.Yulia. Ya Allah, maafkan diri ini terkadang ketika cobaan melanda, tidak bisa menahan diri untuk mempertanyakan takdirmu. . . Dua puluh empat jam sudah berlalu, operasi berjalan lancar dan selama itu juga Lia menunggu suaminya lewati masa kritis. Dia setia tetap menanti, meski Safa atau mertuanya membujuk Lia untuk pulang dan beristirahat. Lia hanya sebentar memejamkan mata, itu pun karena kepalanya terasa sangat berat dan sakit. “Pulang sana, Safa!” Safa menggelengkan kepala. “Nggak, aku mau di sini sama Teteh.” Adiknya bahkan bolos kerja. Lia menatap adiknya itu. “Besok kamu harus kerja, jangan bolos lagi. Kamu belum lama kerja di sana.” Akhirnya Safa tidak bisa mempertahankan keinginannya. “Safa pulang, tapi menunggu Saddam datang dan temani Teteh.” “Saddam har