Qiran sungguh kesal pada Rayza. Bisa-bisanya pria itu berlaku sangat m***m padanya. Sungguh Qiran yakin seandainya dia tidak cepat bergerak, bibirnya tidak akan perawan lagi. Berkali-kali gadis itu menyentuh bibirnya dan bergidik ngeri membayangkan ciuman yang mungkin akan terjadi jika Qiran tidak memukul Rayza. Jujur saja, Qiran sempat terdiam. Biar bagaimanapun, dalam alam bawah sadarnya dia mencintai Rayza. Dan saat seseorang jatuh cinta pastinya rela memberikan ciuman untuk kekasihnya. Tapi sungguh akal sehat masih menguasai Qiran. Dia hanya ingin segala hal yang berhubungan dengan sentuhan fisik terjadi setelah menikah. Walau itu hanya sekedar ciuman. Dan kini mendadak perutnya kembali lapar. Gadis itu pun segera melangkahkan kakinya menuju kantin. Dengan cepat Qiran menuju counter