Perempuan-Perempuan Adhiyaksa : Part 4-End

1996 Kata

Dina mendengus. Menyesal telah membuka i********: kalau munculnya itu orang. Ck! Dina malas menyebut namanya bahkan kalau bisa, ia pengin lupa dengan mereka. Ya, mereka. Gak perlu diperjelas kan? Namun tetap saja gambar itu ia tatap lama. Melamun lalu mencebik. Matanya beralih pada boneka beruang coklat di pojok kamar. Lalu melempar ponselnya ke atas tempat tidur. Itu, si pacarnya Pras yang katanya sahabat, dapat hadiah ulang tahun dari Pras. Apa coba hadiahnya? Mukena! Iya! Mu-ke-na! Lah dia? Ia malah dapat boneka! Bo-ne-ka! Beda jauh kan? Kakinya berdecak. Memukul-mukul lantai. Kacau. Galau. Hiks! Patah hati lah. Gimana enggak? Tapi mau gimana lagi? Dina gak punya hak. Dia bukan siapa-siapanya Pras kan? Sedetik kemudian, ia keluar dari kamar. Mencari sang Papa dan ia lega begitu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN