Part 3

1060 Kata
Sinar mentari pagi bersinar dengan indah, tetapi sinar mentari pagi seakan kalah indah dengan senyuman Selena. Keadaan Selena sekarang sudah merubah, kemarin dia masih menjadi seorang gadis tapi hari ini dia sudah menjadi seorang wanita. Selena tersenyum sendiri mengingat tadi malam dia melakukan hubungan intim dengan Oliver. Sangat nyaman berada dalam pelukan Oliver, walau tadi malam dia tidak bisa beristirahat karena napsu Oliver yang ternyata mampu membuatnya kewalahan melayaninya. Tadi malam Selena juga merasa ada berbeda, dia menjadi lebih b*******h. Selena merasa dia seperti orang yang haus akan keinginan napsu duniawi, memohon, dan meminta Oliver untuk menyentuhnya, menjamahnya, menghujam berkali-kali tanpa lelah, melakukan lagi dan lagi. Hasrat tersebut benar-benar sangat nikmat dan memuaskan. Benar kata Veronica, saat benda besar dan perkasa itu masuk kedalam bagian intimnya akan terasa penuh. Seakan bagian sensitifnya terasa sempit dan sesak. Apa lagi saat benda besar yang sudah tegang itu bergerak didalam daerah sensitifnya, awalnya perih tapi tak lama kemudian, hanya kenikmatan yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Mungkin ini perasaan yang dirasakan Veronica dan membuat sahabatnya itu ketagihan untuk bercinta. "Kamu sudah bangun." terdengar suara serak khas orang tidur. Selena menyerengitkan dahinya dengan heran kenapa suara Oliver berbeda? "Oliver, kenapa suaramu berbeda?" tanya Selena. "Oliver? Siapa Oliver?" Kata pria itu dengan heran. Selena mendongakkan kepalanya, betapa terkejutnya dia saat melihat pria yang berbeda. "K-kamu siapa? Kenapa kamu berada disini." Selena kaget dengan pria yang tidak dikenalnya berada bersamanya diranjang yang sama. "Kamu menanyakan aku siapa? Aku pria yang bercinta denganmu. Aku membayarmu dengan mahal." Wajah Selena mendadak pucat, dia kenapa bisa bersama pria ini? Lalu apa maksud dari pria ini mengatakan sudah membayarnya dengan mahal? "Seharusnya aku bersama Oliver! Seharusnya dia yang bercinta denganku, bukan kamu! Yaa Tuhan apa yang telah ku lakukan." Selena menjambak rambutnya sendiri. Devan melihat Selena dengan aneh, apa maksud wanita ini mengatakan kalau seharusnya dia bersama pria yang bernama Oliver? Siapa Oliver? Apa kah wanita agak kurang waras padahal dia sudah membayar dengan mahal untuk mendapatkan seorang perawan. "Aku sudah membayarmu dengan mahal, jadi jangan banyak tingkah!" bentak pria itu pada Selena. Selena bingung dengan keadaannya, apa yang sebenarnya terjadi. "Ooh, apa mungkin kamu hanya mendapatkan bagianmu cuma sedikit? Ok, akan aku tambahkan lagi. Kamu memang benar-benar perawan jadi aku tak masalah," kata Devan dengan santai. Selena melihat tak percaya ke arah Lelaki tersebut, namanya saja Selena tak tau tapi kenapa tiba-tiba pria ini membelinya? Kapan dia jual diri?  "A-aku tidak pernah jual diri? Aku tidak seperti itu." Selena berkata lirih, hatinya terasa sakit saat pria yang dihadapannya menghina dirinya. Serendah itu kah dia dimata pria yang dia sendiri tidak kenal. Devan melihat Selena dengan pandangan tidak mengerti, manik-manik mata wanita itu berkaca-kaca seperti menahan kesedihan. Apa mungkin yang diucapkan wanita ini benar? Apa dia tidak tahu kalau dia telah menjual dirinya demi uang. Selena memikirkan apa yang telah terjadi padanya. Siapa yang menjualnya? Apa Veronica menjualnya pada pria ini? Tapi apa tujuannya? Veronica dari keluarga kaya dan mempunya pacar yang kaya tapi kenapa menjualnya?  Atau mungkin Oliver? Apa mungkin Oliver tega berbuat hal ini padanya? Oliver juga dari keluarga kaya raya, masa menjualnya demi uang? Tapi bukannya Oliver mencintainya? Berbagai macam pertanyaan berada di dalam pikiran Selena. Dia tak pernah menyangka hidupnya akan seperti ini. Selena beranjak ke dari ranjang ingin ke kamar mandi tapi dia meringis menahan perih di selangkangannya. Pria yang tak dikenalnya ini sangat lihai diranjang, tubuhnya yang kecil bagai tercabik-cabik merasa sakit dan nikmat secara bersamaan. "Kamu kenapa?" Devan melihat Selena dengan kasihan. "Aku ga apa-apa." "Eeh, turun kan aku." Selena merasa tubuhnya melayang. "Sudah lah menurut saja, pasti kamu perihkan? Aku tadi malam memang agak keterlaluan menghujam intimu, aku baru ini mendapatkan benar-benar perawan dan ternyata sangat nikmat. Aku memang lelaki perkasa dan membuatmu sampai menjerit keenakan." pria itu tersenyum sambil menggendong Selena. Selena tak percaya pria itu menggendongnya dengan gaya bridal style dan membawanya ke kamar mandi. "Terima kasih." Devan hanya tersenyum dan menutup pintu kamar mandi. Devan melihat ponselnya ada pesan dari Veronica kekasihnya. "Sayang maafkan aku tidak berpamitan padamu. Aku memutuskan untuk melanjutkan beasiswa ku sebagai pelukis ke Spanyol. Aku takut kalau aku bilang akan pergi ke Spanyol kamu akan memutuskan aku, aku tau kamu tidak bisa berpacaran jarak jauh, tapi aku yakin kamu pasti mau menungguku. Kamu juga bisa mengunjungi aku ke Spanyol, aku mencintaimu, Devan." Devan menyunggingkan bibirnya membaca pesan dari Veronica. "Sudah aku katakan padamu, Vero. Kalau aku tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh. Aku lelaki yang sulit menahan napsu seksualku, jika kamu tidak ada buat apa aku menjalin hubungan denganmu. Mulai hari ini hubungan kita putus Vero. Semua fasilitas dari apartemen, mobil, aku berikan semuanya padamu. Itu  sebagai imbalan untukmu yang sudah melayani dan memberikan aku kenikmatan selama beberapa bulan ini. Kartu kredit untukmu akan aku blockir, terima kasih atas malam-malam indah yang telah kamu berikan padaku."  Devan membalas pesan Veronica dan mematikan ponselnya. Devan hanya tersenyum licik, dia tidak mempermasalahkan Veronica pergi meninggalkannya. Dulu dia tertarik dengan Veronica saat dia datang kepameran lukisan, dia melihat wanita itu melukis. Penampilan dan bentuk tubuh Veronica sesuai dengan seleranya, dia mendekati Veronica dan mengajaknya berkencan.  Devan dan Veronica menjalin hubungan selama beberapa bulan. Veronica mampu mengimbangi napsunya yang besar. Tapi bukan Devan namanya jika dia akan patah hati dan sedih karena putus cinta. Bagi Devan, Veronica hanya satu dari beberapa wanita yang pernah singgah di hatinya. Devan seorang casanova. Wanita itu mudah di dapatkan dengan wajahnya yang tampan, harta, dan kekayaannya. Wanita yang dia tiduri sekarang ini menarik perhatiannya. Wajahnya seperti wanita polos yang tidak mengerti tentang kejadian yang mereka alami. Devan juga sangat menikmatk bercinta dengan wanita itu. Walau wanita itu sangat kaku, tapi dia memakluminya. Dia merupakan pria pertama yang meniduri wanitanya.  Devan melihat jam yang ada ditangannya, sudah satu jam wanita itu di dalam kamar mandi. Dia heran kenapa wanita itu didalam kamar mandi sangat lama dan apa saja yang dilakukannya di dalam sana. Jika hanya mandi tidak akan selama ini. Pikiran Devan berkelana, tadi dia sempat melihat sekilas mata wanita itu. Pancaran matanya seperti terluka dan tidak percaya dengan apa yang terjadi dalam hidupnya.  "Jangan-jangan dia bunuh diri lagi di dalam kamar mandi?" ujar Devan gusar. "Waduh, bisa gawat ini, aku bisa kena masalah jika wanita itu mengakhiri hidupnya saat sedang bersamaku." Devan melangkahkan kakinya secara perlahan, dia mengendap-endap mendekati pintu kamar mandi. Berusaha mencari adanya suara disela-sela pintu. "Sial! Kenapa ga kedengar apapun sih," ucap Devan kesal. "Akh, terserah padamu lah. Mau mati ya udah, nanti aku akan mengurus semuanya seperti biasa. Semua dapat dilakukan dengan uang, semua butuh uang," ujar Devan memilih tidak memperdulikan keadaan wanita yang berada di dalam kamar mandi, tapi dia juga sebenarnya resah dan khawatir.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN