PART 20 . . . . Tali kesabaran Nara terputus begitu saja, urat-urat mulai nampak di keningnya, kedua tangan terkepal. Dengan sengaja memelankan langkah, menghampiri sosok berambut ikal di hadapannya. Laki-laki yang masih memandangnya angkuh. Menyembunyikan raut wajahnya dibalik topeng berwarna keemasan, tidak ada yang tahu seperti apa ekspresi yang sedang Ia tunjukkan. Tapi satu yang pasti, saat kedua manik Ambernya melihat bagaimana laki-laki itu menyakiti Kenan. Semua ketakutan dan gemetar pada tubuhnya menghilang begitu saja, seolah melupakan trauma yang Ia rasakan sejak beberapa tahun lalu. Entah kenapa trauma itu justru kalah telak melawan amarahnya kali ini. “Cepatlah!” Mengabaikan teriakan laki-laki itu, pikiran Nara tidak henti-hentinya menggaungkan nama ‘Rian’, menggertak