PERCINTAAN PANAS

1324 Kata
Malam merangkak larut. Meghan berusaha terjaga meski rasa kantuk menyerang. Dia tak boleh lengah. Hingga sosok tinggi sudah berdiri di hadapannya, gadis itu hanya berpura-pura tidur. "Kalian berjaga-jagalah di luar," perintah Michele pada Paolo dan dua orang anak buahnya. Suaranya nyaris tidak terdengar. "Selamat menikmati hidangan malam mu, Bos." Paolo menyeringai tipis lantas pergi. Pria itu sempat melirik pada gadis di tengah ranjang sebelum benar-benar enyah. Michele masih memasang wajah dingin. Sepasang tungkai panjang itu diayunkannya menuju ranjang. Mata elangnya mengamati jengkal demi jengkal tubuh ramping di depannya. 'Hei, apakah dia sudah tidur?' Pertanyaan itu muncul di hatinya seraya memandangi Meghan dengan kedua tangan di masukan ke dalam saku celana kainnya. Meghan yang sedang berpura-pura tidur sangat terkejut saat tubuh kekar naik ke atas tubuhnya. Dia berusaha memejamkan mata rapat-rapat. Meghan ayo tidur! Tuan Mafia sudah datang. Pria itu tak boleh sampai tahu jika dia sedang berpura-pura. Michele tidak peduli meski gadis itu tak merespon sentuhannya. Apakah dia pingsan? P3rs€t4n dengan itu! G4ir4hnya sedang menggebu-gebu. Sentuhan itu semakin menggila di sekitar pinggang dan perutnya. Meghan berusaha mati-matian merapatkan mata dan mulutnya. Namun, dia tak tahan saat Michele menyentuh area yang paling sensitif dengan kecupan-kecupan nak4l. "Aaargh!" Michele sedikit terkejut. Pria itu menyudahi aktivitasnya, lantas menatap Meghan dengan mata yang menyipit. "Mengapa berpura-pura tidur? Apa kau menyukainya? Aku cukup mahir melakukannya, bukan?" Seringai pria itu membuat Meghan muak. Nafasnya terengah-engah. Dia berusaha menarik-narik ikatan tangan dan kakinya. Namun semakin ia berontak, semakin terbuka kedua tungkainya, melebar. Tentu saja hal itu sangat menguntungkan Bos Mafia. "Aku mendesainnya khusus untuk menyiksa para Jal4ng. Semakin kau menggerakkan kakimu maka aku akan lebih mudah memasukimu," bisik Michele. "B4jing4n, lepaskan aku!" Meghan berteriak ke wajah Michele. Pria itu menarik seringai tipis pada sudut bibirnya. "Diam dan nikmati saja. Kau akan ketagih4n." Meghan tidak diberi kesempatan lagi. Meski untuk berteriak. Pria itu membungkam mulutnya dengan c!um4n. Sentuhan yang bahkan belum pernah dia rasakan sebelumnya. Kecupan yang begitu panas dan lapar. Hanya para Mafia yang bisa segila ini. "Argh!" Meghan m3nger4ng saat milik Michele mulai mendesaknya. Apakah ini benar-benar nyata? Dia akan bercinta dengan pria asing? "Kau masih virgin? Aku harus membayar lebih," bisik Michele. Meghan tidak menjawab. Tubuhnya melemas saat pria itu bergerak di atasnya. Hingga di tengah permainan, dia hanya bisa meringis saja. Usianya baru 20 tahun. Meghan belum pernah melakukan hubungan intim. Meski dirinya pernah berkhayal melakukannya dengan pemuda yang dia cintai, tapi dia hanya bisa membayangkan. Dia teringat saat terpaksa berbohong pada teman-temannya. Dia mengaku pernah berhubungan intim agar tidak di ejek oleh mereka. Namun, dia terlalu polos saat itu. Ternyata seperti ini rasanya ... Sakit dan seperti mau mati. Namun nikm4t kemudian. Entahlah, sensasi apa itu ... Hingga saat nafas berat pria itu menyapu wajahnya, Meghan hanya memejamkan mata dan ingin semuanya segera berakhir. Akhir yang mungkin akan menjadi awal perubahan terbesar dalam hidup seorang Meghan Crafson. * "Kami sudah memeriksa kamera pengawas, gadis itu pergi dengan taksi seorang diri," ucap Sergio sambil memandangi punggung pria dengan stelan jas hitam di depannya. Prang! Michele melempar gelas anggurnya ke lantai sampai pecah."Cepat cari gadis itu sampai dapat!" "Baik, Bos!" Sergio tergugup melihat kemarahan bosnya. Dia dan dua orang anak buahnya bergegas pergi. "Sepertinya kau sangat menyukai gadis itu." Pria yang sedang duduk di sofa berkomentar. Dante Cassio, rekan Michele yang baru datang dari Milan. Bibirnya menyeringai tipis sambil memutar gelas anggurnya menyambut Michele. "Dia istimewa. Aku ingin bertemu dengannya lagi." Michele menjawab sambil berdiri di depan Dante. "Istimewa? Waw! Apakah dia bisa ..." Dante menerka-nerka sambil menatap pria jangkung di depannya. Michele mengangguk. Dante tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian dia menyesap pada gelas anggurnya sampai tandas. Michele masih berdiri sambil memandang ke luar jendela besar di ruangan VIP itu. Ini memang konyol! Namun luar biasa. Akhirnya ia bisa merasakan percintaan yang penuh sensasi bersama gadis itu. "Aku bisa mencapai 0rg4sm3 saat bercinta dengannya. Apakah aku sudah normal?" Michele bertanya pada dokter pribadinya. Jacob Walker, dokter pribadi Michele menggeleng. "Entahlah, tapi Anda harus mencobanya lagi." "Maksudmu aku harus mencoba dengan wanita lainnya?" tanya Michele. Jacob mengangguk. Michele bersandar di bangkunya. "Bawakan aku wanita malam ini juga," bisiknya pada Paolo yang berdiri setia di sampingnya. * "Madame Rose sudah mengirim wanita untuk Anda. Kami akan membawanya ke suite hotel di Hotel Columbus nanti malam." Paolo menemui Michele yang sedang bermain poker bersama Dante di bar kasino miliknya. "Aku akan ke sana setelah semuanya selesai," ucap Michele tanpa mau memalingkan pandangan. Dante tersenyum tipis mendengarnya. Matanya menatap pada Michele. "Bagaimana dengan Alberto?" tanyanya kemudian. "Kita akan menemuinya sekarang." Michele menjawab dengan wajah datar-datar saja. Tiga puluh menit berlalu. Mobil-mobil hitam menepi di wilayah kontruksi yang sudah lama terbengkalai. Paolo membuka pintu Ferrari merah yang berada di deretan paling depan. Michele keluar dari mobil sambil membuka kancing jas hitamnya. Paolo mempersilakan ia berjalan menuju Alfa hitam yang berada di depan mereka. Kaca mobil itu sudah hancur. Juga seluruh body mobil yang kelihatan penyok. Paolo dan orang-orangnya sudah menghancurkan mobil itu dengan benda tumpul. Di dalam mobil, terlihat seorang pria dengan tubuh terlilit lakban warna hitam. Juga mulutnya yang di tutup oleh lakban. Alberto Castaro, para Mafia sadis itu menyiksanya habis-habisan di markas mereka. Michele menghentikan langkahnya tepat di depan Alfa hitam. Bibirnya menyeringai tipis melihat kondisi pria di dalamnya yang sangat menyedihkan. "Ambil bensin dan bakar mobil ini," perintahnya pada Paolo. Sang anak buah bergegas menjalankan perintah. Paolo membawa beberapa jerigen berisi bensin. Setelah Michele menjentikan jarinya, mereka segera menyiram Alfa hitam itu sambil tertawa puas. Melihat dirinya akan di bakar hidup-hidup, Alberto berusaha berontak dan meraung. Matanya menatap penuh kebencian ke wajah rupawan berjiwa iblis, Michele Lazzaro Riciteli. "Kau tidak akan bernasib semalang ini jika tidak bertindak bodoh. Inilah balasan bagi tangan yang berani menyentuh adikku," desis Michele. Kemudian ia menoleh pada Paolo sebelum mundur. Dengan bersemangat Paolo bergegas maju. Pria itu mulai menyalakan korek api. Dia sempat memainkan korek apinya sambil tertawa puas di depan Alberto. Melihat hal itu Dante hanya tersenyum tipis. Dia menepuk bahu Michele sebelum mereka masuk mobil dan berlalu. "Sebelum aku membuatmu jadi abu untuk pupuk kebun anggur Riciteli, kau harus tahu seperti apa kami menyiksa putrimu," bisik Paolo pada Alberto. Pria itu tertawa keras saat mata Alberto menatapnya dengan penuh emosi. "Kau lihat meja biliar di markas kami? Di sana aku dan orang-orang ku memperkaos putrimu. Ya, kami melakukannya bergantian dan berulang sampai dia pingsan." Paolo tertawa lagi. Alberto hanya bisa mengepalkan buku-buku jemarinya mendengar ucapan b4jing4n itu. Tubuhnya terlilit lakban. Bahkan untuk mengumpat saja dia tak mampu. "Hei, kau menangis? Kau pasti sedih mendengar nasib buruk putrimu. Asal kau tahu saja, bos kami yang pertama kali mencicipi tubuhnya. Kemudian dia melemparnya pada kami. Dia memang bos terbaik!" Paolo tak henti berkoar. Dia senang melihat Alberto tampak hancur. Alberto yang sedang tenggelam pada kesedihan. Dia menyesal karena tak mampu menyelamatkan putrinya dari para anjing liar itu. Emily yang malang. Tak ada gunanya dia terus hidup tanpa putrinya lagi. Alberto putus asa. "Pak tua, kau membuatku muak!" Paolo memukul pintu mobil dengan keras. Dia kesal melihat Alberto menangis. "Baiklah, aku akan mempercepat agar kau bisa segera bertemu dengan putrimu," ucapnya lagi. Pria itu mulai menyalakan korek apinya. "Susul lah putrimu ke Neraka!" ucapnya lantas melempar korek api itu ke arah Alfa hitam di depannya. Alberto hanya memejamkan matanya, pasrah. Sosok hitam yang muncul tiba-tiba menyambar tubuh Paolo. Pria itu sangat terkejut. Korek apinya terlempar entah kemana. Paolo tak diberi kesempatan lagi. Pria itu langsung menghajarnya dengan pukulan-pukulan telak. Dua orang anak buahnya bergegas maju untuk menolong Paolo. Mereka menarik jaket pria asing yang sedang menyerang Paolo dari belakang. Namun tidak semudah yang mereka bayangkan. Setelah Paolo di lumpuhkan, pria itu langsung berbalik menghajar mereka dengan brutal. Paolo tak sadarkan diri setelah di pukul habis-habisan. Dua orang anak buahnya pun sudah tergolek tak berdaya lagi. Pria asing dengan jaket hitam segera bangkit. Kemudian berjalan cepat menuju Alfa hitam di sana. "Anda baik-baik saja?" Alberto sangat terkejut melihat wajah pria asing yang datang menolongnya. "Letnan Jose?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN