Mendung menyertai perjalan yang terasa teramat panjang. Tidak ada yang bersuara kecuali suara radio yang sengaja dinyalakan Dimas untuk sekedar menenangkan.Jangan ditanya seberapa pucat wajah Adrian. Selain kondisi tubuhnya yang memang tidak terlalu vit, ditambah segala fikiran buruk tentang Lisa membuat pertahanan tubuhnya menurun drastis. Sejak tadi Dewi sudah memaksa Adrian makan. Tapi laki-laki keras kepala itu tidak mau. “Yan lu makan rotinya atau gue turunin lo disini!” Acam Dimas setengah berteriak. Dengan enggan Adrian mengambil potongan roti di tangan Dewi dan memakannya tanpa banyak bersuara. “Lu bisa lebih cepet gak sih bawa mobilnya? Lelet banget kaya siput.” Dimas melirik sebal pada sahabatnya yang tiba-tiba saja jadi sangat menyebalkan. Sebenarnya dari dulu jug