Chapter 19

1265 Kata
“Apa keinginan yang ingin kau wujudkan tahun ini dan lima tahun kedepan??” “Kau ini memang benar benar mencoba mencairkan suasana tapi kehabisan bahasan ya??” yang dituding seperti hanya tertawa kecil saja sembari meneruskan jalannya tanpa membantah sedikitpun karena memang apa yang dibicarakan gadis di sampingnya itu seratus persen benar. Beberapa jam yang lalu, sebelum empat pasang kaki mendekati gerbang masuk bangunan legendaris ini, kedua pemeran utama disana memutuskan untuk mengikuti dahulu jadwal awal yang sudah dibuat untuk mereka, hanya untuk mengambil beberapa dokumentasi dan dikirimkan ke orang tua mereka. Setelah itu, tanpa sepengetahuan dua orang tuanya, mereka memutuskan untuk pergi kemana pun semau mereka. Dari gerbang awal, semuanya terlihat berbeda namun tak asing, apalagi untuk Claude dan Victor. Layaknya bangunan kerajaan kerjaan pada umumnya, mereka tentu saja menemukan taman indah yang sangat luas, beberapa patung, gerbang yang memukau, air mancur dan sebagainya. Semakin keempatnya melangkah kedalam, semakin terlihat jelas perbedaannya dengan lingkungan tempat tinggal Claude. Bangunan tempat ia menghabiskan waktu dari kecil hingga sebesar ini memang bukanlah bangunan minimalis dengan hanya satu tone warna. Beberapa ukiran di atap, lukisan sebagainya pun tentu saja ada dan membuat lingkungan kerajaannya terasa sangat mewah. Namun, bangunan yang kini dikunjunginya jauh lebih artistik dari yang ia duga. Langit langit yang bahkan terbuat dari lukisan indah yang ia tak mengerti apa artinya –tentu saja tidak, dirinya tidak belajar sama sekali mengenai seni lukis-, namun tetap saja memanjakan mata siapapun yang melihat. Lukisan lukisan di dinding yang tergantung sangat banyak itu menunjukkan beragam jenis lukisan, yang ternyata dibuat oleh beratus orang di negeri bernama Elven ini. Sepengamatan dia selama diperjalanan kemarin dan hari ini, sepertinya memang negara ini menjunjung tinggi nilai seni. Di taman paling besar di pusat kota, Claude menemukan bahwa orang orang rela menghabiskan waktu makan siangnya untuk duduk di rumput tanpa dialasi apapun hanya untuk mendengarkan salah satu pianis di tengah tengah taman memainkan beberapa jenis lagu klasik. Pun sepertinya telinganya terus terusan mendengarkan gumam dengungan lagu lagu klasik dari penduduk disana. “Jika untuk tahun ini, mungkin keinginan terbesarku hanya untuk memenangkan beberapa tender dan memegang saham saham yang dirasa akan membuatku untuk besar mulai dari lima hingga sepuluh tahun kedepan” ujar Karina tiba tiba menyadarkan Claude dari kagumnya atas lukisan dihadapannya itu. “Tipikal membosankan sekali, bukan?? Sepertinya memang belakangan ini hidupku hanya berpacu di sekeliling pekerjaan dan dokumen kerjaku saja. Terasa membosankan, namun sepertinya aku menikmati itu” lanjut gadis itu lagi yang kini wajahnya dirias oleh makeup natural namun tetap menonjokan mata tajam namun teduh miliknya. Terlihat jelas di mata Claude bahwa glitter di kelopak mata gadis itu membuat matanya semakin menawan. Kaki keempatnya terus bergerak mengikuti arus pengunjung lain yang juga berbondong bondong kesana untuk melihat pameran lukisan ini. Baik dari domestik hingga luar negeri, semuanya ada disana. Sepertinya memang tempat ini adalah tempat dengan poin paling tinggi yang harus dikunjungi jika seseorang sedang berada di negara Elven. Kau tahu, kan, ada beberapa jenis lukisan yang terlihat jelas bahwa menggabarkan sesuatu dan berartikan sesuatu, namun ada pula beberapa lukisan yang tidak jelas gambarnya –tidak bisa dikatakan abstrak namun juga tidak bisa dikatakan berbentuk objek-, yang sama sekali tidak dimengerti oleh keempatnya. Namun, entah karena atmosfer disana atau memang sedang terbawa suasana saja, keempat orang itu seakan terhisap di beberapa jenis lukisan yang menarik perhatian mereka. Pengunjung memang diperbolehkan berfoto, namun tidak boleh menggunakan flash. Jadi, demi dokumentasi palsu untuk memuaskan rasa ingin tahu sang ayah, Claude akhirnya mengiyakan saja usulan Victor untuk berfoto dengan Karina didepan salah satu lukisan paling terkenal. Setelah itu, keduanya langsung berbalik mencoba mencari pintu keluar karena dirasanya tak banyak yang bisa menarik perhatian keduanya disana. “Hmm.. jika untuk lima tahun lagi, aku ingin membangun.. panti asuhan, kurasa??” ujar Karina lagi dengan tak yakin masih menjawab pertanyaan basa basi dari Claude tadi. “terdengar mudah memang membangun sebuah area atau gedung lalu menampung orang orang yang membutuhkan, namun dibalik semua itu, kurasa manajemennya tidak semudah itu. Jadi.. akupun tak yakin???” ujarnya masih ragu. “Aku mengerti apa maksud utamamu, namun mengapa harus membangun panti? Kurasa dengan kau mensponsori beberapa panti pun bisa membantu, karena mereka akan bisa membangun beberapa bangunan lagi baik kesamping atau keatas, lalu menambah beberapa penghuni. Pun, kau tak perlu repot mengenai masalah manajemennya” ujar Claude mencoba memberikan pemikirannya. “Ya, sudah banyak yang menyarankan hal itu padaku” ujar si gadis pelan. “hanya saja, aku terkadang ingin memiliki itu dibawah namaku. Jadi, ketika ada sesuatu, maka aku akan langsung bertanggung jawab mengenai itu. Karena ini juga kan perihal nyawa banyak orang yang aku tampung. Jika mensponsori, ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, aku tak bisa melakukan banyak hal. Jika aku mencabut sponsornya, malah kasihan mereka. Pun aku tak tahu apakah seluruh pemilik panti adalah orang yang dapat dipercaya atau tidak” jawabanya. “Aku tidak hanya ingin mengambil anak terlantar dari Aristides, beberapa negara disamping Aristides pun masih memiliki banyak orang orang yang terlantar. Aku tak hanya ingin mereka tumbuh besar dengan pendidikan sekolah biasanya yang menuntut mereka untuk hidup bak robot yang telah diatur, aku ingin seluruh anak pantiku nanti bisa memilih apa yang mereka inginkan untuk masa depan mereka. Jadi, ketika sudah dewasa nanti, aku ingin mereka meneruskan kebaikan kebaikan yang sudah mereka rasakan” Karina berangan angan. “Aku ingin nanti di panti asuhan ku ada beberapa jenis alat musik, ada lapangan untuk berolahraga, ada corner khusus untuk meningkatkan skill bicara, ada bagian khusu seni lukis, ada bagian khusus sastra dan lain lain. Jadi, ketika dewasa nanti, mereka tak bingung ingin menjadi apa, karena ketika kecil, aku akan memastikan mereka mendapatkan segala kebutuhan belajar yang mereka inginkan” Oke, bertambah lagi satu hal yang membuat Claude –juga Victor- kagum dengan wanita itu. Disaat orang lain mungkin bekerja keras untuk mengumpulkan pundi uang demi masa pensiun yang lebih nyaman atau demi kesejahteraan anak mereka, ternyata memang masih ada orang baik yang memikirkan tentang kesejahteraan anak anak terlantar atau dengan kondisi ekonomi yang sangat kurang. “Itu tahun ini dan lima tahun lagi. Mungkin jika kau bertanya sekitar dua puluh tahun hingga tiga puluh tahun lagi, aku tak akan menjawab seidealis itu” kekehnya pelan. “Aku hanya ingin menghabiskan masa tua dengan diam di area pinggir dengan bukit bukit hijau sebagai hal pertama yang aku lihat di pagi hari. Bangun dengan suasana masih berembun, memetik persik lalu mengeringkannya hingga menjadi persik kering yang manis dan empuk. Atau membuat arak sendiri dan menghabiskan waktu dihadapan perapian ditemani lagu lagu klasik atau diiringi petik gitar pelan. Aku hanya ingin hidup seperti itu” ujarnya berangan angan. “tentu saja akan berbeda dengan hidupmu, kan??” Ah.. Claude mengerti arah pembicaraan gadis itu sekarang. Tentu saja jika gadis itu menemaninya menjadi ratu dan tua bersamanya, ia tak akan bisa menggapai angannya seperti itu. Meskipun sudah pensiun, tetap saja ada peraturan kerjaaan, beban hingga beberapa tugas yang tetap harus dilakukan sebagai seorang dari pohon keluarga kerajaan. Karina, gadis itu sudah memiliki jelas tujuannya dari detik ini hingga berpuluh puluh tahun kemudian. Dengan sifat yang dominan dan tahu jelas keputusan yang baik untuk dirinya sendiri, gadis itu yakin seratus persen bahwa ia tidak akan sudi jika dipaksa menjadi pasangan dari Claude. “Karina” panggil Claude yang hanya dibalas gumaman dan tatapan oleh mata sejernih kristal itu. “Aku tahu kau menegaskan bahwa tak akan ada yang terjadi diantara kita. Jadi, mari hilangkan dinding tak kasat mata ini dan mari kembali menjadi bocah lalu berteman baik seperti dahulu” tawar pria berambut perak itu yang disambut dengan sangat baik oleh si gadis. “oke!!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN