"Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara."(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas'ud).
.
.
.
***
Suasana kediaman keluarga Aisyah sangat bahagia seperti mendapatkan sebuah lotrai.
Anak yang paling bungsu yang dijaga oleh semua keluarganya sebentar lagi akan melepaskan status dari jofisa (jomblo fisabilillah) menjadi menikah.
Menikah adalah sesuatu hal yang menyempurnakan agama seseorang. Dengan menikah akan menjadikan seseorang terjaga dari perbuatan zina.
"Ciee, Una bahagia bangat kayaknya yah"goda Ibam.
"Iya ni mas, kok kayak ada bunga-bunga gitu"kata Rasyid sambil menunjuk udara didepan muka Aisyah.
"Bang jangan godain Una dong, gak malu sama anak istri" kata Asiyah yang tidak terima dengan kelakuan saudara laki-lakinya.
"Aduh dek, biasa aja kali. Gak usah merah gitu mukanya kayak tomat tau"kata Faris yag tiba-tiba datang.
"Mi, bi liat abang-abang ni. Godain Una terus kayak gak ada kerjaan aja"balas Aisyah kesal sambil teriak.
"Santai elah dek. Gitu aja marah cepat tua nanti"kata Ibam dengan nada menggoda.
"Bang yang melamar tadi itu bukannya Hasan pemain bola itu kan"tanya Faris penasaran.
"Mas rasa juga gitu, soalnya mukanya gak asing. Kan Una sering nonton tu sambil teriak-teriak gak jelas gitu" jawab Ibam.
"Ini bukan drama atau sinetron kan bg. Kok bisa pas gini. Orang yang dikagumi malah datang ngelamar" sambung Rasyid sambil ketawa.
"Udah dong bang, mas.. sana keluar dari kamar Una. Ngapain pada ngerusuh dikamar Una" kata Aisyah kesal sambil mengusir kakaknya.
"Dek kayaknya Hasan cinta sama kamu deh. Cinta pandangan pertama. Abang rasa kayak bukan pertama kali bertemu tapi kayak udah lama bertemu terus ketemu lagi" sambung Rasyid menggoda Aisyah.
"Gimana enggak ketemu, Una aja pergi menonton pertandingan dia 2 tahun yang lalu. Mas masih ingat bangat kaya mana dia nangis histeris karena mas gak ngijinin pergi"kata Ibam sambil ketawa.
"Aduh buka buka rahasia Una aja mas ibam ni. Itu dulu ya mas. Lupakan oke" jawab Aisyah yang mulai jengah menghadapi ketiga kakaknya.
"Ini kenapa ramai-ramai dikamar Una. Kayak tawuran aja suaranya" kata Siti yag tiba-tiba datang.
"Ini mi, abang pada jahilin Una. Kan gak adil 3 lawan 1." balas Aisyah mengadu kepada Siti.
"Beraninya ngadu doang. Udah mau nikah juga manjanya minta ampun" kata Faris menggeleng dengan kelakuan Unanya.
"Bang udah, nantik Una pukul dibilang pula Una durhaka. Kan gak lucu ada berita dikoran Seorang Adik memukul abangnya sampai babak belur hanya karena kesal" ketus Aisyah.
"Lebay banget kamu dek, udah ah mas mau keluar. Nantik sore mas sama mbak asih mau pulang ke Bandung" kata Ibam menyudahi perdebatan kecil.
"Kok cepat mas pulangnya, gak disini aja sampai Una nikah mas. Kan masih pengen main sama Imran" kata Asiyah sedih.
"Nanti mas dipecat kalau gak kerja, mau ngasih mbak Asih sama anak mas makan apa" kata Ibam ketawa.
"Iyain aja biar senang. Terus mas kesininya kapan" tanya Aisyah.
"Mungkin hari pernikahan kamu Na, salahin Abi tu kenapa pakek acaranya cepat segala. Gak diskusi dulu sama kita. Kan kita kerja semua."kata Ibam sedikit kesal.
"Bi, mas Ibam kesal sama Abi ni. Jewer kupingnya" kata Rasyid sambil teriak.
"Apaan sih Ras, enak kali lihat mas dimarahin Abi ya" kata Ibam kesal dengan tingkah adiknya yang jail.
"Udah-udah kalau gini terus kapan selesai. Rasyid jangan godain mas kamu"kata Siti menjadi penengah kekacauan.
"Iya mi" jawab mereka serentak.
Rasyid, Faris, dan Ibam keluar dari kamar Aisyah. Sedangkan Siti masih dikamar Aisyah.
"Kayanya anak Umi bahagia sekali ya"sindir Siti.
"Iya mi" jawab Aisyah sambil senyum.
"Ingat kamu belum nikah, jangan sampai kamu memberikan cinta kepada yang belum sah menjadi suami mu. Cinta itu kamu berikan setelah ijab kabul nak" kata Siti mengingatkan.
"Iya mi, Una tau. Tapi Una tidak percaya kalau yang melamar Una dia mi" sambung Aisyah.
"Iya, tapi ini belum dinamakan jodoh. Segala sesuatu bisa saja terjadi tanpa sepengetahuan kita. Allah maha tau. Jadi serahkan semua kepada Allah. Sekarang Aisyah ganti baju. Puas-puasin main sama Imran, nanti sore mas Ibam mau pulang" jelas Siti sambil keluar kamar.
"Iya Umi ku sayang" jawab Aisyah patuh.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216).
.
.
.
Pernikahan yang akan terjadi kurang lebih 8 hari lagi. Aisyah tidak meminta yang yang sulit dalam pernikahannya. Yang sederhana saja sudah membuat Aisyah bahagia.
Flassbacak on
"Bagaimana dengan maharnya" tanya Aryo.
"Saya serahkan semua kepada Aisyah "kata Salman.
"Jika boleh Aisyah berpendapat Aisyah hanya ingin pernikahan sederhana saja. Kemudian maharnya cukup hapalan Al-quran" jawab Aisyah mantap.
"Insya Allah saya bersedia. Hapalan apakah yang akan dijadikan mahar" tanya Hasan yakin
"Cukul surah Al-kahfi, Ar-rahman dan Al-mulk" jawab Aisyah malu-malu.
"Insya Allah saya akan menyanggupi mahar tersebut" kata Hasan.
Flassback of
Rumah tampak sepi kembali setelah Ibam sekeluarga pulang ke Bandung.
Aisyah selalu berdoa agar rencana yang sudah direncakan bisa berjalan lancar. Karena tentu sebagaimanapun menurut kita rencana kita baik tapi tetap rencana Allah jauh lebih baik.
.
.
.
Beberapa hari sebelum pernikahan. Keluarga Aisyah sibuk dengan persiapan. Walaupun Aisyah ingin pernikahan sederhana. Tapi Uminya tidak tinggal diam. Siti tetap ingin pernikahan Aisyah sedikit lebih menarik.
Siti dan istri anak-anaknya sibuk dengan persiapan pernikahan Aisyah, padahal masih beberapa hari lagi. Aisyah semakin hari semakin gugup.
Sampai detik ini Aisyah masih bekerja di kantornya. Padahal Siti dan Salman sudah menyuruh Aisyah cuti tapi Aisyah tetap menolak permintaan kedua orang tuannya. Bukan Aisyah tidak mau menuruti perintah orang tuanya hanya saja Aisyah akan merasa bosan jika tidak bekerja.
Setelah panjang lebar Aisyah menjelaskan kepada orang tuanya akhirnya orang tuanya pasrah dengan keputusan anaknya.
"Assalamualaikum Mi, Abi kemana" kata Aisyah yang baru saja pulang dari kerja.
Aisyah langsung menggambil tangan Uminya untuk dicium sebagai kebiasaan sehari-hari.
"Abi katanya tadi mau jemput kamu nak" kata Siti kaget soalnya Aisyah tidak bersama suaminya.
"Aduh, kenapa gak telpon dulu sih mi, Aisyah hari ini pulang cepat makanya naik angkutan umum" kata Aisyah khawatir.
"Coba telpon Abimu biar dia tau kalau Una udah pulang" kata Siti melanjutkan kegiatannya.
Tanpa berpikir panjang aaisyah langsung menelpon Abinya.
"Assalamualaikum bi"
"Walaikumsalam dek, kenapa. Udah pulang kerja yah?"
"Maaf bi, Una udah pulang duluan soalnya tadi pulang cepat. Una juga gak tau kalau Abi mau jemput"
"Una udah pulang yah, yaudah Abi mau kepasantren dulu sebentar kalau gitu"
"Iya bi, hati-hati yah. Jangan ngebut bi"
"Iya sayang, ada mau dititipkan gak?"
"Hemm, Una mau roti bakar disimpang 3 kantor Una bi"
"Oke nanti Abi kesana lagi, soalnya Abi udah dijalan mau kepasantren"
"Kalau udah sampai pasantren mending gak usah bi, Una kira Abi masih ditempat kerja Una"
"Gak apa apalah. Abi juga kangen roti bakar nya"
"Yaudah bi, ingat bi jangan ngebut-ngebut. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
.
.
.
Setelah menelpon Abi, membersikan diri dan melaksanakn kewajiban sebagai muslim, Aisyah langsung kebawah membantu Siti untuk menyiapakan makan malam.
"Udah nelpon Abinya dek" tanya Siti.
"Udah mi, katanya Abi mau kepasantren dulu makanya sekarang belum pulang" jawab Aisyah.
Siti dan Aisyah sibuk menyiapakan makan malam. Tiba-tiba piring yang ada ditangan Siti jatuh kebawah dan terpecah belah.
"Astagfirullah" kata Siti kaget.
"Umi gak kenapa-kenapa kan, udah Umi duduk aja sana biar Aisyah yang bersihin" kata Aisyah sambil menuntun Siti duduk dikursi meja makan.
"Mi, kenapa kok ada suara pecahan gitu" tanya Fatih tiba-tiba datang.
"Gak apa-apa nak, tadi tangan Umi licin makanya terlepas piringnya" jawab Siti menjelaskan.
"Eh mbak, si dedek bangun yah karena keganggu" tanya Aisyah.
"Enggak kok, mbak kaget aja kirain Umi kenapa-kenapa lagi" jawab Fatih.
.
.
.
Drttt...drttt....drtt....
"Mi biar Aisyah aja yang angkat, Umi duduk aja" kata Asiyah yang ingin mengangkat ganggang telepon.
"Udah Umi aja, sana Una siapkan makanan. Sebentar lagi Abi pulang" jawab Siti sambil mengangkat telepon.
" Halo, Assalamualaikum"
" iya Waalaikumsalam. Ini siapa ya"
"Apakah benar ini kediaman keluarga bapak Salman Alfarisi"
"Iya saya istrinya, ada keperluan apa ya pak"
"Begini, ibu jangan panik dulu. Saya menelpon memberitahukan kalau bapak Salman sedang berada dirumah sakit karena kecelakaan.
"....."
"Halo bu, masih disanakan. Saya ingin ibu kerumah sakit Hasanah sekarang juga"
"Iy-iya saya akan kesana"
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Tiba-tiba Aisyah datang.
"Umi kenapa kok nangis" tanya Aisyah kaget.
"Kamu tenang ya nak jangan kaget atau apapun. Abi kecelakaan" kata Siti sambil menangis.
"Apa mi, gak mungkin mi, Umi pasti bohongkan baru tadi Una telponan sama Abi." jawab Aisyah sambil menangis.
"Iya nak, Umi gak bohong sekarang kita kerumah sakit ya" ajak Siti dengan tenang agar anaknya juga bisa tenang.
Namun tiba-tiba Aisyah terjatuh dilantai. Tubuhnya sudah mendarat dilantai yang membuat Faris yang baru datang terkejut. Inilah yang membuat Siti tak kuasa, bagaimanapun memberikan Aisyah penjelasan akan baik-baik saja tidak berpengaruh dengannya. Segala yang menyangkut dengan orang tuanya akan membuatnya tidak terkontrol.
"Astafirullah Una, Una bangun. Una kenapa" tanya Faris khawatir.
"Kenapa Aisyah nak" tanya Siti kaget yang baru balik dari kamarnya.
"Kayaknya dia pingsan mi, emang ada apa kok Umi kaya mau pergi gini terus Abis nangis lagi" tanya Faris bingung.
"Abi kamu tadi kecelakaan, sekarang Umi mau kerumah sakit" kata Siti.
Kata-kata Siti mebuat Faris kaget, pandangannya kosong kedepan. Dia merasa bahwa ini mimpi.
"Udah sekarang kita kerumah sakit, Aisyah biar dirumah sama mbak Fatih" kata Siti sambil keluar.
Faris mengangkat tubuh Aisyah kekamarnya, kemudian menyuruh istrinya untuk menunggu Aisyah sadar. Faris menceritakan kejadian kepada istrinya dan membuat fatih sangat sedih.
AkhirnyaSiti dan Faris keluar rumah menuju rumah sakit, perasaan mereka sama sama kacautapi sebisa mungkin Siti menyembunyikannya. Dia tidak mau anaknya khawatirdengannya.