Juliana memberi kode kepada Kelly bahwa semuanya aman, ia bisa masuk ke kamar Widi dan memasukkan bubuk gatal kedalam sabun muka dan sabun mandi Widi, jadi nanti Widi akan terkejut melihat wajahnya ketika bangun dipagi hari.
Juliana dan Lila terus bertukar pandangan. Lila sebenarnya tidak tega melihat hal itu, namun ia tak bisa melawan perkataan Juliana sebagai penguasa di rumah ini. Lila bisa saja memberitahu Widi tentang bubuk gatal itu, tapi itu akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri, karena tak akan ada yang melindunginya.
“Aku mau ke kamar ah,” kata Widi membuat Juliana menghentikannya dan mendudukkannya kembali. Widi menautkan alis heran melihat sikap Juliana kepadanya siang ini, Juliana jadi lebih welcome padanya.
“Kenapa kamu buru-buru ke kamar? Kita ini istri-istri Tuan Muda, jadi harus saling mengenal lebih dalam lagi.” Juliana tersenyum, namun Widi tahu senyuman itu tidak benar dan pasti ada niat terselubung. “Kamu lulusan mana?”
“Lulusan universitas Gadjahmada,” jawab Widi.
“Kamu jurusan apa?”
“Fashion,” jawab Widi lagi.
“Wah. Pantas saja fashionmu tak pernah kalah,” seru Juliana.
“Mbak J gak apa-apa, ‘kan? Tumben banget,” tanya Widi mulai curiga.
“Gak kenapa-kenapa kok, memangnya kenapa? Kami hanya mau ajak kamu cerita. Iya kan, L?” tanya Juliana menunjuk Lila.
Lila mengangguk dan berkata, “Iya, Widi.”
“Tapi tumben saja,” gumam Widi.
“Udah ah. Kamu gak usah curigaan sama aku, mending kamu makan dan minum saja, nikmatin semua ini, kan asistenku udah membelinya ditempat jauh, ada toko kue enak soalnya yang baru buka di ujung jalan Mangga Dua.”
Widi mengangguk dan mencicipi kue itu, meskipun Widi tahu bahwa kemungkinan ada sesuatu didalam kue dan minumannya, namun setelah mencobanya, Widi tak kenapa-kenapa, lalu mengapa Juliana berubah kepadanya? Apa yang sedang istri pertama ini rencanakan?
"Mbak K, mana?" tanya Widi melihat penjuru ruangan namun tak melihat Kelly.
"Mungkin lagi spa di kamarnya," jawab Juliana. "Dia kan hobby spa di kamarnya."
Widi sebenarnya tidak percaya pada Juliana meskipun Juliana sudah berusaha terlihat baik di depannya, tapi entah mengapa Widi melihat ketidak ketulusan di wajah Juliana, seperti ada sesuatu yang ia rencanakan namun Widi tidak tahu apa itu.
Kelly menyunggingkan senyum ketika ia sudah berhasil masuk ke kamar Widi dan memasukkan sesuatu ke dalam sabun muka dan juga sabun badan milik Widi. Kelly senang sekali dan ia hanya akan menunggu hasilnya. Ia akan tertawa sepuasnya dan tidak ada yang boleh melarangnya.
"Memangnya kenapa kamu bisa menikah dengan tuan muda? Terakhir kali kamu memberitahu kami bahwa kamu tidak menginginkan pernikahan ini. Apakah benar?" tanya Juliana.
"Apa yang aku katakan semua itu memang benar, aku tidak menginginkan pernikahan ini, sampai kapan pun," jawab Widi. "Dan, aku berharap ada yang mau menyelamatkanku dari belenggu ini."
"Lalu mengapa kamu bisa menikah dan setuju?"
"Ayahku terjebak oleh hutang nyawa pada keluarga ini, jadi aku menjadi jaminan atau mungkin bisa dikatakan menjadi barang bayaran keluargaku, anggap saja aku dijual oleh mereka karena memang sudah tidak ada yang bisa dijual di rumah kami." Widi menjawab.
"Oh jadi begitu ceritanya?" Lila mengangguk. "Kasihan sekali ya kamu."
"Aku memiliki seorang kakak yang kondisinya tidak baik-baik saja, kakakku memiliki penyakit langkah, dan ketika keluargaku sedang mencari dana untuk membayar biaya rumah sakit, ayahku bertemu dengan keluarga ini dan di berilah bantuan. Aku tak tahu kenapa bisa semua ini terjadi, tapi yang berhutang itu kakakku, tapi kenapa harus aku yang menikah dan masuk ke keluarga ini? Ya aku tahu kondisi kakakku memang kurang baik, tapi dia masih bisa menikah kok dan dia juga cantik."
"Keluarga ini tidak membutuhkan orang sakit, meskipun dia bisa menikah atau juga cantik, tapi kalau kondisinya tidak baik-baik saja itu nggak akan pernah menjadi nilai plus dan keluarga ini memang akan selalu menagih janji," sambung Juliana yang tidak menceritakan bagaimana ia bisa menikah dengan Adan.
"Lalu mbak nikah sama Tuan Muda itu kenapa? Alasannya apa?" tanya Widi.
"Aku menikah dengan tuan muda itu karena sama-sama suka, karena kami saling jatuh cinta ketika acara party temanku dan dia mengejarku dan menyatakan cinta kepadaku, sehingga aku menjadi istri sahnya dan tak lama kemudian aku menjadi istri yang paling tersakiti karena harus melihat suamiku menikah Lagi." Juliana berbohong pada Widi dan Lila, tentang alasannya menikah dengan Adan. Karena ia tidak mau terlihat menyedihkan.
"Mbak J kan cantik, manis, baik juga, tapi kenapa tuan Muda itu nikah lagi ya? Heran aku," geleng Widi.
Juliana melihat Kelly mengangkat jempolnya, menyatakan bahwa pekerjaannya selesai.
"Aku gak mau bahas lagi dan kita gak perlu bahas apa pun, kamu mau nikah atau gak sama Tuan Muda, itu gak akan mempengaruhi kami, dan kamu harus aku beritahu bahwa aturan di rumah ini dibuat olehku, dan kamu tak boleh melanggarnya. Hari ini kamu ku biarkan karena sudah kesiangan, tapi kamu gak boleh keenakan, ini terakhir kalinya aku melihatmu bangun kesiangan." Juliana bangkit dari duduknya dan menunjuk Widi yang terlihat kebingungan. Tadi, Juliana mau mengajaknya berbicara dan bertanya banyak hal, tapi sekarang malah berubah lagi. Aneh sekali.
Juliana lalu melangkah meninggalkan Widi dan Lila yang masih duduk di ruang tengah di lantai tiga.
"Ada apa sih dengannya? Aneh banget," geleng Widi.
"Aku juga gak tahu kenapa Mbak J kayak gitu, aneh kan ya? Ya udah lah, gak usah dibahas, dia kan emang hobby-nya berubah-ubah, sering banget omongannya pedes, kadang juga agak baik, tapi mungkin pas lagi ada maunya aja, tapi entahlah," geleng Lila lalu menyesap minumannya.
"Emang dia biasanya suka gitu?" tanya Widi
"Kelihatan gak sih?" tanya Lila balik.
"Iya kelihatan banget." Widi mengangguk. "Tapi tadi kan kita ngobrol bagus tuh, pas aku tanya malah gitu, katanya malas bahas, padahal kan dia yang bahas tadi."
Lila mengangkat kedua bahunya dan menggelengkan kepala. Ia tak tahu apa-apa. Lila tersenyum dan mendesah napas halus dan berkata, "Kita shopping yuk. Kamu butuh sesuatu gak?"
"Hooh aku butuh skincare aku habis," kata Widi. "Tapi, aku gak punya duit."
"Eh kamu gak punya duit? Beneran? Tuan Muda gak ngasih kamu uang? ATM maksudnya? Kita semua di kasih ATM sama kartu kredit loh," kata Lila menautkan alisnya.
"Kartu kredit kami buat belanja, terus kartu ATM kami buat transferan dari Tuan Muda. Kalau misalkan dapat uang gitu. Tapi lebih sering kami pakai kartu kredit." Lila melanjutkan.
"Beneran gak ada. Aku gak dikasih. Mungkin aku paling tengil kali ya, makanya gak dikasih."
"Iya sih mungkin." Lila terkekeh membuat Widi tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Tapi beneran aku gak berharap kok, di rumah ini kan makan tepat waktu, apa-apa juga bisa di rumah, jadi aku di rumah aja gak butuh uang, kalau aku pun butuh misalkan, aku minta ayahku saja." Widi melanjutkan membuat Lila mengangguk.
"Kita jalan-jalan aja ayo, entar skincare kamu, aku yang beliin pake kartu kredit aku."
"Gak usah, aku gak mau ngerepotin. Aku temenin kamu aja. Daripada bosen di rumah." Widi menggelengkan kepala.