Nyaman?

1103 Kata
"Bisa-bisanya wanita itu tidur dengan Tuan Muda," kata Juliana menggelengkan kepala. "Iya benar. Saya juga tidak terima, Mbak J." "Kita harus membuat wanita itu sadar akan tempatnya." "Tapi kan dia juga istri ke 4 Tuan Muda," sambung Lila mengelus leher belakangnya. "Apa katamu? Istri ke-4? Dulu pas kamu jadi istri ke-3 pernah gak Tuan Muda sering tidur sama kamu?" tanya Juliana menatap Lila yang saat ini menundukkan kepala. "Tidak, 'kan? Jadi, kamu gak perlu memberitahu kami tentang dia istri ke-4." Lila menunduk dan menganggukkan kepala. Lila tahu bahwa ia hanya lah istri pajangan. Bahkan sangat jarang mendapatkan perhatian dari Adan. Bukan jarang, tapi nyaris tak pernah. Semenjak menikah pun, hanya sekali Adan tidur dengannya. Setelah itu, tidak pernah. Meskipun Adan menikah sampai empat kali. Tapi, Adan jarang tidur dengan istri-istrinya, kecuali dia sedang ingin saja. Adan lebih banyak tidur di kamarnya sendiri, daripada tidur di kamar istri-istrinya. Dan, sesuatu yang mengejutkan ketika melihat Adan malah tidur di kamar Widi. Sementara mereka jarang sekali tidur bersama. "Kita harus cari cara," kata Juliana lagi. "Bagaimana kalau kita siksa saja si Widi itu? Setelah itu, dia akan keluar sendiri dari rumah ini." "Aku juga memikirkan hal itu." Juliana mengangguk. "Saya juga gak rela mbak, dapat saingan anak ingusan itu. Usianya masih 23 tahun malah." "Biarkan saja. Kita tunggu tanggal mainnya, berani-beraninya melangkahi kita." "Tapi, bukannya Widi juga gak mau tidur sama-sama Tuan Muda? Karena tadi, Widi nyuruh saya buat gagalin keinginan Tuan Muda tidur di kamarnya." "Meskipun Widi gak mau tidur dengan Tuan Muda, tapi kehadirannya itu yang harus kita keluarkan." Lila terdiam karena percuma saja mengatakan hal itu, karena ia tak akan pernah di dengarkan dan Juliana juga Kelly pasti akan tetap menganggap bahwa Widi adalah pengganggu mereka. "Hidup kita sudah tenang sebelum ada Widi. Tapi, semenjak dia masuk ke rumah ini, kita jadi kehilangan kesempatan," sambung Kelly. "Jadi, apa yang akan Mbak J lakukan?" "Aku akan melakukan sesuatu ke wajahnya." "Ha? Ke wajahnya? Kenapa dengan wajahnya?" tanya Kelly. "Mungkin karena dia menarik di mata Tuan Muda, kalau misalkan kita buat wajahnya itu rusak, Tuan Muda pasti enggan menyentuh apalagi melihat wanita itu. Iya, 'kan?" tanya Juliana membuat Kelly semringah. "Sekarang, waktunya kita susun rencana. Dan, kamu jangan sampai membocorkan ini, L. Jika kamu membocorkannya, muka kamu yang akan aku rusakin." Lila mengangguk dan menundukkan kepala. Ia tak berani melawan perkataan Juliana, karena Juliana itu berkuasa di rumah ini, ia pasti akan mendapatkan bahaya jika tetap melakukan sesuatu seperti mengkhianati kepercayaan Juliana. Sekaarang, ia di rangkul oleh Juliana dan Kelly, dulu ia lah yang menjadi bahan bullyan, namun sekarang di gantikan oleh Widi, karena Widi lebih menonjol melawan Juliana. "Sekarang kalian bisa ke kamar masing-masing, besok kita akan mulai bergerak." Juliana melanjutkan. Kelly dan Lila menganggukkan kepala. *** Pasangan suami istri sedang berbaring di atas ranjang yang sama, namun ada yang aneh dari itu, kaki sang istri berada di atas paha sang suami, terlihat lucu namun menggemaskan. Suara dengkuran halus juga terdengar di telinga Adan, sehingga Adan gelisah dan ak bisa tidur. Adan menganggap apa yang sekarang ia temui ini adalah salah satu rencana Widi agar ia tak datang lagi tidur kemari, namun Adan tak akan pernah memberikan Widi kesempatan untuk mengerjainya. Adan akan berusaha terbiasa dengan Widi yang tidur seperti gasing. Dan dengkurannya meskipun halus tapi mengganggu. Adan mendesah napas halus, dan menurunkan kaki Widi dari pahanya, lalu memperbaiki posisi Widi yang sudah tak mengenakan bantal. Adan menggelengkan kepala dan tertawa kecil melihat wajah Widi yang saat ini ternyata terlelap. Seorang wanita tidak menjaga dirinya dan selalu apa adanya. Hal itu lah yang membuat Adan merasa bahwa Widi berbeda dari istrinya yang lain, biasanya ia tak akan seantusias ini ingin tidur di kamar yang sama dengan salah satu istrinya. Sebenarnya, Adan bisa saja kabur dari sini dan pindah ke kamarnya, namun ia senang seperti ini. "Wanita ini benar-benar membuatku tertawa terus," gumam Adan dan menggelengkan kepala. Lalu meraih ponselnya dan melihat jam menunjukkan pukul 1. Namun, ia belum tidur. Adan kembali membaringkan kepalanya di bantal, dan melihat langit-langit kamar istri ke 4 nya itu. Lalu tak lama kemudian, Widi mendekat lagi dan kali ini menjadi tubuh Adan sebagai guling. Wajah Widi dekat sekali dengan wajah Adan. Dan napas Widi juga mengenai leher Adan, sungguh momen ini tak pas. Jantung Adan berdetak kencang, ia tak menyangka akan seperti ini rasanya. Biasanya ia tak merasakan ini pada istri-istrinya yang lain, namun pada Widi, orang yang baru masuk ke dalam hidupnya, membuatnya lebih senang dari biasanya. Adan tak bisa memejamkan mata, matanya terus membulat, karena ia tak mau sampai membangunkan Widi dan membuat Widi menyesal malam ini. Ia harus pintar-pintar menahan diri dari nafsu yang bangkit seketika. Posisi Widi yang tak bersahabat sama sekali. Adan harus mengambil jatah dari istrinya ini nanti, ia tak boleh menyerah begitu saja. *** Juliana melihat jam yang melilit ditangannya, pagi menunjukkan pukul 8, tapi Adan maupun Widi belum keluar dari kamar. Juliana menautkan alis dan sebisa mungkin mencari alasan untuk membangunkan keduanya. Jika Juliana membangunkan dan mengganggu istirahat Adan tanpa alasan, ia pasti akan kena marah. Tapi, ia tak bisa diam terus. "Pagi, Mbak J," ucap Kelly yang datang bersama Lila. "Mbak J kenapa? Kok kelihatannya gelisah sekali?" "Sudah jam 8, 'kan? Waktunya sarapan, 'kan?" Kelly dan Lila mengangguk. "Tuan Muda dan istri ke-empat nya itu belum bangun, bahkan belum keluar dari kamar." Juliana mendesah napas kesal. "Benarkah? Apa yang mereka lakukan semalam sampai kesiangan? Tuan Muda juga tak pernah seperti ini sebelumnya, biasanya Tuan Muda akan bangun sangat pagi, tapi sekarang malah—" Lila menggeleng sengaja memanas-manasi Juliana dan Kelly. "Diam kamu, L. Aku tidak bertanya kepadamu." Juliana menggelengkan kepala. Lila terdiam dan mengangguk. "Kita bangunkan saja," kata Kelly. "Apa kamu sudah gila, K? Kamu mau kita dimarahi?" geleng Juliana. "Tapi kan ini sudah waktunya sarapan." "Kalau kita bangunkan Tuan Muda tanpa alasan, kita akan kena marah. Kan kamu tahu Tuan Muda itu sensitif." "Duh, aku jadi penasaran, apa yang mereka lakukan semalaman, tumben sekali Tuan Muda kesiangan." Kelly menautkan alisnya. "Sudah lah. Kita memang tak bisa diam saja. Kita harus mencari alasan untuk membangunkan mereka." Juliana mendesah napas kesal, ia lama-lama akan mati berdiri menunggu terus tanpa pergerakan. Ketiganya berdiri didekat tangga dan melihat ke arah pintu kamar Widi, namun mereka tak berani naik ke lantai atas dan membangunkan Adan dan Widi. Sebagai istri lainnya, ini membuat mereka cemburu, karena Adan tak biasanya kesiangan, namun pada Widi malah kesiangan dan belum keluar kamar. Ini menandakan semalam ada yang terjadi. Pasti sudah pecah telur. Tak mungkin tidak. "Mbak, jadi bagaimana dong?" tanya Kelly. "L, kamu yang bangunkan," kata Juliana. "Saya, Mbak J? Saya gak bisa, saya takut," kata Lila.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN