OWN 14 | Waktu Berbeda Bagi Suami dan Istri
“Hahh” Jessica membuka matanya, terkejut bukan main saat mendapati dirinya yang saat ini berada dalam pelukan dan gendongan Ilias. Jessica mendongak, menatap Ilias yang meliriknya. “Kau sedang apa?” Ilias melirik Jessica, ia terlihat tenang dan berjalan dengan teratur.
“Pendingin kamarmu rusak, kau tidur sambil merintih tidak nyaman. Akan dibetulkan besok jadi tidur dikamarku.” Ilias berbelok di lorong, menuju kamarnya dan masuk dengan nyaman. Ia kemudian membaringkan tubuh Jessica di atas tempat tidur. Jessica menyentuh keningnya yang sedikit berkeringat, hanya sedikit sampai rasanya ia tidak mempercayai alasan yang telah Ilias buat.
Ilias menatap wajah tegang Jessica dan menegakan tubuhnya. Ia kemudian membuka jubah tidurnya dan berjalan menuju Jessica.
“Aku belum siap!” Jessica mengulurkan tangannya seolah mencegah Ilias mendekat. Ilias mengernyit, ia yang mengambil buku di nakas kemudian duduk di tepian tempat tidur sebelum menyamankan diri dengan bersandar di kepala tempat tidur.
“Jangan berpikir yang aneh-aneh Jessica.” Jessica menoleh, menatap Ilias yang sudah dengan tenang mengenakan kacamata, entah mengapa begitu cocok di wajah itu.
Rahang tegas dengan retina biru tajam yang menatap barisan tulisan dengan intens.
“Berhenti menatapku.” Ilias menegur, membuat Jessica memalingkan pandangannya dan berbaring sambil menarik selimut.
“Hengg” Jessica jelas merasakan ketidaknyamanan di tubuhnya, ia berlatih anggar dengan berlebihan sore tadi.
“Besok aku akan memanggil spa, kau rilekskan tubuhmu. Jangan berlebihan, tubuhmu belum terbiasa” Ilias memberi saran. “Kau juga berpikir begitu?” Ilias menoleh, melihat mata hazel yang menatapnya dengan tatapan yang sedikit sayu karena kantuk.
“Tidak, dimataku kau masih yang terbaik. Marrie gagal membawa pulang medali saat itu, semua orang menjadi heboh dan menyalahkan federasi karena kau tidak ikut olimpiade. Semuanya berpikir sama, bahwa kau yang terbaik. Tapi, sekarang kau baru selesai dengan rehabilitasi jadi jangan memaksakan diri dan bergeraklah secara perlahan.” Jessica menarik nafas, ia kemudian bangkit dan menyentuh lengan kaus tipis Ilias.
“Aku tidak ingat apapun, rasanya aku merasa asing dengan semua orang kecuali dirimu. Ilias, kenapa sikap pelayan berubah. Lalu, dimana nenek? Kau tidak bilang dia telah tiada tapi aneh rasanya karena dia tidak datang menemuiku.” Ilias melirik tangan Jessica yang menggenggamnya dengan begitu erat. Ia kemudian kembali melirik mata hazel itu kian intens, seolah Jessica benar-benar meminta penjelasan dengan sungguh-sungguh.
“Setelah pernikahan kita, kau pergi untuk menempuh pendidikan. Lalu Aiden dibesarkan di luar negeri. Publik terus mencari keberadaanmu tapi karena kehamilan yang terlalu dini, diputuskan untuk membatasi semua aktivitasmu di publik.” Jessica mengangguk kecil.
“Perusahaan menjadi kacau saat kematian ayah dan ibuku. Lalu, aku yang tidak akan bisa melindungi apapun memutuskan untuk menikah dengan orang yang kuyakini tidak akan menggigit. Jadi, aku memanfaatkanmu untuk menjadi penjagaku…” Jessica melepaskan genggamannya, menarik nafas dalam. “Maaf atas perkataanku sebelumnya, aku berkata dengan buruk…”
Ilias memperhatikan raut wajah Jessica. Jessica di usia lima belas tahun adalah gadis manja sederhana yang bisa mengekspresikan semua perasaannya dengan bebas.
“Jangan pernah meminta maaf padaku, Jessica.” Jessica mengernyit, ia kemudian mendekat dan menatap wajah Ilias lebih jelas.
“Kau benar-benar sedih dan kesal karena perkataanku sebelumnya yah…” Ia menyalah artikan maksud perkataan Ilias sesuka hati.
“Aku yakin bukan hanya karena itu, aku tidak menikahimu hanya karena membutuhkanmu.” Ilias memalingkan pandangannya kembali membaca deret tulisan, meskipun retinanya tidak benar-benar menangkap setiap kata dari pandangannya.
“Aku menyukaimu…” Ilias tersentak bukan main, tangannya yang menggenggam buku tanpa sadar jatuh begitu saja. “Apa yang kau bicarakan?” Ilias bertanya, menatap wajah Jessica yang memerah sempurna.
Ilias memperhatikan ekspresi Jessica, pipinya yang memerah, pupilnya yang tidak fokus dan tangannya yang bergerak risau.
Jessica tengah gugup…
“Ahh, aku tidak pernah mengatakannya? Pasti kau memperlakukanmu dengan sangat buruk…” Jessica menatap Ilias dengan risau. Senyuman malu-malu terukir di bibirnya dengan wajah yang sudah memerah sempurna.
“Beberapa waktu lalu, saat kau membantuku dengan motor itu…” Jessica menggeleng kecil. “Bagimu itu sudah lama berlalu, saat kompetisi dan kau membantuku. Jantungku berdegup kencang, ini sensai yang bahkan tidak kurasakan saat aku mengikuti kejuaraan.” Jessica mendongak, menatap Ilias dengan retina bulat terangnya yang begitu terlihat manis.
“Jadi maksudku, jangan salah paham. Sikapku akan sedikit aneh karena waktu seolah meninggalkanku. Aku mungkin akan menyusahkanmu dan membuatmu kewalahan. Tidak! Aku mungkin sudah menyusahkanmu dan membuatmu jengkel sejak lama. Tolong tahan, aku dengan ego tinggiku sepertinya bahkan tidak pernah mengatakan ini, melihat bagaimana wajahmu yang biasa tanpa ekpresi memperlihatkan raut keterkejutan sekental itu. Jadi-”
“Maksudku, jadi itu… Tidak mungkin aku menikahimu hanya karena ingin memanfaatkanmu. Maaf karena mungkin aku sudah membuatmu susah selama ini.” Ilias menarik tangan Jessica dan memeluknya dengan begitu erat.
“Kubilang jangan meminta maaf padaku, Jessica…” Jessica menyentuh pinggang Ilias dan menarik nafas dalam. “Hubungan kita seburuk itu? Sampai kau memanggil namaku dan bukan nama panggilan yang kau buat sendiri? Aku pasti sudah berbuat begitu buruk padamu selama ini. Tunggulah, saat ingatanku kembali aku tidak akan begitu menyusahkanmu dan aku akan lebih baik padamu.” Ilias memeluk Jessica semakin erat, pelukannya terasa hangat dan nyaman.
“Entahlah…”
“Aku mulai tidak mengharapkannya… Lalu, kau memang tidak pernah mengatakannya. Tapi kau juga tidak pandai menyembunyikannya, Jessica.” Ilias merasakan tangan Jessica yang memeluk Ilias dan mengusap punggungnya pelan.
‘Jangan buat aku semakin serakah, Jessica…’
“Ilias, aku sih tidak keberatan. Tapi bagiku ini sesuatu yang baru jadi bisakah kau lebih lembut dan-” Ilias melepaskan pelukannya, menatap wajah Jessica yang memerah padam.
“Kau, di usia ini kau membaca banyak buku romansa dewasa kan Jessica? Apa yang saat ini kau pikirkan?” Jessica memalingkan wajahnya malu-malu. “Aku kesal karena kau membuatku hamil, tapi setelah aku berpikir dan merenung aku yakin bahwa akulah yang memulai duluan.” Ilias tersenyum, Jessica sampai terpaku karena ini adalah kali pertama ia melihat Ilias tersenyum sejak ia membuka matanya.
“Itu benar…” Jessica menutup mulutnya terkejut. “Aku yang memaksa? Astaga! Aku bahkan tidak bisa mengendalikan diri! Sudah kuduga aku akan membuat masalah besar.” Jessica mendongak lagi, menatap mata terang Ilias yang melembut.
“Karena hubungan kita buruk dan kita juga sudah sah menikah…”
“Bagaimana jika tidak pindah kamar begini? Maksudku itu… Akan terlihat buruk dihadapan pekerja rumah kan?” Ilias memiringkan kepalanya. “Jessica, kau tidak peduli omongan orang lain.” Jessica menelan ludahnya dan memalingkan wajah malu.
“Maksudku! Itu aneh… Hubungan kita seburuk itu sampai-sampai kau dan aku tidak-”
“Tidak buruk Jessica, hanya saja aku tidak ingin membuatmu tidak nyaman. Karena waktumu dan waktuku berbeda.” Ilias menyentuh kening Jessica, memainkan surainya yang sedikit menjuntai di kening.
“Aku akan menyiapkan kamar utama, mulai besok kita tempati kamar itu. Jessica, jangan menyesali keputusanmu.” Jessica tersenyum, ia mendekat dan mencium bibir Ilias singkat.
Ilias dibuat terkejut lagi. Binar hazel di hadapannya terlihat begitu cerah dengan berbagai perilaku tidak terduga yang dilakukannya.
“Jessica, sungguh, jangan menyesali keputusanmu.” Jessica menggeleng dengan enteng.
“Sekarang kita mau apa? Aku terlalu bugar untuk tidur lagi. Apa kita akan melakukan itu? Kegiatan menyenangkan suami istri?”
“Ayo lakukan…”