“Mau sampai kapan liatin luka aku?” Lisa tersenyum sambil mendongakkan wajahnya menatap suaminya. Dikecup dengan cepat bibir mungil favorit Adrian itu. Kembali menemukan pipi merah jambu dengan kuluman senyum malu-malu. “Sudah tidak pa-pa. Jangan kawatir!” Adrian menyentuh kerutan di dahi Lisa perlahan. “Maaf aku tidak menemanimu di rumah sakit waktu itu.” Ucap Lisa sedih. Wanita itu bahkan masih mengingat dengan jelas betapa pikirannya tidak pernah bisa lepas dari Adrian selama masa penculikannya. “Kamu sudah mengucapkanya lebih dari tiga kali sayang.” Adrian menarik istrinya kembali dalam pelukannya kali ini lehih erat.“Jari-jarimu yang berada di sekitar tubuhku itu, membuatku menginginkan sesuatu.” Bisik Adrian mesra. Lisa menggigit bibirnya pelan tidak memberikan r