah. Kamu siapin sarapan ya, biar saya yang buka pintu." Niken dan Fahri sama-sama keluar kamar, Niken menuju ke dapur dan Fahri membukakan pintu rumah. "Sayang ..... " Sapa Shinta yang tiba-tiba masuk rumah dan langsung mencium bibir Fahri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN