PART [26] . . . Ah, sial. Nara memukul kepalanya berkali-kali, merutuki sikapnya tadi. Alhasil setengah waktunya untuk sarapan, Nara menundukkan wajah takut-takut. Aura gelap di sebelahnya masih terasa, Arka masih marah karena kejadian tadi, tentu saja! Sedang enak-enaknya tidur, terus seseorang mendorong tubuhmu hingga jatuh dari tempat tidur. Siapa yang tidak marah? Nara sadar diri, dia sendiri ingin sekali membenturkan wajah di dinding sekarang juga. Tapi melihat tatapan cemas Kenan, pemuda kecil itu melihat mereka berdua terus menerus. Duduk manis tanpa mengeluarkan suara. Sebelum tangan mungil Kenan menepuk tangannya, manik bulat itu menatap khawatir. Nara luluh, “Maaf, Ibu Nara melamun tadi. Ayo, lanjutkan sarapannya.” Tersenyum kecil, mengusap pipi pemuda kecil di sampingnya.