PART [29] . . . Masuk ke dalam ruangan, mengunci pintu serapat mungkin, tubuh wanita itu menyender perlahan. Satu desahan lega keluar dari bibirnya. Merasakan sakit hati yang amat sangat saat bertatapan lagi dengan manik dingin itu. Menggigit bibir pelan, mengira bahwa kali ini dia tidak akan menangis lagi. Bertahan sampai saat ini, apa Tuhan lagi-lagi tidak akan memberikannya kesempatan? Jodoh yang selama ini Ia jaga dengan baik, satu-satunya laki-laki yang Ia cintai. Kapan laki-laki itu menatap dan menetapkan hati untuknya seorang? Merasa lelah, bingung dengan takdir Tuhan yang tidak pernah lelah membuatnya sakit hati. Apa perannya sebagai seorang Antagonis di sini masih berjalan bahkan sampai tua nanti? Perlahan menundukkan tubuhnya, menekuk lutut dan menyembunyikan wajahnya di