Ara sudah sampai di Central Park sekitar tiga puluh menit yang lalu. Ara berada di hotel yang terdekat dengan kawasan Central Park. Ara tersenyum sendiri mengingat malam tadi dia sudah memberikan hak-nya kepada Kelvin.
Pria pertama dia adalah suami pertamanya, yang mengucapkan pemberkatan pertama kali. Dan memberikan harta berharganya kepada Kelvin P. Alganta, dimana pria yang tampan itu sudah merebut hatinya saat memasuki kelas pertama menengah atas. Bukan berarti dirinya tak mencintai Bryan, Bryan juga sudah ditempatkan dalam hatinya dan mendapatkan cinta juga darinya. Cintanya sama besar pada Kelvin dan Bryan, tanpa kekurangan sedikitpun dan tanpa ditambahkan sedikitpun. Semuanya sama rata.
"Aku tak percaya melakukan itu." gumam Ara sembari tertawa kecil mengingat setiap momen dirinya dan Kelvin tadi malam.
Setelah selesai makan malam Kelvin dan Ara memasuki kamar mereka, malam ini mereka hanya berdua saja dirumah. Sebab Bryan yang sibuk dengan jadwalnya di rumah sakit, membuat Bryan harus berada dirumah sakit sampai pagi hari. Ara juga sudah meminta izin pada Bryan untuk pergi kepuncak besok pagi, dan diizinkan oleh Bryan.
"Aku harap tak ada yang menganggu lagi." bisik Kelvin ditelinga Ara, dan memeluk Ara dari belakang. Ara memegang tangan Kelvin yang berada diperutnya dengan senyuman manisnya.
"Memangnya siapa yang menganggu?" tanya Ara polos, sebenarnya Ara sudah tau maksud dari Kelvin.
Kelvin menjilati telinga Ara, "Suami keduamu." ucap Kelvin dan mendorong tubuh Ara untuk berbaring diatas ranjang. Kelvin tersenyum nakal melihat kepasrahan istrinya yang menatapnya dirinya dengan penuh minat. Kelvin segera melepaskan kaos putihnya dan memperlihatkan perut sixpack-nya yang sudah dipelihara oleh dirinya senjak dahulu.
Ara menelan salivanya melihat perut sixpack suaminya yang sudah membuat tangan dan bibirnya, tak sabar untuk menyentuh dan menjilatinya. Kelvin menundukkan kepalanya dan langsung menyambar bibir istrinya yang terlihat begitu menggoda untuk terus dicicipi.
"Ara, waktunya untuk berganti baju."
Ara tersadar dari lamunannya, membalikan badannya menghadap Rendy yang memanggilnya barusan. Dan menyuruhnya untuk berganti pakaian untuk memulai sesi pemotretan pertama yang dijalaninya hari ini sampai larut malam.
Sekujur tubuh Ara terasa pegal dan lelah. Akibat melayani nafsu suaminya Kelvin Prince Alganta, yang meminta untuk meminta sampai jam tiga dini hari sehingga Ara sampai detik ini masih terasa ngantuk dan pegal. Untung saja tanda-tanda kemerahan ditubuh dan lehernya bisa dihilangkan oleh Ara berkat bantuan make up yang berkualitas dan dapat dipercaya tak akan luntur.
"Kita pemotretan dimana Ren?" tanya Ara duduk disofa dengan menyeruput teh hangat yang disediakan oleh Erline.
Rendy yang sedang memeriksa kameranya, menghentikan aktivitasnya dan tersenyum kearah Ara. "Kita pemotretan ditengah-tengah taman, dan dilanjutkan pada tempat lainnya." jelas Rendy dan beranjak dari posisi duduknya. Untuk menuju ke dapur mengambil makanan yang telah disiapkan oleh Erline, seorang yang ditugaskan untuk menyiapkan keperluan makanan setiap model dan kru.
"Kak Ara, kakak punya pulsa nggak? Pulsa Gavin habis. Padahal mau nelpon Lira,"
Ara tertawa kecil mendengar ucapan dari Gavin, seorang model Pria yang menjadi pasangannya nanti. Gavin masih berumur 21 tahun, terpaut dua tahun dengan dirinya.
"Gavin percuma jadi model terkenal, kalau nggak punya pulsa," ejek Ara memberikan ponselnya kearah Gavin.
Gavin hanya tersenyum menanggapi ejekan dari wanita yang sudah dianggapnya sebagai kakak itu.
"Maklum! Anak muda masih sendiri kak." kilah Gavin diakhir tawanya. Ara ikutan tertawa mendengar ucapan Gavin dan lebih memilih memakan lontong sayur yang disediakan Erline.
Sekitar sepuluh menit Gavin pergi menelpon kekasih hatinya yang berada di China. Gavin kembali kepada arah dan mengembalikan ponsel Ara dengan ucapan terimakasih nya.
"Kak Ara nggak takut gemuk?" tanya Gavin memperhatikan porsi makan Ara tak seperti para model lainnya, yang menjaga pola makan mereka.
Ara tersenyum menanggapi ucapan dari Gavin, "Lagian mah berat badan nggak akan bertambah juga kalau makan banyak. Dan juga kedua suami kakak terima kakak apa adanya," jawab Ara dengan rasa bangganya. Ketika mengucapkan kedua suaminya yang menerima dirinya apa adanya.
"Wow! Kakak hebat punya dua suami yang sama-sama kaya dan tampan." puji Gavin tulus.
"Hahahaha! Semuanya sudah jalan takdir, dan kakak hanya menjalaninya saja." ucap Ara dengan menepuk pundak Gavin pelan.
"Kamu siap-siap, bentar lagi kita akan pemotretan." suruh Ara dan pergi dari dalam kamar yang penuh dengan beberapa kru dan peralatan pemotretan.
***
Kelvin sedang memeriksa beberapa berkas kerja samanya dengan perusahaan Lintang Company. Yang menawarkan untuk membuka salah satu hotel di daerah Manhattan, dengan nuansa yang sangat unik. Hotel tersebut dibuat dengan berbagai macam wahana untuk anak kecil dan pasangan sedang kasmaran, permainan salju, permainan bola, lapangan sepak bola, taman cinta berbentuk hati dan bintang, cafe khusus anak-anak, dan juga banyak yang lainnya.
"Kau bekerja begitu keras."ucap Andra memasuki ruangan bos sekaligus sahabatnya itu.
Kelvin melihat kearah Andra sebentar sebelum menyimpan berkas-berkasnya kedalam laci.
"Punya istri harus lebih keras lagi untuk bekerja."ucap Kelvin.
Andra tertawa kecil mendengar ucapan dari sahabatnya itu. "Bagaimana suami kedua istrimu? Dia nggak bertingkah kan?" tanya Andra dengan sinisnya. Dulu Andra tak setuju Kelvin akan menikah dengan Ara yang memiliki dua suami sekaligus. Sebab Andra terlanjur menganggap Kelvin sebagai saudaranya sehingga ia tak ingin sahabatnya itu menjalani pernikahan yang tak lazim.
"Dia baik. Kan, kedua orang tua kami bersahabat sehingga dari kecil aku sudah akrab juga dengan dia." ucap Kelvin memberi pengertian pada Andra.
Andra sudah menjadi sahabat Kelvin semenjak SMP sampai sekarang. Karena kecerdasan uang dimiliki oleh Andra sehingga Kelvin memberikan posisi sebagai wakil CEO pada Andra di kantornya.
"Kau pria uang beruntung sekaligus sial." ucap Andra sinis dan ditanggapi gelak tawa oleh Kelvin.
Dia memang pria beruntung memiliki Ara sebagai istrinya. Sekaligus sial karena menerima kenyataan Ara menikah juga dengan Bryan, perjodohan yang sudah dilakukan sebelum mereka dilahirkan didunia ini memang membuat mereka menerima kenyataan dan tak bisa menolak.
"Aku beruntung memiliki dia sebagai istriku dan aku juga tak sial sekali. Dengan kehadiran Bryan,"
Andra menghela nafasnya secara kasar dan tak mau berdebat lagi dengan sahabatnya itu.
"Lebih baik kita makan siang sekarang." ajak Andra yang diangguki kepala oleh Kelvin.
Dua pria yang tampan menjadi idola para karyawan perempuan dikantor tersebut. Berjalan dengan senyuman mempesona dan menarik perhatian dari seluruh kaum hawa.
"Memang pesona kita tak bisa dielakkan." ucap Andra percaya diri dan mendapat tonjokan dari Kelvin dibahunya.
***
Bryan baru selesai memeriksa beberapa pasien dirumah sakit ini. Semenjak semalam sampai siang hari ini dia tak pernah pulang kerumah, dan betah dirumah sakit. Akibat operasi yang tak bisa ditinggalkan olehnya. Bisa saja, Bryan menyuruh dokter lain mengantikan jadwal operasinya dan membuat dirinya berisitirahat dirumah.
Tapi, Bryan bukanlah tipe orang yang menyerahkan pekerjaannya dengan gampang. Kalau masih bisa dia tangani maka dia akan turun akan tanpa meminta bantuan dan menyuruh orang lain.
"Dokter Bryan,"
Bryan menghentikan langkahnya ketika mendengar suara anak kecil memanggil dirinya. Bryan membalikan badannya dan tersenyum merekah mendapati Calia dengan senyuman manisnya.
"Hey Calia." sapa Bryan dan melangkahkan kakinya mendekati Calia. Memandang wajah Calia mengingatkan dirinya pada Ara sang istri, yang sekarang sedang berada dipuncak melakukan pemotretan.
"Dokter Bryan nggak pulang?"tanya Calia dengan tampang polosnya dan duduk dikursi roda.
Bryan mengusap lembut rambut Calia yang panjang. "Nanti malam baru pulang, soalnya dirumah juga nggak ada orang." jawab Bryan bernada lembut.
"Istri dokter kemana?" tanya Calia.
"Dia lagi pemotretan di Central Park." jawab Bryan jujur.
Calia menganggukkan kepalanya lucu dan menatap keatas kearah suster yang mendorong kursi rodanya. "Suster boleh pergi, kan sudah ada Dokter Bryan." ucap Calia lugu dan dipatuhi oleh suster tersebut.
Bryan mengambil alih kursi roda Calia. Dan mengajak anak kecil itu untuk berkeliling, menghirup udara segar taman rumah sakit.
"Mama dan Papa Calia kemana?" tanya Bryan penasaran. Karen tak biasanya Calia berjalan-jalan ditemani oleh Suster.
"Mama lagi beli makanan dikantin, sedangkan Papa lagi kerja." Jawab Calia polos.
"Kapan-kapan ajak Calia ketemu sama istri dokter, biar belajar jadi model yang baik dan benar."
Bryan tertawa kencang mendengar perkataan dari Calia, yang begitu polos. "Nanti dokter aja dia kesini ketemu Calia. Soalnya dia juga suka sama Calia, dan nanti juga dokter menyuruh Kelvin suami pertama istri dokter untuk ikut." kata Bryan yang langsung disambut senyum bahagia oleh Calia.
"Pasti mereka sama asiknya dengan Dokter." ucap Calia senang. Bukan rahasia umum lagi semua orang dirumah sakit ini tau kalau Bryan adalah suami kedua dari model cantik Amaranda Almalik.
"Kak Kelvin orangnya juga tampan kayak Dokter kan?" tanya Calia polos.
Bryan mencium pipi Calia sekilas karena gemas akan kecerewetan dari gadis kecil ini. "Dia masih kalah tampan dari Dokter."jawab Bryan percaya diri.
"Kan yang penting ada kata tampannya." ujar Calia dengan lugunya.
"Calia masih kecil udah centil." ucap Bryan sembari mencubit pipi Calia.
Calia cemberut mendengar ucapan dari Bryan. "Calia bukan Centil! Tapi, cewek berkelas tau mana yang tampan dan jelek!" Kilah Calia semakin membuat Bryan gemas akan kelakuan Calia.
"Iyain saja," pasrah Bryan dan terus mendorong kursi roda Calia menuju lorong rumah sakit.
Bryan mencek arlojinya yang sudah menunjukkan pukul satu siang, dan waktunya Calia untuk berisitirahat. Bryan segera mempercepat mendorong kursi roda Calia untuk menuju ruangan rawat gadis kecil tersebut.