"Nikahi dia!" hardik Wijaya tak sedikit pun dia mendengar penjelasan dari Nathan. Rasa panas akibat tamparan itu masih terasa hingga menjalar ke kepala membuat emosinya semakin berada di puncak. Nathan berdiri ingin menantang ayahnya, melebarkan kedua bola matanya siap untuk menyerang secara fisik. 'Mas tahan emosimu' suara itu masih terngiang di telinganya, kalau sampai dia tidak bisa mengontrol emosi habislah. Masalah akan semakin rumit. "Nathan! Sayang. Jangan melawan Papamu! Tenangkan dirimu, Nak. Mama percaya kamu tidak melakukannya," ucap Erna pelan berjalan mendekat memegang bahu kekar putra keduanya. Huh! Nathan mengatur nafasnya yang terasa teramat berat, memang sulit membuat Wijaya percaya tidak melakukan ini saja Wijaya sudah membencinya apalagi saat Nathan melakukan kes