Setuju

1254 Kata
Qiran baru saja memasuki kamarnya. Dan dia segera menghempaskan dirinya ke ranjang. Dengan cepat Qiran membuka kotak kue dari Zahra. Lagi-lagi matanya berbinar menatap kue cantik dengan hiasan buah warna warni di atas nya. "Eemmm... Ini enak banget... Ummi Rayza emang the best deh pokoknya..." Gumam Qiran sambil menikmati rasa yang memanjakan lidahnya. Tak terasa kue dalam kotak itu pun tinggal beberapa gelintir saja. Dan Qiran pun teringat sesuatu. Gadis itu segera melompat ke arah nakas dan membuka laci di bawahnya. Dengan buru-buru gadis itu meraih sebuah kotak di lapisi kertas kado bernuansa pink dan dihiasi pita cantik yang senada. "Apa ya isinya?" Gumam Qiran penasaran. Dengan cekatan gadis itu pun membuka kotak di dalamnya. Jantungnya berdebar tak karuan. Sungguh ini kado pertama dari seorang pria untuk nya. Walaupun dia sudah biasa mendapatkan kado dari seseorang. Tapi selama ini tak pernah ada yang sampai ke tangannya. Qiran biasa mengabaikan semuanya dan biasanya Citra lah yang mengambil kado itu. Dan... Kali ini Qiran benar-benar terkejut melihat isi di dalamnya. Sebuah amplop putih. Dan saat dia buka... Isinya memang hal yang sangat membahagiakan. Tapi tidak seharusnya hal ini di jadikan sebuah kado. Bagaimana mungkin pria itu malah memberikan internal memo dari kampusnya. Sebuah internal memo tentang pencabutan skorsing dirinya. Calon istri idaman Kasih kado ga modal banget. Rayza pun tersenyum membaca pesan itu. Rupanya Qiran sudah membuka kado darinya. Calon suami idaman Karena aku tahu kado ini jauh membuatmu lebih bahagia dibandingkan dengan kado lain.? I lup U Qiran bergidik ngeri membaca jawaban dari dokter yang menurutnya aneh itu. Mengapa pria itu terkesan memiliki hobi menggoda dirinya yang pemarah. Qiran pun kembali mengetik pesan pada pria itu. Calon istri idaman Kalo ini sih emang udah hak aku. Malah dijadikan kado. Dasar cowok ga modal. Lengkap dengan emoticon kesal. Qiran menyisipkan gambar wajah dengan asap keluar dari hidung, di akhir pesan yang dia kirim. Ini adalah emoticon yang paking pas untuk menggambarkan suasana hati betapa kesalnya Qiran pada Rayza. Di sisi lain, Rayza tersenyum membayangkan ekspresi Qiran saat ini yang pasti sangat menggemaskan. Lalu pria itu kembali mengetik pesan. Mengabaikan kedua orang tuanya dan calon ayah mertuanya yang sedang berbincang. Rayza seolah bahagia dengan dunianya sendiri. Calon suami idaman Ya Allah De... Bukannya Abang ga modal... Tapi Abang kan inginnya beli kado bareng sama Dede... Besok Abang ga ada jadwal dinas, pulang jemput kuliah Dede, kita jalan yuk. Beli kado, Dede mau beli kado apa aja, Abang beliin. Lagi-lagi Qiran mendengus kesal. Bukan karena kado yang tak sesuai keinginan tapi karena melihat gaya penulisan si dokter aneh itu. Bagaimana mungkin pria itu lupa umur. Dan menulis pesan menggunakan emoticon seperti ABG labil. Ada 4 jenis emoticon yang digunakan. mulai dari tangan yang memohon, wajah penuh cinta, senyum manis dan senyum dengan bibir seolah mencium cinta. Sangat tidak cocok dengan usianya yang mau menginjak kepala tiga. Hal itu tentu saja membuat Qiran enggan kembali membalas pesan Rayza. Calon suami idaman Dede... Jangan ngambek dong sama Abang... Abang janji besok Abang beliin kado. Dede pengen apa? Qiran kembali menghela nafas panjang. Lagi-lagi pesan penuh emoticon yang dia dapatkan. Duh, pria itu sepertinya bukan lupa umur tapi amnesia dengan umurnya. "Dasar cowok ga sadar umur." Gumam Qiran. Gadis itu pun segera meletakkan handphone nya dan kembali menikmati pie buah. TING... TING... TING... TING... Suara notifikasi handphone benar-benar mengganggu baginya. Qiran pun kembali meraih handphone nya. Dan melihat puluhan notifikasi dari Rayza. Dan semua itu adalah pesan yang ga penting. Calon suami idaman Calon istri balas dong Calon istri balas dong Calon istri balas dong Calon istri balas dong Calon istri balas dong Calon istri balas dong Calon istri balas dong Calon istri balas dong Calon istri balas dong Qiran merasa kesal. Qiran pun hendak mematikan power ponselnya. Tapi sayang sebuah kontak Id justru melakukan panggilan padanya. Siapa lagi kalau bukan si dokter aneh itu. Dan betapa bodohnya dia, jarinya malah menarik tanda hijau ke atas. Itu artinya dia menerima panggilan dokter aneh itu secara tidak disengaja. "Assalamualaikum Dede..." Ucap Rayza si seberang telepon membuat Qiran mual. "Waalaikum salam... Dede Dede... Aku udah gede jadi jangan dipanggil Dede. Aku ga suka." Ucap Qiran ketus. "Iya kan Dede ketemu gede." Jawab Rayza sekenanya. "Ih males banget. Aku tutup nih!!!" Teriak Qiran kesal. "Iya... Iya... Maaf... Aku kan mau pamit pulang. Kesini dong temuin Abang... mau pamit nih... biar Abang lihat wajah kamu... Siapa tahu nanti malam Abang bisa ketemu kamu di mimpi." Ucap Rayza menggoda Qiran. "Ih... Jangankan nyata. Mimpi ketemu aja ogah." Ucap Qiran ketus. "Jangan gitu dong Dede sama calon suami idaman. Hehehe... Abang pulang ya... Assalamualaikum Dede." Ucap Rayza manja. "Udah dibilang aku engga mau dipanggil Dede. Aku engga suka." Qiran benar-benar geram. "Terus kalau enggak mau dipanggil Dede maunya apa? Diajak bikin Dede?" tanya Rayza menggoda Qiran. Sungguh ini adalah hobi yang sangat membahagiakan baginya. "Rayza!!!!" Teriak Qiran kesal. "Iya iya maaf. Yaudah aku mau pamit ya. Assalamualaikum," ucap Rayza tersenyum geli. "Waalaikum salam... Pulang cepet sana! Enggak usah balik lagi ke sini." Ucap Qiran kemudian segera menutup panggilan teleponnya. Sungguh saat ini adalah situasi yang sulit baginya. Di satu sisi, Qiran enggan turun menemui Ummi dan ayah Rayza yang akan pulang. Semua itu karena dia enggan bertemu kembali dengan Rayza. Qiran yakin pria bernama Rayza itu akan besar kepala dan menganggap Qiran peduli padanya. Tapi di sisi lain dia ingin berbuat baik pada Zahra, Ummi Rayza yang sudah menyayanginya seperti anak sendiri. Dan demi kesopanan. Akhirnya Qiran pun memilih untuk turun menghampiri ummi dan ayah Rayza yang hendak pulang. "Ummi salim..." Ucap Qiran manja pada Zahra. Gadis itu segera meraih punggung tangan Zahra untuk dikecup. "Ummi pulang dulu ya..." Ucap Zahra memeluk tubuh Qiran. "Yah Ummi... Kok cepet banget pulangnya... Ummi nginep di sini aja... Bobo sama Qiran..." Ucap Qiran dengan nada manja sembari memanyunkan bibirnya. Zahra pun gemas melihat ekspresi Qiran. Gadis itu terlihat sekali haus akan kasih sayang seorang ibu. Zahra begitu kasihan melihat Qiran. Zahra pun mengusap lembut pipi gadis itu. "Kita belum boleh bobo bareng Dede... Nanti ya kalau sudah resmi suami istri..." Ucap Rayza menimpali. "Aku ngomong sama Ummi ya... Bukan sama kamu... Nyamber aja udah kaya petasan." Ucap Qiran. "Yang Nyamber itu bukan petasannya tapi apinya." Ucap Rayza. "Terserah!!!" Ucap Qiran ketus. "Rayza udah... Jangan goda Qiran terus." Ucap Zahra menasihati putranya. Sedangkan Raynand dan Martin hanya tertawa menatap interaksi putra putri mereka yang terlihat lucu. "Iya Ummi... Tapi gimana ya... Qiran ngegemesin kalo lagi marah. Ummi lihat sendiri wajahnya. Lucu kan kalo lagi marah?" Ucap Rayza tersenyum menatap wajah Qiran yang memanyunkan bibirnya dengan wajah Semerah tomat. "Lain kali kalau Rayza menggodamu... Abaikan saja. Dia akan semakin menyebalkan jika kamu marah-marah." Ucap Zahra dan Qiran hanya bisa mengangguk malas. "Ummi pulang ya... Kapan-kapan main ke rumah Ummi... Nanti Ummi ajarkan membuat pie buah yang enak." Ucap Zahra. "Aasiiikkk... Beneran ya Ummi..." Ucap Qiran. "Assalamualaikum..." Ucap Zahra. "Waalaikum salam..." Ucap Qiran. "Terima kasih banyak ya Pak Martin." Ucap Raynand pada calon besannya. "Sama-sama... Jangan sungkan jika ke sini." Ucap Martin. "Tentu saja. Assalamualaikum..." Ucap Raynand. "Waalaikum salam..." Ucap Martin. "Abang pulang dulu ya Dede... Assalamualaikum. Kali rindu bilang aja. Nanti Abang datang lagi." Ucap Rayza. "Sono gih pulang. Waalaikum salam." Ucap Qiran ketus. "Besok Abang antar kuliah ya?" Ucap Rayza. "Males..." Ucap Qiran. "Jangan malas dong ... Belajar yang baik supaya cepat lulus dan nikah sama Abang." Ucap Rayza terkekeh. "Ih... Pede banget. Papi... Aku ga setuju ya nikah sama dia." Ucap Qiran. "Tapi Papi setuju, Ummi dan ayah Rayza juga setuju." Ucap Martin mantap membuat Qiran hanya bisa membulatkan matanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN