Entah apa yang merasukinya, ia naik ke punggung Barra, yang kemudian berdiri dan menggendongnya. “Aku berat bukan? Dan ini masih tiga lantai lagi,” Rhe dengan pasrah memeluk leher Barra. Barra sama sekali tidak merasakan beban apapun, langkahnya terasa ringan dengan pelukan Rhe di lehernya. “Tidak berat sama sekali..” Barra berjalan setenang mungkin, ia begitu berdebar merasakan hembusan nafas Rhe meniup lehernya. Apa Rhe mendengar detak jantungnya? Kencangnya ini keterlaluan… Hembusan itu langsung membuat tubuhnya panas tidak menentu. Bagaimana mungkin tidak? Tubuh mereka begitu dekat dan saling bersentuhan. Barra tidak ingin melepaskannya, segala bagian di tubuhnya berdesir, Rhea Adhisti harus ia perjuangkan. Ia tahu, hatinya sudah menjadi milik perempuan yang ada di gendon