Sepuluh

1876 Kata

Radja melemparkan tongkatnya kesembarang arah. Sekuat tenaga dia berlari kearah istrinya. Merengkuh tubuh Yana hingga berpelukan dan berguling-guling kepinggir jalan. Kepala Yana kejeduk sisi pembatas jalan hingga mengeluarkan darah. Dengan nafas yang tersenggal-senggal, mereka berdua duduk dipinggir jalan itu. Banyak orang sekitar yang menghampirinya. “Gimana mas? Ada yang luka?” Pertanyaan salah satu dari beberapa orang yang menghampiri. “Enggak pak. Kita selamat, maaf ya pak. Sudah buat kekacauan.” Radja menelakupkan kedua tangan didepan d**a. “Duh mbak, lain kali liat kiri kanan dulu. Jangan asal jongkok ditengah jalan.” Nasehat dari si Bapak. “Iya pak, sekali lagi, maafkan istri saya.” Kembali Radja meminta maaf. “Itu kening istrinya berdarah, diobati dulu pak.” Seorang ibuk-ibu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN