Tiga - Keresahan

1179 Kata
“Pagi Yuno ganteng” Terdengar sapaan seorang gadis di kontrakan sebelah Yuno. “Eh Pagi Kak Maggie. Tumben pagi bener?” Yuno merespons sapaan dari Maggie-Gadis berusia 27 tahun yang menghuni kontrakan tepat di sebelah kontrakan Yuno. “Iya. Gue mulai masuk Shift pagi sampai 3 bulan ke depan” Jelas Maggie yang tampak buru-buru sambil mengunyah sepotong roti. “Hati-hati Kak!!” Ucap Yuno yang di balas lambaian tangan dari Maggie. Yuno kemudian berolahraga kecil di pekarangan kontrakan itu. Setelahnya Yuno mengambil sapu lidi dan membersihkan dedaunan yang tampak gugur dan berserakan di pekarangan itu. Sedikit pekerjaan yang dia lakukan membantu si Bibi pemilik kontrakan, itu juga karena Yuno memang anak yang sangat pembersih. Berhubung hari ini Yuno tidak memiliki jadwal pemotretan apa pun. Dia berencana untuk seharian berada di dalam kontrakan sambil me-posting beberapa produk untuk di review ke media social. “Mandi dulu deh. Habis itu set ruangan buat review” Ucap Yuno lalu segera masuk kamar mandi. Setengah jam kemudian dirinya keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah. Yuno segera mengambil hairdryer untuk mengeringkan rambutnya dan bergegas Menyusun set untuk me-review beberapa produk permintaan followers-followersnya itu. Dengan berbekal dua kamera merk Sony DSC H300 dan Sony Alpha A6000 miliknya, Yuno sudah bisa memotret produk dan merekam review produk itu. Tak butuh waktu lama bagi Yuno menyelesaikan kegiatannya dalam me-review produk, setelah itu Yuno merebahkan diri untuk beristirahat sebentar. Ting… Bunyi ponsel Yuno terdengar. Yuno segera mengambil ponselnya yang dia taruh di nakas. ‘ Dimana? ‘ -chat Thanom- ‘ Di rumah. Kenapa? ‘ -chat Yuno- ‘ Ke tempat biasa. Bersenang-senang yuk ‘ -chatThanom- ‘ Sekarang? ‘ -chat Yuno- ‘ Iya, sebelum Gue balik Thailand. Mau? ‘ -chat Thanom- ‘ Okey deh. Gue siap-siap dulu ‘ -chat Yuno- ‘ Kita nginap ya. Gue kangen Loe ‘ -chat Thanom- ‘ Sip ‘ -chat Yuno- Setelahnya Yuno berganti pakaian dan memasukkan beberapa baju ganti ke dalam tas ranselnya. Tak lupa dia membawa skincare ukuran travel pack miliknya dan di masukkan ke dalam tas ransel. Yuno keluar dari kontrakan dan menguncinya. Di luar Yuno kembali bertemu dengan Bibi pemilik kontrakan. “Mau pergi kerja Nak Yuno?” Tanya Bibi pemilik kontrakan itu dengan ramah. “Ah iya Bik. Ada pemotretan di luar kota. Jadi malam ini Yuno enggak balik ke kontrakan yah. Tolong lihatin ya Bik” Ucap Yuno berpamitan. Bibi pemilik kontrakan tampak tersenyum dan mengangguk mengerti. Yuno langsung berjalan menuju ke halte bis untuk menaiki bis dan berhenti di halte terdekat di lokasi tempatnya berjanjian dengan Thanom. Thanom merupakan teman kencan Yuno beberapa waktu lalu. Thanom pria tampan yang berasal dari Thailand yang memiliki bisnis di negara tempat tinggal Yuno. Mereka saling mengenal melalui dating apps khusus para gay itu. Sejauh ini hanya Thanom pria yang mau Yuno temui lagi. Biasanya Yuno hanya akan satu kali menemui teman kencannya. Entah untuk sekedar mengobrol di café maupun di ajak menginap. Setelahnya Yuno akan menjauhi pria-pria kencannya itu agar privasi kehidupannya tidak terganggu. Yuno tidak pernah mau terbuka akan kehidupan sesungguhnya. Dia hanya mengatakan bahwa dirinya hanya merupakan lulusan perguruan tinggi yang masih menganggur. Hanya dengan Thanom dirinya merasa cukup nyaman dan mau berbicara, itu juga tidak semua akan Yuno ceritakan. Hanya sekedar menceritakan kegiatan review produknya dan followers - followersnya yang aneh. Selebihnya Yuno tidak akan pernah mau bercerita. Termasuk di mana alamatnya tinggal juga tentang keluarganya. 30 menit kemudian Yuno tiba di salah satu hotel mewah di kota itu. Yuno mengenakan masker untuk menutup sebagian besar wajahnya juga mengenakan topi. Terlihat Thanom sudah menunggunya di Loby hotel. ‘ Langsung masuk lift saja ‘ -chat Thanom- Yuno yang membaca pesan itu langsung menuju lift. Hal inilah yang di suka Yuno dari Thanom. Thanom selalu bersikap menjaga privasi dan kedekatan mereka di tempat umum. Thanom tidak pernah mau mengumbar tentang kelainan yang dia miliki juga. Yuno sudah beberapa kali bertemu para pembelot yang bersikap terlalu vulgar dan terang - terang an. Karena itu Yuno sangat pemilih dan berhati-hati. Di dalam lift hanya ada Thanom dan Yuno. Thanom tampak sesekali melirik pada Yuno. “Ini kuncinya. Loe pegang aja satu biar kagak mencolok” Ucap Thanom menyerahkan satu kartu kunci kamar mereka. “Okey” Yuno langsung menerima kartu itu dan memasukkannya ke saku celana. “1203, nomor kamar” Ucap Thanom. Setelah lift tiba di lantai 12 mereka berjalan dengan agak berjarak agar tidak ada yang tahu keduanya menginap di tempat yang sama jikalau nanti bertemu orang yang mereka kenal di hotel itu. Bisa runyam bukan dua pria kekar berada dalam satu kamar hotel padahal mereka memiliki rumah di kota itu. Terlebih jika tidak ada acara yang mereka hadiri bersama di hotel. Setelah masuk ke dalam kamar Yuno cukup lega karena tidak bertemu orang yang dia kenali. Yuno meletakkan tasnya di nakas lalu merebahkan diri di atas ranjang berukuran king size itu. “Gue pilih yang pemandangannya ke arah bukit itu. Loe suka?” Tanya Thanom memulai pembicaraan. “Iya suka. Makasih ya” Ucap Yuno sambil tersenyum. Thanom langsung mendekati Yuno dan menariknya untuk bangun. Dia memeluk hangat Yuno. “Kenapa? Udah gak sabar?” Tanya Yuno menggoda Thanom. “Gue ngajak Loe ke sini bukan untuk gituan” Ucap Thanom. Yuno mengerjap bingung mendengar perkataan Thanom. “Kenapa?? Loe sakit??” Tanya Yuno khawatir. “Enggak kok. Gue cuman butuh teman bicara hari ini. Rasanya Gue hampir hilang akal” Ucap Thanom yang tampak frustrasi. “Ada apa sih?” Tanya Yuno heran dengan sikap Thanom yang tidak biasanya. Thanom yang biasa selalu dewasa dalam menyikapi setiap masalah dan kondisi, kini tampak lemah dan tidak berdaya. “Boleh peluk Gue erat gak? Gue lagi butuh pelukan Loe” Ucap Thanom sambil berusaha tersenyum. Yuno hanya menganggukkan kepalanya dan langsung memeluk Thanom dengan penuh kasih sayang. Perlahan Yuno membelai kepala Thanom hingga Thanom menenggelamkan wajahnya di Pundak Yuno tanpa sepatah kata pun. . . Di sisi lain Juan sedang makan siang bersama Eyangnya. “Ju, kapan Kau akan melamar tunangan mu itu? Jangan terlalu lama dalam status tunangan saja dengan Bella. Banyak pihak yang sudah menanti pernikahan kalian” Tanya Budiharjo pada Juan di sela-sela acara makan siang mereka. Bella Tedjoprawira, gadis keluarga berada yang menjadi tunangan Juan sejak tiga tahun lalu. Sampai saat ini Juan belum berniat meresmikan pernikahan mereka. “Mungkin beberapa tahun lagi Eyang” Jawab Juan dengan sopan. “Itu terlalu lama. Jangan menunda terlalu lama Ju” Ucap Budiharjo menasihati. “Akan Ju pertimbangkan Eyang” Jawab Juan singkat tanpa ingin berdebat dengan Eyang yang sangat dia hormati itu. Meskipun selama ini ajaran sang Eyang sangat keras padanya sejak kecil namun berkat Eyangnya lah Juan masih hidup hingga saat ini. Juga karena sang Eyang, Juan bisa menjadi pemimpin perusahaan besar di keluarganya itu. Dia juga bisa terlepas dari Ibu kandungnya yang kerap menyiksanya saat masih kecil. Tampak Scarletta mendekat dan berbisik pada Juan. Juan tersenyum smirk. “Kumpulkan saja buktinya” Ucap Juan perlahan pada Scarletta agar tidak sampai terdengar oleh sang Eyang. “Baik Tuan” Ucap Scarletta lalu keluar dan menelepon seseorang. . . . Next Ep 3..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN