bc

Wants, Got, Hurts

book_age16+
501
IKUTI
3.4K
BACA
love-triangle
possessive
friends to lovers
playboy
badboy
heir/heiress
sweet
bxg
like
intro-logo
Uraian

Bisma tak menyangka bahwa kejahilannya pada gadis yang belum dikenalnya itu membawanya pada perasaan yang serius. Awalnya, Bisma hanya ingin iseng bersama teman-temannya. Membuat gadis itu kesal adalah hobinya. Ia bahkan tak mengerti kenapa menyenangkan sekali membuat gadis itu mengumpatinya.

Kinna tak habis pikir pada teman sekelasnya yang bernama Bisma Karisma. Kinna tak mengenalnya dan takkan pernah ingin mengenalnya. Tapi pemuda itu senang sekali menempel padanya dan membuatnya jengkel. Tak jarang Ia merasa darahnya terus mendidih karena ulah Bisma.

Dan ketika kenyamanan mulai terjalin di antara keduanya, takdir mempermainkan mereka dengan masa lalu orang tua.

chap-preview
Pratinjau gratis
01-Troublemaker
Happy reading  Bel istirahat akan berbunyi 8 menit lagi. Bisma, Angga dan Eza dengan kompak menengok ke arah pintu masuk kelas mereka, lalu ketiganya menggeleng bersama. Tak sabar, Bisma bangkit dari kursinya dan berjalan menuju pintu. Ia menghela napasnya jengah lalu bersandar di bingkai pintu. “Gimana?” tanya Eza penasaran. Bisma hanya menggeleng. Belum ada tanda-tanda seseorang akan masuk ke kelas mereka. Cukup lama mereka berdiam tiba-tiba Bisma berseru, “Good job, Eza. Gue dapat jackpot!” Pemuda itu sampai melompat-lompat girang di tempatnya. Eza dan Angga melongok ke arah pandang Bisma saking penasarannya. Angga menjitak kepala Eza. “Kenapa dia yang untung?” kesalnya tak terima. Eza hanya mendengus dan mengusap-usap kepalanya. Tatapan Bisma tak lepas dari guru yang paling cantik di sekolahnya ini yang sedang berjalan anggun di koridor sekolah. Dia guru piket, sudah bisa dipastikan guru itu akan masuk ke setiap kelas sebelum bel berbunyi dan mendata siswanya hari ini yang tidak masuk. Dan itu membuat Bisma kegirangan setengah mati. “Hitung mundur, Boys!” ucap Bisma Senang. Angga dan Eza ikut berdiri menanti guru yang berjalan ke kelasnya itu. “5 4 3-" “Bu Ilka!” “s**t!” umpat Bisma saat seorang siswi menghentikan guru cantik itu dengan memanggilnya. Angga dan Eza tertawa puas melihat guru yang disapa Bu Ilka itu malah mengobrol dengan muridnya. Bisma berjalan kesal menghampiri teman-temannya dan ikut duduk di sana. “Lupakan tentang tantangan itu.” Bisma mengamati seisi kelasnya. Hanya ada beberapa murid di dalam kelas karena jam istirahat belum berakhir. “Pilih saja salah satu dari mereka,” lanjutnya enteng. Angga dan Eza menggeleng kompak. “Gak bisa, Bis,” ucap Eza tegas. Seorang gadis masuk ke dalam kelas dengan tergesa dan menyita perhatian 3 pemuda tampan itu. “Thell, gue pulang dulu, ya, tadi gue udah dapat izin dari Pak Himawan.” Gadis itu berbicara pada teman sebangkunya yang tadi sedang sibuk membaca n****+. Gadis yang disapa Thell atau lebih tepatnya Thella itu mengangguk lalu menyerahkan tas milik temannya. “Salam buat nyokap lo, nanti siang gue ke sana,” ucap Thella sembari melambaikan tangannya. Gadis itu mengangguk dengan senyum kecil. "Oke, gue balik duluan.” Ia membalas lambaian tangan Thella. Tak sadar seekor predator sedang mengincarnya. Ketiga pasang mata ‘The Boys’ sebutan untuk gang Bisma, Angga dan Eza tertuju pada gadis yang akan keluar kelas itu. Bel berbunyi. Berbondong-bondong siswa masuk ke dalam kelas, memaksa gadis itu mengehentikan langkahnya di sebelah pintu dan menunggu semua temannya masuk. Bisma berdiri dan berjalan ke arahnya. Saat semua murid sudah masuk ke kelas, gadis itu melangkah keluar. Tapi Bisma segera menarik lengannya dan merapatkannya ke tembok di sebelah pintu. Semua mata terperanjat kaget melihat Bisma yang tiba-tiba mencium pipi gadis itu. Gadis itu membolakan matanya dan terlihat sangat shock. Tangannya terkepal kuat dan memukuli bahu Bisma. Ia memberontak hebat. Dengan sekuat tenaga, ia akhirnya berhasil mendorong tubuh Bisma menjauh. Tamparan keras itu mendarat cantik di kulit mulus Bisma. Eza memegangi pipinya sendiri dengan ngeri melihat sahabatnya terkena tamparan dari seorang gadis. “b******k! Apa-apaan lo!?” bentak gadis itu murka pada Bisma lalu tanpa diduga ia menginjak keras kaki kanan Bisma hingga membuat Bisma meringis memegangi kakinya. Belum puas, gadis itu menghantam punggung Bisma yang sedikit membungkuk dengan sikunya hingga Bisma benar-benar terjatuh. Tanpa menunggu lama, gadis itu melenggang pergi. Semua mata kini terfokus pada Bisma. Angga dan Eza mendekati Bisma. “Siapa gadis itu? Berani sekali dia berbuat seperti ini!” Bisma berdiri dengan dibantu Eza. “Are you okay?” tanya Angga seperti meledek. “Wahhh, Bis! Dia satu-satunya cewek yang bisa membuat lo bertekuk lutut seperti tadi,” ucap Eza bersemangat seperti mendapat hadiah besar. “Kalian mau mati?” tanya Bisma sinis. Tatapan Bisma mengedar ke penjuru kelas dan jatuh tepat pada seorang gadis yang sudah berdiri membeku di tempatnya. “Siapa dia?” tanya Bisma pada Thella, gadis yang tadi sempat berbicara akrab dengan ‘korban’nya. Memang mereka baru masuk ke SMA ini beberapa minggu lalu. Ya, minggu. Bisma tak pernah peduli dengan orang-orang di sekitarnya, jadi wajar saja ia tak tahu nama gadis yang satu kelas dengannya itu. Dan juga ia tak begitu hafal dengan wajah orang-orang di kelas ini. “Di-dia...,” Thella tergagap. “Ki-Kinna. Kinna Landry,” ungkap Thella takut lalu menunduk. Ia tahu betul siapa Bisma ini. Bisma tersenyum sinis. “Nama yang bagus. Killa, tidak sulit untuk diingat." Di sepanjang koridor menuju gerbang sekolahnya, Kinna menjadi pusat perhatian. Ucapan-ucapan tak enak didengar itu sampai ke telinganya. “Bagaimana bisa Bisma mencium gadis itu?” bisikkan itu terdengar tak bersahabat. Ada nada sinis di sana. Mereka tidak ingin masuk kelas saja?! Batinnya kesal. “Dia hanya ingin numpang populer.” Tenang Kinna, beberapa langkah lagi kamu akan sampai di gerbang sekolah dan tidak akan mendengar ocehan murahan itu lagi. Tapi gerbang sungguh terasa jauh ia raih. Mungkin karena kejadian tadi. Kepalanya serasa ingin pecah mengingat kejadian memalukan tadi. Untung saja hari ini ia izin untuk pulang terlebih dahulu karena mamanya kembali masuk ke rumah sakit. *** Sendiri dan di pojok. Kinna selalu seperti ini jika di kantin, ia tak punya teman dekat di sekolah ini. Dia hanya sering bicara seadanya pada Thella, satu-satunya orang yang pernah ngobrol baik dengannya di sekolah ini selain para guru. Itu pun karena Thella semeja dengannya. Dan saat di luar kelas, dia memilih sendiri daripada bergabung dengan Thella dan beberapa orang temannya yang lain. Mata-mata tajam dan tak bersahabat itu masih banyak yang mengawasinya. 2 bulan sudah berlalu sejak kejadian sialan itu tapi tatapan sinis para fans The Boys belum juga mereda. Berita tentang Bisma yang menciumnya saat itu sangat cepat menyebar di setiap penjuru sekolah ini. “Gue dengar Bisma gak serius melakukannya,” suara itu kembali terdengar. Mereka memang selalu dengan sengaja membicarakannya jika posisi mereka cukup dekat dengannya. "Mereka tidak bosan? Dasar wanita!" Dan sampai saat ini, Kinna mengantongi kesimpulan dari kejadian gila waktu itu hanya karena tak sengaja mendengar ocehan penggemar Bisma. Bisma menciumnya karena dia memilih dare saat bermain Truth or Dare dari Eza. Yaitu mencium gadis pertama yang masuk ke dalam kelas. Tapi Kinna tak peduli itu. Ia tak mengacuhkan semua hujatan yang mereka lemparkan padanya. Toh, Kinna tak akan mati karena hujatan tak benar itu. Kinna mengaduk minumannya kasar. Ia sebelumnya tak pernah peduli dengan hal ini. Tapi karena kejadian kemarin, setiap ia mendengar nama Bisma, ingin sekali ia kembali menghajar wajah ‘malaikat’ Bisma itu. Wajah yang sering Bisma gunakan untuk menaklukkan semua wanita itu ingin ia cakar sepuasnya. Sial! Kinna tak bisa secuek dulu. Dan dalam beberapa hari, Bisma mampu merusak ketenangannya di sekolah ini. *** Di dalam kelas, Kinna tak pernah peduli dengan apa yang dilakukan Bisma. Sampai hari ini ia tak melihat Bisma di kursinya, ada perasaan lega di sana. Karena kejadian 3 bulan lalu, ia jadi sulit berkonsentrasi pada pelajaran setiap ia tak sengaja melihat Bisma yang tertangkap basah sedang memperhatikannya. Bisma akan tersenyum manis ke arahnya dan ia akan membalas itu dengan tatapan sinis.—dan muak. Bisma memang belum mengatakan apa-apa setelah kejadian itu, jadi jangan kira Bisma akan minta maaf padanya. Untungnya Gadis itu juga tak terlalu peduli. Dengungan speaker di dalam kelas membuat proses pembelajaran terhenti. Mereka semua menajamkan telinga untuk mendengarkan pengumuman yang akan disampaikan. “Ekheem!” Satu deheman itu membuat beberapa siswi di kelas menjerit heboh. Serak-serak basah dan begitu familiar bagi mereka. “Maaf, ya, guru-guru yang sedang mengajar di kelas.” “Anak itu!” geram pak Joko, guru yang sedang mengajar di kelasnya. “Dia bikin onar lagi!” “Hey Killa. Em, Kinna Landry maksudnya. Bisa lo dengar gue?” Pemilik suara itu berdehem lagi. Seketika Kinna menunduk lemas di mejanya. Apa lagi sekarang? Tatapan tak bersahabat dari teman-temannya itu semakin terlihat mengintimidasi. “Kalian pasti sudah tahu siapa gue. Hari ini, gue Bisma Karisma akan mengumumkan kalau Kinna Landry adalah milik gue.” Kinna melotot mendengarnya. Pria gila itu memulai lagi? “Jadi... apa pun yang menyangkut Kinna, semuanya harus melalui gue. Dan peringatan keras untuk kalian semua yang berani menyentuhnya. Laki-laki maupun perempuan, kalian akan berhadapan langsung sama gue!” Kinna menggebrak mejanya, tapi tak terlalu keras. Lalu ia keluar dari kelas tanpa menghiraukan pak Joko yang akan bertanya. “Oke. Mungkin itu cukup jelas. Dan gue yakin, sekarang ini guru-guru berkumis tebal sedang menuju ke ruang penyiaran. Jadi gue mau kabur.” Suara dengungan itu kembali terdengar, yang menandakan sambungan terputus dari ruang penyiaran. *** “Gue tahu lo bakal ke sini.” Bisma menarik pergelangan tangan Kinna sebelum Kinna berbelok menuju ruang penyiaran. “Dasar gila!! Apa mau lo?!” sentak Kinna begitu emosi. Tak sadar Kinna ikut berlari menyamai langkah lebar Bisma. “Apa pengumuman tadi kurang jelas? Lo milik gue sekarang.” Bisma tetap menarik Kinna menjauh dari ruangan itu karena banyak guru yang sedang mencari Bisma di sekitar sana karena ulahnya yang sudah menyabotase ruang penyiaran seenaknya. “Lo gak punya hak buat mengklaim gue sebagai milik lo. Dan gue gak sudi berurusan sama lo. Apalagi sama fans-fans lo yang sama gilanya kaya lo!” ucap Kinna tajam. “Lo gak punya kapasitas buat menolak.” Kinna mendesis remeh. Sungguh memuakkan. *** “Kinna.” Seorang guru memanggil gadis itu dari ruang guru. Kinna menoleh sedikit kaget lalu tersenyum tipis dan menghampiri guru laki-laki itu dengan sopan. “Iya, Pak,” jawabnya. “Bisa tolong bawakan mikroskop kembali ke LAB IPA?” Pria ber-name tag Hardi itu menunjuk mikroskop di atas mejanya. “Kelasmu melewati LAB, kan?” lanjutnya. Kiran sedikit melongok ke ruangan guru itu lalu mengangguk pelan. Matanya memicing saat melihat pintu LAB tak terkunci, sedikit terbuka. Jadi, buat apa Pak Hardi memberikan kunci LAB-nya juga kalau tidak dikunci?—Membuat ia harus kembali ke ruang guru untuk mengembalikan kunci. Kinna hampir melompat dari tempatnya saat sampai di LAB, ia melihat seorang laki-laki dan perempuan berada di dalam LAB yang sedikit gelap ini. Ia mengumpat dalam hati saat menyadari bahwa mereka berdua sedang berpelukan. “Kenapa? Apa yang lo lakuin di sini?” Suara itu, suara yang errr—sangat ia benci. “Ternyata kamu. Maaf aku gak bermaksud mengganggu acara kalian. Lanjutkan saja.” Kinna berhasil menguasai diri dengan sedikit mengerjapkan matanya saat tahu bahwa pria yang tadi membelakanginya itu adalah Bisma. Ia berucap dengan bahasa formalnya. Kinna berjalan santai ke sebuah etalase dan meletakkan mikroskop yang dibawanya dengan hati-hati. “Jaga matamu dengan baik,” bisik Kinna pada mikroskop itu untuk menyindir perbuatan gila Bisma tadi. Bisma memiringkan kepalanya, tatapannya berubah kelam dan salah satu sudut bibirnya sedikit terangkat. Ia menatap Kinna yang berjalan keluar dari LAB. “Kamu tak ingin bersenang-senang denganku?” Bisma menahan pergelangan tangan gadis itu. Kinna melempar tatapan sinis. Bilva, gadis seksi itu keluar dari LAB dan meninggalkan mereka tanpa mengucapkan sepatah kata pun. “Pacar lo pergi tuh. Kejar sana.” Kinna menepis tangan Bisma dari pergelangan tangannya. “Pacar?” ulang Bisma lalu tertawa. “Gue gak kenal dia,” lanjutnya “Cih. Cowok b******k kaya lo seharusnya gak hidup,” ucap Kinna muak. Tangan Bisma bergerak cepat menarik kedua bahu gadis itu dan merapatkannya ke tembok. “Ulangi,” ucap Bisma pelan dan datar tepat di depan wajah gadis itu. Kinna membatu. Semua gadis akan seketika membeku di tempatnya jika mendapatkan tatapan apa pun dari pria aneh ini. Jantung yang memompa 2 kali lipat lebih cepat dari biasanya karena hanyut dalam pesona khas Bisma Karisma. Dan tangan yang entah kapan sudah mengeluarkan keringat dingin. Lihatlah kelereng hitam pekat milik pemuda itu yang mungkin bisa membuat setiap wanita yang menatapnya tersesat karena tak tahu jalan kembali. Tapi... ini Kinna. Bukan gadis-gadis itu. Ia terdiam karena takut kejadian di kelasnya dulu terulang, kejadian yang membuatnya menetapkan Bisma ke urutan ketiga pria yang ia benci setelah papanya dan kakaknya. Kinna menata detak jantugnya. Lalu, ia tersenyum. Tersenyum ringan dan terlihat meremehkan Bisma. “Lihat gue baik-baik. Apa pesona gue ini belum bisa membinarkan mata lo? Em?” Bisma mengusap dagu gadis itu. Kinna menatapnya tak terima, ini sudah melampaui batas! Tangan gadis itu terangkat untuk memberi pelajaran pada pemuda kurang ajar itu. Pergelangan tangan itu berhenti tepat di telapak tangan Bisma. Bisma tersenyum meledek. “Tidak untuk yang kedua kalinya, Manis,” Bisma berbisik. Kinna benar-benar jijik dengannya. Bagaimana bisa, ada siswa kelas 1 SMA yang sudah berani bersikap sejauh ini pada seorang gadis? “Hey!! BISMA KARISMA!!” Bisma dan Kinna menoleh bersamaan. Guru laki-laki yang sedang berkeliling di koridor sekolah yang sepi itu berjalan cepat menghampiri mereka. Siapa pun yang melihat Kinna dalam keadaan seperti itu dengan Bisma, mereka pasti akan berfikir Kinna sedang menjadi korban Bisma—walau kenyataannya memang seperti itu. “Si kumis tebal itu selalu mengganggu,” gerutu Bisma sambil menjauhkan tubuhnya dari Kinna. “Selamat siang, Pak Himawan,” sapa Bisma dengan senyum manisnya. “Kamu pikir senyummu itu bisa membodohiku, Bisma Karisma?” tanya Pak Himawan sarkastik. “Kali ini saya belum melakukan apa-apa, Pak,” ucap Bisma santai. “Lalu apa yang akan kamu lakukan jika saya tidak segera ke sini tadi?” Pak Himawan menatapnya tajam. “Aku berencana mendorongnya ke LAB dan tidak akan ada yang akan menggangguku, Pak. Aih, andai waktu bisa terulang.” Oh, apa pria ini benar-benar Gila? ia sama sekali tak takut pada guru yang paling ditakuti di sekolah ini. “Kinna, apa kamu baik-baik saja?” tanya Pak Himawan beralih menatap siswi yang sangat diharapkan menjadi penghuni baru di peringkat satu paralel di sekolah ini. Semua guru juga beAnggapan begitu. “Eh? Aku? Aku baik-baik saja, Pak. Bocah tengil ini takkan berani macam-macam,” ucap Kinna sambil tersenyum kemenangan pada Bisma. "Kamu, kembalilah ke kelas. Bisma, ikut saya ke ruang BK," tegas Pak Himawan. Kunna mengangguk lalu berjalan meninggalkan mereka. "Lebih baik aku mengantarnya ke kelas, Pak," ucap Bisma tanpa dosa dan segera berlari mengejar Kinna yang sudah berbelok di persimpangan koridor sekolah. "BISMA KARISMA!! Dia benar-benar pembuat onar!" "Kita ke kelas bersama," Bisma sudah berjalan di sebelah Kinna. "Percuma melarang lo," balas gadis itu malas. "Gimana tadi perasaan lo saat gue pelukan di LAB?" tanya Bisma serius. "Bukan urusan gue." "Lo gak cemburu?" Kinna tertawa renyah dibuatnya, menurutnya itu adalah pertanyaan paling konyol yang pernah ia dengar. "Apa? Cemburu? Lo pikir lo siapa? Lagi pula gue udah sering liat Bilva jadi cewek penggoda," decak Kinna di akhir kalimatnya. "Oh... namanya Bilva." "Apa? Lo gak tahu namanya tapi berani peluk dia? Lo bener-bener b******k!" umpat Kinna. "Lo tahu, gue tadi sengaja. Gue cuma mau tahu reaksi lo. Gue tahu lo tadi mau ke LAB. Jadi gue ngrencanain ini. Tapi ternyata lo gak cemburu. Lo beneran gak suka sama gue?" Bisma menahan lengan gadis itu agar berhenti bersamanya. "Cih. Gak akan pernah!!" Kinna menepis tangan pria itu lantas masuk ke dalam kelas. Jangan lupa vote dan komentar ya

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Long Road

read
128.3K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
88.1K
bc

Satu Jam Saja

read
593.9K
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
574.6K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
117.9K
bc

Just Friendship Marriage

read
510.4K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook