OWN 12 | Langkah Seorang Putri Tidur
Malam di kastil itu sunyi dan megah, Jessica terlihat berjalan perlahan. Matanya tertutup, tetapi langkah-langkahnya tampak pasti. Ia sedang berjalan sambil tidur, kebiasaan yang sudah diketahui oleh Ilias sejak ia merawat Jessica selama dua bulan terakhir. Wajah Jessica tampak sangat sedih, dan air mata mengalir di pipinya.
Dari sudut yang gelap, Ilias mengawasi. Pria dengan mata biru terang itu sudah terbiasa dengan kebiasaan tidur Jessica. Dia mengikuti Jessica dari kejauhan, memastikan bahwa ia tidak akan melukai dirinya sendiri. Jessica berjalan melewati lorong-lorong kastil, sesekali terisak dalam tidurnya. Dia tampak sangat rapuh dan rentan, seolah-olah dibebani oleh mimpi buruk yang tak terucapkan. Ilias mengikuti dengan tenang, menjaga jarak agar tidak membangunkan Jessica secara tiba-tiba.
Saat Jessica mencapai sebuah balkon dengan pemandangan taman kastil yang luas, ia berdiri di tepian. Surai indahnya terbang terbawa angin, di bawah sorot bulan Ilias bisa melihat wajah sendu sayu yang masih meneteskan air mata tanpa henti. Ilias memutuskan bahwa ini saatnya untuk bertindak. Ia mendekat dengan hati-hati, langkahnya hampir tidak bersuara di lantai. Dengan lembut, ia menyentuh bahu Jessica, lalu berbicara dengan suara yang lembut dan menenangkan. “Jessy, ayo kita kembali ke kamar.”
Jessica tidak memberikan respons verbal, tetapi tubuhnya tampak rileks di bawah sentuhan Ilias. Dengan hati-hati, Ilias mengangkatnya ke dalam pelukannya. Dia merasakan betapa ringan dan rapuhnya Jessica saat tertidur. Wajahnya yang basah oleh air mata masih menunjukkan kesedihan yang mendalam.
Ilias berjalan kembali ke kamar Jessica, membawa nya dengan begitu hati-hati. Setiap langkah diambil dengan hati-hati untuk memastikan Jessica tetap nyaman dan tidak terbangun secara mendadak. Saat mereka mencapai kamar Jessica, Ilias membuka pintu dengan pelan dan masuk ke dalam.
Kamar Jessica hangat dan nyaman, dihiasi dengan kain-kain lembut dan furniture mewah. Ilias dengan lembut meletakkan Jessica di tempat tidurnya, menyelimutinya dengan selimut yang hangat. Dia mengusap rambut Jessica, mencoba memberikan ketenangan di tengah kesedihan yang masih terlihat di wajahnya.
Setelah memastikan bahwa Jessica nyaman, Ilias duduk di kursi di samping tempat tidurnya. Ia tidak berniat meninggalkan Jessica sendirian malam ini, tetap berjaga dan memastikan bahwa wanita dihadapannya bisa tidur dengan tenang.
Hingga pagi datang, Jessica yang terbangun sendirian bersiap dengan dibantu Larria. Jessica menghampiri meja makan, kali ini ia menggunakan gaun sederhana berwarna kuning pastel yang lembut.
“Dimana itu?” Jessica bertanya pada Ilias sambil duduk di sampingnya, meraih gelas s**u dan menegaknya hingga habis.
“Apa yang kau maksud?” Ilias bertanya, memandangi Jessica yang melirik hidangan di atas meja dengan tidak berselera.
“Saat usiaku lima belas tahun, aku kan sedang bersiap mengikuti olimpiade, dimana medalinya? Aku tidak mungkin kalah.” Ilias menatap Jessica dan melirik Abraham di belakangnya.
“Anda menaruhnya di brankas tuan besar.” Jessica bertopang dagu dan melirik Aiden yang juga tengah menatapnya.
“Lalu setelahnya? Kau bilang aku sudah tidak menjadi atlet lagi kan? Apa karena melahirkan?” Jessica menoleh pada Ilias yang tampak tengah menimang jawaban.
“Rupanya benar…” Jessica melipat kedua tangannya dan menatap Aiden dengan tajam. “Maksudmu, aku merelakan kehidupan tentramku untuk anak yang bahkan tidak mirip sama sekali denganku? Aku? Melakukan itu? Diriku?” Jessica tertawa kecil. “Aku tidak percaya aku bisa menjadi dewasa, apa ini masuk akal melahirkan saat usiaku baru sekitar delapan belas tahun. Bukankah itu terlalu dini? Tunggu…” Jessica menoleh pada Ilias penuh selidik.
“Apa benar-benar ini anakku? Jangan-jangan kau memiliki anak dari wanita lain dan memanfaatkanku yang hilang ingatan? Astaga, aku baru membacanya di sebuah n****+ baru-baru ini, novelnya baru rilis dan-” Jessica menggeleng kecil. “Jika di tahun ini, itu sudah menjadi n****+ lama…” Jessica bangkit, ia menghampiri Aiden–mengulurkan tangan untuk meraih surainya dan saat itulah Jessica mendapati wajah Aiden yang tersipu malu. Aiden mengira bahwa Jessica hendak mengelus rambutnya, namun tentu pikiran itu salah. Jessica menarik surai Aiden dengan kasar hingga anak itu tersentak bukan main karena rasa terkejutnya.
“Aku harus lakukan tes DNA. Bagaimana jika dia bukan anakku?” Ilias melihat wajah Aiden yang sudah berlinang air mata. Sudut matanya memerah dengan tangan yang saling bertautan ketakutan. Anak yang pada awalnya berpikir bahwa di tempat asing ini ia memiliki ibunya, baru saja menyadari bahwa ia benar-benar sendirian. Aiden cukup sinis, Ilias yakin itu. Namun ia menjadi begitu lemah setiap berhadapan dengan ibunya.
“Bukankah ada luka di bawah perutmu?” Ilias menarik tangan Jessica yang menggenggam surai Aiden dengan erat dalam genggamannya. Ilias kemudian menyentuh perut Jessica dan mendongak menatap wajahnya. “Disini…” Ilias melihat wajah Jessica mengernyit.
“Ah, apa itu operasi usus buntu? Kenapa masih ada sedikit bekas luka samarnya? Aku pasti melakukan perawatan bekas luka dengan ketat, apa kualitas medis disini buruk?” Ilias mengelus perut Jessica, hal itu cukup membuatnya tersentak hingga Ilias tersenyum. “Itu operasi besar, lukanya sudah samar tapi tidak sepenuhnya hilang.” Jessica menarik nafas dalam, memperhatikan wajah Ilias dan ia seolah menarik kesimpulan.
“Ini pasti kecelakaan kan…” Ilias mengernyit, begitupun pelayan yang lain.
“Apa maksudnya?” Ilias membiarkan tangannya dilepaskan oleh Jessica.
“Seingatku pembicaraan pertunanganku mulai disinggung oleh nenek, jelas bukan kau. Anak ketiga dari pengusaha sepertimu, tidak akan memiliki kuasa yang besar. Terlebih aku dengar kau anak selir. Nenek sangat pemilih, sama seperti ibu. Jadi dia tidak akan membiarkanku menikah dengan dirimu. Tapi ayahku cukup menyukaimu kan, ah jadi ini pasti kecelakaan.” Jessica mendapati raut tegang semua orang.
“Kalian tidak tahu? Saat dua orang dewasa melakukan hubungan yang terlalu intim satu sama lain diluar pernikahan dan-”
“Jessica.” Ilias menghentikan ucapan Jessica.
“Santai saja, aku sudah menduga bahwa suatu hari nanti aku akan membuat masalah besar. Meski aku tidak menduga bahwa aku akan hamil diluar pernikahan dan-”
“Tidak ada yang seperti itu, kau hamil setelah menikah!” Ilias memalingkan wajahnya. Sementara Aiden sudah tertunduk dengan lesu.
“Lalu kenapa bisa hamil?” Ilias memejamkan matanya, ia kembali menatap Jessica yang menatapnya sungguh-sungguh. Jessica yang saat ini ada dihadapannya adalah gadis keras kepala yang berusia lima belas tahun.
“Aku yang minta dihamili?” Jessica kembali bertanya.
“Bisa duduk dan makan? Kau ingin berbelanja hari ini kan? Abraham akan siapkan mobil dan pergilah dengan beberapa pengawal. Aku sudah menyewa mall untukmu hari ini.” Jessica mengernyit.
“Aku mau melakukan tes DNA dulu sebelum berbelanja, katakan pada dokter aku akan datang.” Jessica berbalik pergi dan meninggalkan ruang makan dengan keheningan.
“Tuan?” Abraham memanggil.
“Biarkan dia melakukan apa yang dimaunya.”
“Tapi melakukan tes DNA sedikit…” Abraham menahan perkataannya, saat isakan semakin terdengar dari Aiden. Ilias melirik Aiden dan menarik nafas dalam.
“Dia bukan tipe yang akan mengurus anak orang lain, jadi apa yang kau takutkan?” Aiden menoleh, menatap wajah ayahnya.
“Ibu, adalah ibuku kan?”