Part 2

1058 Kata
3 tahun kemudian. Tanpa terasa tahun berganti, sudah tiga tahun Selena tinggal di Jakarta, dia menikmati hidupnya dan berkerja di Johanson Grup. Selena memiliki seorang teman Veronica William dan sudah 2 tahun juga dia berpacaran dengan seorang pria bernama Oliver Wijaya. Veronica merupakan teman Oliver dan yang mengenalkan Selena dengan Oliver juga Veronica. "Kamu kenapa Lena? Wajahmu gusar begitu?" tanya Veronica. "Aku takut nih," kata Selena pada Veronica. "Udah santai aja. Memang sih ini pengalaman pertamamu dengan Oliver, tapi aku yakin nanti kamu akan menikmatinya hihihi." Veronica terkekeh teringat dengan kelakuannya sendiri. "Kalau pengalaman hubungan seksualmu yang pertama gimana?" "Hubungan seksualku yang pertama ya." Veronica tersenyum mengingat pertama kali dia berhubungan seksual dengan mantan kekasihnya. "Enak dan nikmat, setelah itu aku malah ketagihan." "Kamu kan udah 2 tahun pacaran sama Oliver, kayanya bukan masalah lagi deh. Udah ga apa-apa, nikmati aja. Awalnya sakit tapi setelah itu enak banget, dijamin nanti kamu akan ketagihan." Veronica terkekeh. "Bagi kamu sih gampang, tapi kalau buat aku itu ga mudah, Ve." "Tidak usah kamu pikirkan, nikmat prosesnya." "Aku ragu, Ve." "Ooh iya hampir lupa." Veronica memberikan card kamar hotel pada Selena. "Tadi Oliver nitip pas kamu lagi mandi." "Tapi aku takut." "Jangan dipikirkan, tapi nikmati semuanya. Secara perlahan kamu akan menikmatinya dan tidak akan tegang lagi. Karena yang boleh tegang itu bagian sensitif para pria bukan wanita." Selena mendengarkan perkataan Veronica dengan tak percaya, begitu mudah dan santainya Veronica dengan hubungan seksual pertamanya. Veronica memang penganut hubungan bebas, berbeda dengan dirinya. Dia berpikir menikah dulu baru berhubungan intim, tapi pikirannya berubah saat dulu Veronica mengatakan bahwa hubungan intim sebelum menikah itu hal biasa.  Selena merasa ragu, walau dia dan Oliver sudah berpacaran selama 2 tahun tak pernah melakukan hubungan seksual. Menyentuh payudaranya saja Oliver tidak pernah, dia tidak mengijinkan kekasihnya itu menyentuh bagian-bagian sensitif miliknya. Dia dan Oliver hanya ciuman dan bermesraan biasa jika Oliver akan melakukan lebih Selena akan menolaknya secara halus. Selena takut jika Oliver akan kecewa dengannya. "Selena, kamu harus percaya diri. Kamu cantik dan sexy. Sini aku dandani." Veronica memakaikan baju yang sexy, make up. Tadi mereka sempat pergi untuk berbelanja baju yang tidak biasa Selena beli. Selena menuruti semua keinginan Veronica walau dia ragu. "Ve, kamu yakin nanti malam mau ke Spanyol?" "Jadi dong. Kan aku mau jadi pelukis terkenal dan memang udah impian aku sejak lama. Aku akan selalu mendapatkan apapun yang aku inginkan. Jarang ada kan pelukis Jakarta bisa dapat beasiswa menjadi pelukis di Spanyol, apa lagi itu dulu muridnya, Pablo Picasso. Aku harus bisa mewujudkan semua mimpi ku," kata Veronica dengan optimis. Inilah yang disukai Selena berteman dengan Veronica, dia seorang wanita yang selalu optimis dan ambisius selain wajahnya yang cantik dan memiliki tubuh yang sexy. Terkadang Selena kesal juga dengan kelakuan Veronica yang egois, tapi Veronica memiliki bakat untuk melukis dan memiliki karya yang luar biasa. "Tapi pacarmu gimana? Kamu akan meninggalkan pacarmu dan menjalin hubungan jarak jauh." "Aku yakin aku bisa berhubungan jarak jauh dengan Devan. Jaman juga sudah modern, Devan dari keluarga kaya dan keluarganya punya perusahaan. Jakarta-Spanyol sih dekat, Len." "Gimana kalau Devan tidak setia dan selingkuh dibelakangmu saat kamu di Spanyol." "Aku yakin Devan setia padaku, walau hubungan kami baru beberapa bulan tapi Devan memanjakan aku dengan segala fasilitas yang dia berikan. Aku yakin dia sudah tergila-gila sama aku, aku selalu menservice dia dengan liar diranjang." "Wow... Kamu hebat sekali, Ve." "Harus itu Len, jika aku tidak bisa memuaskan Devan. Pasti aku sudah dibuang sama dia, Devan itu playboy kelas berat." "Nah, kalau dia playboy apa kamu yakin dia bisa setia." "Aku yakin!" "Idih percaya diri amat, sih. Kalau sampai Devan itu ketemu perempuan lain baru tau rasa." "Tenang aja, ga akan ada perempuan yang bisa menandingi aku, apa lagi perempuan kecil mungil kaya kamu, ga akan bisa deh." Selena tersenyum kecil, ada perasaan aneh yang dia rasakan. Memang dia tak secantik dan setinggi Veronica tapi apa perlu mengatakan hal seperti itu, walau bagaimana pun dia juga seorang wanita. "Ooh iya nanti aku ajarin kamu cara menservice pria biar Oliver puas dan makin ketagihan." Veronica membanggakan dirinya. "Kayak apa sih, Devan itu?"  "Ganteng, kaya raya, berkuasa, dan junior nya besar. Kamu tau, kalau dia sudah memasukiku, juniornya itu seakan penuh didalam vaginaku. Gesekan-gesekan juniornya membuat aku semakin terlena. Dia juga suka bervarisai gaya, aku dan dia sudah mencoba semua gaya yang tidak akan pikiranmu bayangkan. Dia benar-benar sangat memuaskan diranjang, aku aja sampai ketagihan." "Lah, tadi kamu bilang dia yang ketagihan sama kamu, sekarang kamu bilang kalau kamu yang ketagihan sama dia. Gimana sih?" "Aah cerewet pokoknya enak aja deh. Dan pastinya akan membuatmu berteriak minta lagi dan lagi, seakan tidak pernah puas jika hanya sekali kamu mendapatkan pelepasan." Veronica kembali memoleskan lipstik pada bibir Selena, mensemprotkan perfume, menata rambutnya, agar dia terlihat sempurna didepan Oliver. "So perfecto." Veronica memuji penampilan Selena, dia puas dengan hasil make up nya diwajah Selena. "Ini aku Ve?" ujar Selena tidak percaya saat melihat dirinya di depan cermin. "Iya, Lena. Kamu sangat cantik, kan." "Terima kasih Ve." "Jangan berterima kasih ke aku, kamu itu memang sudah cantik hanya kurang percaya diri." "Apapun itu terima kasih, Ve." "Apapun untuk sahabatku." Veronica memeluk Selena, mereka saling berpelukan. Persahabatan yang sudah lama terjalin membuat mereka saling mendukung satu sama yang lainnya. "Aku berangkat dulu yaa Ve," pamit Selena. "Aku antar kamu, sekalian aku ke bandara. Ga baik anak gadis berpakaian sexy naik grab sendirian," ujar Veronica. "Makasih yaa Ve. Kamu memang baik banget." Di dalam mobil Selena sangat gelisah. Ponselnya bergetar nama Oliver muncul di layar ponsel Selena. "H-hallo," kata Selena dengan gugup. "Kamu dimana Lena?" tanya Oliver. "Sedang dalam perjalanan ke hotel, aku diantar Ve." "Vero udah kasih card kamar kan?" "Udah." "Aku tunggu yaa sayang, nanti kamu masuk aja, lampu aku matikan supaya kamu ga malu. Aku mencintaimu Lena." Selena menarik napasnya sudah semakin gugup dia sekarang.  "Nih minum dulu." Veronica memberikan sebotol air mineral pada Selena. Selena meminum dengan cepat air mineral yang diberikan Veronica padanya. Veronica tersenyum melihat hal tersebut tanpa Selena ketahui Veronica menaruh sedikit obat perangsang di air mineral tersebut. Semua yang dilakukan agar Selena tidak malu-malu saat bersama Oliver. Mereka sudah sampai di hotel bintang 5 tempat dia akan memberikan segalanya pada Oliver. Dia mencintai Oliver dan akan memberikan apapun yang Oliver inginkan agar selalu bersamanya.  "Ayo cepetan masuk sana," kata Veronica. "Aku, ga jadi aja deh. Aku mau pulang aja." Selena akan pergi, tapi Veronica malah menarik tangannya dan menyeretnya masuk ke dalam hotel. "Sekarang kamu pergi sana dan ingat kamu harus senyum. Jangan buat Oliver kecewa, dia udah menunggumu dikamar dan Smileeeeee," ujar Veronica menirukan wajah tersenyum pada Selena. "I-iyaa smileeeee." kata Selena dengan kaku. Selena menuju kamar yang dimaksud oleh Veronica sambil sesekali melihat Veronica yang masih memberikan dia semangat. "Smileeeeeeeee." 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN