Sudah tiga hari Qiran hanya bisa meringkuk di ranjang. Penyakit maag yang kambuh benar-benar membuatnya merasa bersalah. Di hari yang seharusnya menjadi hari pertama dia bekerja, malah merepotkan majikannya. Beruntung dia memiliki majikan berhati malaikat.
Qiran mulai mengerjapkan matanya. Rasa sepat di matanya membuat enggan membuka mata. Sungguh dia masih ingin bergumul dengan selimut dan bantal yang bersahabat ini. Tapi dia teringat sesuatu. Dia bukan tinggal di rumah orang tuanya. Melainkan kini dia tinggal di apartemen seorang pria yang bahkan sampai saat ini dengan kurang ajarnya dia belum mengenal pria itu.
Qiran segera bangkit dan melompat untuk melihat jam di atas nakas. Sungguh sial dan betapa kurang ajar dirinya saat sadar arah jarum jam itu menunjuk. Netra coklatnya mengikuti arah jarum pendek yang berada di angka sembilan dan jarum panjang berada di angka dua belas.
"Arggghhhh... Jam 9... Sial gue kesiangan lagi... Ya ampun Qiran, lo tuh pembantu dengan kurang ajar ya? Lo bangun lebih lama dari majikan Lo..." Ucap Qiran memukul keningnya sendiri.
Dia segera melompat keluar dari selimut yang memanjakannya dan berlari ke arah ruang tamu. Dia segera mengayunkan kakinya menuju pintu. Dan menggerakkan handle pintu.
"Sial... Dikunci... Argghhh... Qiran... Kebangetan kebo Lo... Lo bahkan ga pernah sempat minta maaf sama majikan Lo," ucap Qiran melompat kesal.
Qiran pun bergerak mondar-mandir di depan pintu utama. Sungguh dia malu pada dirinya sendiri. Sudah merepotkan, tak tahu diri pula.
Kini Qiran berdiri di depan pintu itu dan menangis. Sungguh dia bingung apa yang harus dia lakukan. Dia ingin minta maaf pada pria itu, juga ingin berterima kasih. Tapi dia terlalu malu akan kelakuannya. Dan tiba-tiba...
DUGGG...
"AAAWWW...." Qiran memekik kesakitan sambil mengusap keningnya. Sungguh dia tak menyangka pintu apartemen itu akan terbuka tiba-tiba. Lagi-lagi air matanya membanjir karena rasa sakit di bagian kening yang menonjol cukup besar dan memerah.
"Hei... Sedang apa kau di belakang pintu seperti itu?" Tanya Rayza kesal melihat gadis di hadapannya yang menangis sambil mengusap keningnya.
"Keterlaluan banget sih? Bukannya minta maaf malah ngomel," ucap Qiran kesal melihat sikap pria itu yang selalu bicara sesuka hati.
"Hei salah siapa kau berdiri di depan pintu. Mana ku tahu kau dengan di situ. Memangnya aku cenayang yang bisa memprediksi posisi orang. Kau saja yang bodoh," ucap Rayza masuk ke apartemennya tanpa memedulikan Qiran.
Qiran yang merasa kesal pun menghentakkan kakinya. Dia melangkah dengan cepat di belakang pria yang bergerak menuju dapur.
"Setidaknya kamu minta maaf karena kanu sudah membuat jidatku benjol," ucap Qiran berteriak.
Rayza terkekeh pelan mendengar ungkapan wanita itu. Dia pun menghentikan langkahnya. Dan segera membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Qiran. Tanpa disangka mereka malah bertubrukan. Bahkan Qiran terhuyung ke belakang. Jika di sinetron mungkin sang pria akan dengan gesit menangkap pergelangan tangan sang wanita. Dan mereka akan saling pandang. Lalu terpesona.
Tapi sungguh itu hanya di sinetron.
Tidak akan ada di kehidupan Rayza. Dia anti menyentuh wanita kecuali memeriksa pasiennya. Lagi-lagi Rayza membiarkan Qiran jatuh dengan sangat memalukan.
"AWWW..." ucap Qiran mengusap pantatnya. Lengkap sudah penderitaan yang dia alami. Sudah benjol, memar pula.
"Keterlaluan banget," ucap Qiran menyadari pria itu sama sekali tak berniat membantunya berdiri. Bahkan pria itu malah melanjutkan langkahnya menuju meja makan. Dia menyajikan sarapan yang baru saja dia beli. Hal itu membuat Qiran kembali menumpahkan perasaannya dengan menggerutu. Tapi tentu saja hal itu diabaikan oleh Rayza.
"Sudah ngomelnya?" Tanya Rayza sebelum menyuap makanan ke dalam mulutnya.
Sikap tenang dan cuek pria itu sukses menghentikan celotehan sang gadis. Qiran merasa percuma bicara panjang lebar, nyatanya tak satupun kata yang dia ucapkan dipedulikan pria itu.
"Kamu tuh berisik banget ya. Memangnya tidak lelah lidahmu selalu berolahraga dengan mengomel seperti itu?" Tanya Rayza menimpali Omelan Qiran.
"Cepat ke sini. Nih makan," ucap Rayza menepuk kursi makan di sisinya.
Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Qiran segera bergerak mendekat dan duduk dengan kasar.
"Ish... Ish... Ish... Pelan-pelan, nanti jatuh lagi, ngomel lagi," ucap Rayza membuat Qiran sukses membulatkan matanya. Sungguh ekspresi Qiran memberikan kebahagiaan tersendiri bagi Rayza.
"Awas matanya lepas," ucap Rayza terus mengabaikan Qiran.
Dan Qiran rupanya hanya duduk tanpa menyendok kan nasi ke piringnya. Dia hanya diam dengan wajah yang merajuk manja. Tampak sangat menggemaskan bagi Rayza.
Qiran menatap nasi, sayuran dan ayam goreng yang disajikan. Sejujurnya perutnya terasa lapar. Tapi dia malu, karena terlalu sering merepotkan. Melihat Qiran hanya menatap makanan, Rayza pun menyodorkan sendok berisi nasi ke mulut Qiran. Tentunya menggunakan sendok yang sama dengan yang dia gunakan. Hal itu sukses membuat Qiran membuka mulut dan menerima suapan sang pria tanpa sadar.
"Enak ya ciuman sama aku?" Tanya Rayza menggoda gadis itu. Qiran pun mendelik. Dia baru sadar kalau sendok yang baru saja dia suap adalah sendok yang digunakan Rayza. Sungguh pria m***m. Bahkan devil m***m lebih cocok untuk julukan pria itu. Qiran pun segera mengusap bibirnya dengan tisu.
"Kau mencuri ciuman pertama ku," ucap Qiran kesal.
"Salahkan sendok ini, jangan salahkan aku. Cepat makan. Kita pergi belanja pakaian untukmu," ucap Rayza membuat wajah Qiran memanas. Lagi-lagi pria ini membuatnya salah tingkah.
"Eummm... Terima kasih dan maaf ya..." Gumam Qiran pelan. Suara gadis itu seperti semilir angin bagi Rayza. Rayza kurang puas karena hanya menggelitik gendang telinganya.
"Kau bilang apa? Bisa diulang?" Ucap Rayza menyodorkan telinganya mendekat ke arah Qiran. Lagi-lagi Qiran dibuat kesal dengan tingkah pria itu.
"Ga ada pengulangan!" Ucap Qiran kesal.
"Ugh kau memang wanita tidak tahu diri, sudah numpang, merepotkan, jutek pula," ucap Rayza cuek. Pria itu kembali melanjutkan sarapan paginya.
Ungkapan Rayza membuat Qiran kembali sadar diri. 100% ucapan Rayza adalah kenyataan. Akhirnya Qiran mengalah, dia mengulang kembali ucapannya dengan tak kalah pelan dari yang sebelumnya.
"Terima kasih dan maaf," ucap Qiran membuat Rayza tersenyum tipis. Ini baru pendidikan awal bagi Qiran agar gadis itu mau mengungkapkan terimakasih dan kata maaf. Rayza sukses membuat gadis keras kepala ini mau mengungkapkannya.
"Kurang jelas," ucap Rayza.
"TERIMA KASIH DAN MAAF!!!" Teriak Qiran tepat di telinga Rayza membuat gendang telinga sang empunya berdengung. Gadis ini memang ratu menyebalkan. Bahkan raut wajahnya tak sesuai dengan apa yang dia ucapkan. Matanya memicing tajam menatap Rayza.
"Ck... Ck... Ck... Kau bisa merusak gendang telingaku kalau seperti itu bicaramu. Oke sama-sama. Aku terima ungkapan maaf dan terima kasihmu. Tapi ingat tak ada yang gratis. Kau sudah membuatku repot dan sudah memakai pakaianku sesuka hatimu. Bahkan kau belum melakukan pekerjaan apapun di sini. Jadi jangan salahkan aku kalau gaji mu akan aku potong ya?" ucap Rayza panjang lebar dan sukses membuat Qiran merasa kesal sekaligus malu.
Qiran hanya bisa menunduk. Entah dia harus menjawab apa. Toh memang kenyataannya dia merepotkan. Bersyukur pria itu mau mengurus dirinya yang sedang sakit.
"Owh ya, kita bahkan belum berkenalan," ucap Rayza pura-pura tak mengenal Qiran. Karena nyatanya semua kondisi ini dimanfaatkan oleh pria cerdas itu untuk mendidik Qiran.
"Aku Qiran," ucap Qiran.
"Cantik," gumam Rayza memuji wajah Qiran yang alami tanpa make up. Hal itu sukses membuat wajah Qiran memerah karena tersipu malu.
"Maksudku nama mu yang cantik," ucap Rayza cuek, sukses membuat Qiran merutuki dirinya yang sempat tersipu. Sungguh dia merasa seperti dibawa terbang ke langit tinggi lalu dijatuhkan tanpa persiapan. Malu setengah mati.
"Aku Rayza," ucap Rayza. Sedangkan Qiran hanya mengangguk-anggukkan kepalanya karena dia bingung harus berekspresi seperti apa.
"Cepat makannya, terus nyuci piring. Sudah sehat kan?" Tanya Rayza sukses membuat Qiran kembali sadar bahwa dia hanya pembantu di sini. Qiran merasa sikap Rayza kembali seperti saat pertama kali mereka bertemu. Pria ketus yang menyebalkan.
"Oke Qiran, devil telah kembali." Gumam Qiran dalam hati.