Chapter 06

1742 Kata
"Pagi ini, apakah kalian bisa kerumah sakit sebentar." pinta Bryan, menatap Kelvin dan Ara secara bergantian. Niat Bryan pagi ini mempertemukan Calia dengan Kelvin dan Ara. Agar gadis kecil kesayangannya itu bisa termotivasi cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti anak kecil lainnya. Operasi tumor pada otak Calia sudah dilaksanakan tadi malam dan membuat Calia pagi ini terbaring di rumah sakit dengan tubuh tambah kurus saja. Bryan yang melihat Calia yang tetap bertahan akan penyakit yang cukup berbahaya itu. Tingkatan tumor otak terbagi dari tingkat 1 hingga tingkat 4. Pengelompokan ini didasari oleh perilaku tumor itu sendiri, seperti kecepatan pertumbuhan dan cara penyebarannya. Tumor otak yang tergolong jinak dan tidak berpotensi ganas berada pada tingkat 1 dan 2. Sedangkan pada tingkat 3 dan 4, biasanya sudah berpotensi menjadi kanker dan sering disebut sebagai tumor otak ganas atau kanker otak. Beruntunglah tingkat tumor dalam otak Calia masih dalam tingkat 1, belum pada tahap ganas yang akan berubah menjadi kanker. Mendengar kata penyakit kanker yang diidap pada anak kecil membuat Bryan iba dan ingin sekuat tenaga menyemangati para anak kecil. Untung saja, selama ini dia selalu berhasil menyemangati para anak kecil dan membuat anak kecil tersebut tak putus asa untuk tetap bertahan hidup. Selama dia bekerja dirumah sakit sekitar empat tahun ini, sudah hampir lima puluh orang anak kecil meninggal karena penyakit mematikan tersebut. Ara dan Kelvin saling pandang. Kemudian melihat kearah Bryan yang menunggu jawaban dari keduanya. "Buat apa?" tanya Kelvin lebih terdahulu. Karena tak biasanya Bryan meminta dirinya dan Ara kerumah sakit, memangnya mereka ingin melihat Bryan bekerja atau ada hal yang lain. "Aku kebetulan pagi ini free, sebab Rendy sedang melakukan pemotretan dengan model lain. Dan Gavin juga sedang sibuk untuk mempersiapkan skripsinya." terang Ara membuat senyuman Bryan mengembang. "Calia ingin berjumpa dengan kalian berdua, gadis kecil yang centil itu tak sabar ingin bertemu Kelvin yang tampan katanya. Dan belajar menjadi model pada Ara," jelas Bryan yang membuat Kelvin dan Ara tertawa mendengarnya. "Apakah dia sudah dioperasi?" Ara bertanya sembari mencomot cake rasa vanilla yang dibuatnya tadi pagi. "Sudah! Dan sekarang dia tak boleh banyak gerak, dan hanya berbaring di ranjang." jawab Bryan yang memakan nasi goreng sosis kesukaannya. Ara menganggukkan kepalanya mengerti, dia termasuk paling suka akan anak kecil yang membuat hari bahagia akan kelakuan para anak kecil. Dulu dipemotretan Rendy sering membawa anaknya yang berusia 3 tahun. Tapi, Rendy sekarang jarang membawa anaknya, sebab Cecil istri Rendy tak membolehkan sering Mambawa Yuna. "Kelvin, kau bisa datangkan?" tanya Bryan menatap Kelvin, yang tak pasti akan menemui Calia atau tidak. Kelvin meneguk minumnya dahulu. Dan menatap ke arah Bryan, "Aku kebetulan pagi ini tidak ada hal penting dikantor. Jadi, bisa menemui Calia dan membawa gadis kecil itu sebuah hadiah nantinya," jawab Kelvin, membuat Bryan dan Ara senang mendengarkannya. Kelvin termasuk orang sangat sibuk di kantor, bahkan Ara sering mengeluh melihat kesibukan kedua suaminya. Bryan yang baru pulang malam tadi, dan pagi ini Bryan harus kerumah sakit lagi. Sungguh! Para pria didepannya ini pekerja keras, padahal uang mereka sudah banyak. Hidup juga tak susah-susah sekali. Malahan terlalu mewah. "Kalian berdua bekerja terlalu keras, sekali-kali rileks kan otak kalian." ucap Ara sinis. "Nanti kita akan rileks kan, kalau sudah dapat cuti berbulan madu ke Korea selatan." timpal Bryan yang diangguki kepala oleh Kelvin. Ara mendengus kesal mendengarnya, dan lebih baik dia sekarang mencuci piring dan gelas kotor saja. Daripada berdebat dengan pria-pria gila kerja. "Gavin itu keturunan orang Korea kan?" tanya Bryan mengikuti langkah Ara menuju dapur. "Hem."jawab Ara tanpa melihat kearah Bryan yang disampingnya. "Kau sering bertemu dengannya?" tanya Bryan kembali sembari membantu Ara mencuci piring dan gelas. Ara mendengus kesal mendengar pertanyaan yang tak masuk akal dari suaminya ini. Jelas saja! Dia sering bertemu dengan Gavinno Hyung, seorang model pria, yang berperawakan tinggi, kulit putih, hidung mancung, dan bibir tipis. Gavin adalah blesteran antara Inggris dan Korea. Ibu-nya yang berdarah Inggris dan Ayah-nya berdarah Korea. "Gavin adalah pasanganku dari dulu sampai sekarang. Dia orang yang asik dan sudah aku anggap seperti adik sendiri." Jelas Ara tanpa melihat kearah Bryan. "Oh ya? Memangnya Gavin berumur berapa?" kenapa Bryan cerewet sekali menanyakan tentang Gavin. Apakah Bryan naksir Gavin? Pikiran buruk tersebut segera ditepiskan oleh Ara, karena suaminya tak akan mungkin seorang gay. Amit-amit cabang bayi, kalau Bryan adalah seorang gay. "Dua puluh satu tahun, dan dia sudah bertunangan dengan Liranda Cantika. Seorang mahasiswi kedokteran di Oxford." terang Ara dengan nada geramnya. Dan berharap Bryan tak banyak bertanya lagi tentang Gavin. "Jadi, dia sudah bertunangan? Calonnya cantik tidak?" Ara mengeram kesal mendengar pertanyaan yang keluar lagi dari mulut Bryan tentang Gavin. "Tanya saja sama Gavin! Nanti aku kasih nomor Gavin sama kamu." jawab Ara akhirnya pergi meninggalkan Bryan sendirian didapur. Bryan menatap kepergian Ara dengan tampang bodohnya. Dan segera berlari kecil untuk menyusul Ara yang diruang tengah bersama Kelvin. Memang siap makan tadi, Kelvin langsung keruang tengah untuk memeriksa beberapa email yang masuk kedalam ponselnya. "Kita berangkat sekarang?" tanya Kelvin menatap kearah Bryan dan Ara secara bergantian. "Iya,"jawab Ara dan Bryan bersamaan. Dan mengikuti langkah Kelvin yang keluar rumah. *** Sekarang Ara, Bryan, dan Kelvin berada diruangan rawat inap Calia. Gadis kecil yang berusia tujuh tahun harus menderita tumor dalam otaknya. Untung saja tumor tersebut masih tingkat satu dan belum dalam tingkat ganas yang berubah menjadi kanker. "Kak Ara cantik banget! Cocok sama Kak Kelvin." puji Calia tulus menatap Ara dan Kelvin secara bergantian. Yang dipuji hanya memberikan sebuah senyuman termanis mereka, sedangkan Bryan mengerucutkan bibirnya mendengar pujian dari Calia. Yang tak memuji dirinya juga yang cocok dengan Ara. "Dokter nggak cocok sama kak Ara ya?" tanya Bryan ketus dan pura-pura ngambek. Ara dan Kelvin tertawa kecil mendengar pertanyaan dari Bryan. "Dokter cocok kok sama kak Ara, kan suami kak Ara dua." lanjut Calia sembari mengusap pipi Bryan lembut. Bryan mengembangkan senyumannya dan mencium pipi Calia secepat kilat. Mama dan Papa Calia hanya memperhatikan interaksi keempat orang tersebut, sembari tersenyum. Melihat anak mereka yang banyak disayangi oleh orang-orang. "Kalian tidak kerja?" tanya Shinta mama--dari--Calia, pada Kelvin dan Ara. Yang masih betah dirumah sakit ini semenjak sejam yang lalu. Kalau Bryan tak perlu ditanyakan oleh Shinta, sebab Bryan sudah sering berkunjung dan berlama-lama menemani Calia. Bahkan Bryan sering mengajak Calia untuk duduk di taman dan bermain di taman. Shinta dan suaminya Henri sangat bersyukur, melihat kondisi Calia semakin membaik dan terus tertawa dan tersenyum. Akibat kunjungan dari Dokter Bryan, Ara, dan Kelvin. Orang-orang yang begitu sibuk dan menyempatkan waktu mengunjungi anak mereka. Ara dan Kelvin menolehkan kepala mereka pada Shinta dan Henri. "Kebetulan saya sedang tak ada urusan penting pagi ini." jawab Kelvin ramah sembari mengusap rambut Calia. "Saya nanti sore melakukan pemotretan, sampai siang nanti saya free dan akan berkunjung ke perusahaan Kelvin." jawab Ara ramah. Dan menyuapkan buah jeruk pada Calia. Sedangkan Calia memeluk boneka beruang yang diberikan oleh Kelvin, dan Ara membawakan berbagai majalah dan makan kesukaan gadis kecil tersebut. Bryan pernah bilang kalau Calia suka melihat majalah dan makan, jadinya Ara lebih membawakan majalah dan makanan. "Beruntung sekali, Dokter Bryan dan nak Kelvin mendapatkan istri secantik nak Ara dan sebaik nak Ara." puji Henri tulus. Ara hanya tersenyum malu dan terus menyuapkan buah jeruk pada Calia. "Aku lebih beruntung memiliki mereka berdua." ucap Ara tulus dan menatap kedua suaminya secara bergantian. "Nak Ara, nggak pernah terdengar gosip yang tak sedap. Malahan selalu prestasi dan peduli sosial nak Ara yang disorot oleh Infotainment." ucap Shinta yang selalu update akan kisah dunia entertainment. “Alhamdulillah. Selama ini saya selalu bekerja profesional dan tak mencari sensasi kesana kemari."ucap Ara bersyukur karena dia memang tak pernah mencoba mencari sensasi untuk menaikkan namanya di dunia modelling. "Kenapa tidak bermain sinetron saja?" Shinta bertanya, karena selama ini Ara tak pernah melihat memainkan sinetron maupun film. Yang ada hanya iklan shampo dan baju. Ara hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman manis. Setiap kali orang bertanya kenapa dia tak terjun pada dunia akting. "Ara main model saja sudah kami larang Bu, apalagi kalau dia main sinetron dan film. Bisa-bisa dia sering tidak pulang kerumah," jawab Bryan dengan santainya. Memang Bryan dan Kelvin tak setuju istri mereka bekerja, apalagi di tanah hiburan yang sering mendapatkan gosip tak sedap. Shinta dan Henri tertawa mendengar jawaban dari Bryan. Bagi mereka wajar kalau Bryan dan Kelvin tak setuju Ara masuk dunia akting. Nanti Ara sibuk bekerja dan tak mengurus kedua pria tersebut. "Calia saja ingin menjadi artis." ucap Henri menatap kearah putri kecilnya. Calia tersenyum mendengar ucapan dari Papa-nya, "Nanti Calia bakalan punya suami setampan dokter Bryan dan Kak Kelvin. Apalagi mereka berdua perhatian sekali sama Kak Ara dan menyayangi kak Ara." ucap Calia bersemangat menceritakan kalau dia ingin punya suami setampan Kelvin dan Bryan. Semua orang dalam ruangan tersebut tertawa mendengar keluguan dari Calia, yang begitu mengemaskan dan selalu menjadi sumber tertawa dan senyuman mereka. "Nanti kalau kak Ara punya anak, pasti cantik-cantik dan tampan-tampan." lanjut Calia dengan menampilkan gigi putihnya yang Ompung ditengah. "Jelas! Siapa dulu Papa dan Mama-nya nanti." ucap Bryan percaya diri. Kelvin hanya menanggapi dengan tawa ringannya. Dan sekali-kali mengecek ponselnya, dari tadi Andra sudah menyuruh dirinya untuk segera datang kekantor. Banyak berkas yang harus ditanda tangani oleh Kelvin dan diperiksa oleh Kelvin. Kelvin mendengus kesal membaca chat dari Andra yang kesekian kalinya memang dia untuk segera datang. Ara yang menyadari kegelisahan dan kekesalan dari suaminya itu, "Ada apa Kelv?" tanya Ara yang menatap Kelvin. "Aku harus segera kekantor, karena Miss Andra marah-marah terus."ucap Andra dengan datarnya. Dia memang sering memanggil Andra dengan sebutan Miss, kalau Andra sudah marah-marah dan ngomel seperti mbak-mbak tukang jamu dan jualan sayur. Ara tertawa kecil mendengar jawaban dari suaminya. "Ya sudah! Kita kekantor kamu saja sekarang, lagian Calia harus banyak beristirahat."ucap Ara dan mengecup sekilas pipi Calia. "Kalau begitu aku kembali memeriksa anak-anak yang lain, yang sudah rindu dengan Dokter tampan mereka," ucap Bryan percaya dirinya. Dan berpamitan pada kedua orang tua Calia dan Calia, untuk memeriksa pasien lain. Bryan mengecup pipi Ara sekilas sebelum meninggalkan ruangan inap Calia. "Kami permisi dulu, dan untuk Calia mudahan cepat sembuh. Biar bisa bersekolah lagi, kalau Calia udah sehat dan sekolah. Bisa jadi model kayak Kak Ara," ucap Kelvin mencium kedua pipi Calia bergantian. "Kakak bakalan dukung karir Calia nantinya, dan jangan lupa Calia harus rajin belajar dan jaga kesehatannya."ucap Ara dan mencium pipi Calia bergantian juga. "Bu Shinta dan Pak Henri, kami pamit dulu. Nanti kalau ada waktu kami akan mengunjungi Calia lagi," pamit Kelvin kepada kedua orang tua Calia. Shinta dan Henri menganggukkan kepala mereka, dan mengucapkan hati-hati dan terima kasih pada Kelvin dan Ara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN