Bunga segera membuka pintu lalu menutupnya kemudian. Gadis itu berdiri tepat di belakang pintu dengan jantung berdetak kencang. Bahkan sangat kencang hingga terasa akan meledak setelah melihat pemandangan yang sangat indah menurutnya. Selama ia bernapas 20 tahun ini, baru kali ini gadis bernama lengkap Bunga Senja Oktavia itu melihat tubuh indah seorang pria.
"Waaw! Tuan Aska macho banget, badannya itu lho! Kekar, kek roti sobek. Huuuh!" gumam Bunga seraya menggigit bibir bawahnya keras.
Bunga memejamkan kedua matanya kembali membayangkan tubuh kekar seorang Askara Wijaya. Namun, wanita itu seketika terperanjat ketika pintu yang berada tepat di belakang tubuhnya tiba-tiba saja kembali dibuka dari dalam.
"Lo masih di sini?" tanya Askara seketika mengejutkan.
Bunga sontak berbalik, tapi dia bergegas memutar kembali tubuhnya saat mendapati sang majikan masih dalam keadaan setengah telanjang.
"Nggak, Tuan. Ini aku mau pergi," jawab Bunga hendak melangkah.
"Tunggu dulu," pinta Aska seketika menarik pergelangan tangan Bunga. "Lo pasti suka 'kan ngeliat tubuh gue yang kekar ini?" tanya Aska dengan sengaja menggoda.
"Nggak! Siapa bilang?" sahut Bunga tanpa menoleh. "Lepasin aku, Tuan. Aku masih banyak kerjaan dibelakang."
Bunga berusaha untuk melepaskan tautan tangan Askara, tapi semakin dia menggerakkan pergelangan tangannya, maka telapak tangan Aska semakin mencengkram erat pergelangan tangan gadis itu. Aska hanya menggoda, sepertinya menjahili asisten rumah tangganya adalah hobi barunya sekarang.
"Hey! Mumpung saya lagi gak pake baju, ayo masuk. Saya udah gak tahan nih!" Goda Aska seraya tersenyum cengengesan.
"Tuan mesuum!" sahut Bunga seketika menginjak telapak kaki Aska dalam posisi memunggungi tubuhnya.
"Argh! Sakit tau," decak Aska sontak melepaskan lingkaran tangannya, sementara Bunga segera menggunakan kesempatan itu untuk berlari kencang dengan tubuh yang gemetar.
"Hahaha! Bunga-Bunga, semakin lo nolak permintaan gue, semakin gue gemes sama lo." Aska seketika tertawa nyaring seraya menatap kepergian Bunga hingga gadis itu benar-benar menghilang dibalik tembok.
Bunga segera menuruni satu-persatu anak tangga dengan setengah berlari. Keringat dingin pun nampak membasahi kening gadis itu. Sampai akhirnya, dia pun menghentikan langkahnya tepat di ujung tangga. Bunga berjongkok dengan napas napas yang tersengal-sengal.
"Sial banget sih hidup aku, kenapa aku harus punya majikan mesuum kayak Tuan Aska sih?" gumamnya seraya mengusap keningnya yang berkeringat.
Suara bel rumah tiba-tiba saja terdengar, Bunga yang masih kelelahan usai berlari seketika kembali berdiri tegak. Dia menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan sebelum akhirnya berjalan ke arah pintu depan lalu membukanya kemudian.
Seorang wanita cantik dan seksi nampak berdiri tepat di depan pintu. Wanita tersebut menatap tubuh Bunga dari ujung kaki hingga ujung rambut. Bunga balas menatap wajah wanita itu dengan perasaan kagum akan kecantikan yang terpancar dari wajah wanita yang sepertinya memiliki usia yang sama dengannya itu.
"Selamat siang, Anda cari siapa ya?" tanya Bunga dengan logat Sunda yang menjadi ciri khasnya.
"Lo pembantu di sini ya?" tanya wanita tersebut dengan wajah datar.
"Betul, saya pembantu yang kerja di sini."
"Aku mau ketemu sama Aska, tolong panggilkan dia ke sini."
"Tuan Aska?"
"Iya, siapa lagi kalau bukan Askara Wijaya Kertarajasa!" tegas wanita tersebut sinis.
"Baik, Nona. Tunggu sebentar di sini ya, saya panggilkan Tuan Aska dulu," jawab Bunga segera berbalik dan berjalan menuju tangga di mana kamar Askara berada.
"Wanita itu pacarnya Tuan Aska ya? Cantik juga," batin Bunga kembali menaiki satu-persatu anak tangga, padahal dirinya baru saja turun dari lantai dua.
Dia pun akhirnya tiba di depan kamar sang Tuan. Bunga mendengus kesal seraya menatap pintu kayu yang berada tepat di depan matanya sebelum akhirnya mengetuknya kemudian.
"Tuan Aska, di luar ada tamu yang nyariin Tuan," sahut Bunga dengan nada suara lantang.
Tidak perlu menunggu terlalu lama, pintu kamar pun dibuka dari dalam. Aska yang sudah berpakaian lengkap nampak berdiri tepat di belakang pintu menatap wajah Bunga dengan tatapan mata berbinar.
"Akhirnya lo balik lagi, ayo masuk! Saya udah gak tahan." Lagi-lagi Aska menggoda Bunga seraya tersenyum cengengesan.
"Please deh, Tuan. Jangan mesuum terus, di depan ada pacarnya Tuan tuh!" sahut Bunga sinis.
"Pacar? Gue gak punya pacar tuh!" seru Aska seketika mengerutkan kening.
"Entah! Yang jelas, dia nyariin Tuan." Bunga segera berbalik lalu berjalan meninggalkan sang Tuan.
Sementara Askara, seketika menggaruk kepalanya sendiri. Selama ini, tidak pernah sekalipun ada seorang wanita yang berani datang ke rumahnya karena dia memang melarang wanita manapun yang menjadi kekasihnya melakukan hal itu. Lalu, siapa wanita yang berani mendatangi kediamannya itu?
"Jangan-jangan si Eva lagi yang ke sini? Astaga, dia ngeselin banget sih?" decak Aska seraya menutup pintu kamar lalu berjalan menuju tangga kemudian turun dari lantai dua.
Aska berjalan ke arah pintu dengan perasaan kesal. Seorang wanita memakai dress seksi berwarna merah nampak berdiri tepat di depan pintu yang terbuka lebar.
"Eva?" sahut Aska segera menghampiri wanita tersebut lalu menutup pintu dari luar.
Eva sontak berbalik lalu menatap wajah Aska. "Kamu pasti kaget karena aku tiba-tiba datang ke sini, Ka," ucap Eva menatap sayu wajah Aska lalu mengalihkan pandangan matanya kepada pintu yang sudah tertutup rapat. "Kenapa pintunya ditutup segala?"
"Mau apa lo datang ke sini, Eva? Gue 'kan udah pernah bilang sama lo, jangan berani-berani datang ke rumah gue, astaga!" decak Aska merasa kesal. "Lagian, kita 'kan udah putus. Gue bukan siapa-siapa lo lagi."
"Aku datang ke sini mau ketemu sama Ibu kamu," jawab Eva dingin.
"Buat apa kamu ketemu sama Mami? Jangan cari gara-gara deh!" Aska tegas dan penuh penekanan.
"Kamu harus tanggung jawab?"
"Tanggung jawab?" Kedua mata Aska seketika membulat.
"Aku hamil!"
"Hah?" Aska seketika merasa terkejut. "Jangan ngaco kamu, Eva. Gue selalu pake pengaman, mana mungkin lo bisa hamil? Mendingan lo pergi dari rumah gue sekarang juga!"
Eva mulai terisak. "Aku gak bohong, Aska. Yang namanya pengaman itu bisa aja bocor. Buktinya sekarang aku hamil. Pokoknya kamu harus tanggung jawab."
"Nggak, gue gak percaya. Gak mungkin lo hamil, Eva. Gue bisa aja nuntut lo karena lo udah berani fitnah gue."
Pintu yang berada tepat di belakang Aska tiba-tiba saja terbuka. Bunga berdiri tepat di belakang pintu seketika membulatkan bola matanya setelah mendengar kalimat terakhir yang baru saja diucapkan oleh Tuannya.
"Tuan Aska ngehamili wanita ini?" batin Bunga sontak memundurkan langkahnya.
Aska seketika menoleh dan menatap Bunga. "Bunga! Eu ... ini gak seperti yang lo bayangkan, Bunga! Gue bisa jelasin semuanya," ujar Askara tiba-tiba saja dilanda rasa resah.
Bersambung